by admin|| 01 April 2012 || 10.484 kali
 
                    
                    
Pasowanan Ageng Tingalan Dalem ini diadakan setahun sekali dalam rangka peringatan 
hari Ulang Tahun Sampeyan Dalem Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aria Paku Alam.
Tempat upacara di Bangsal Sewatama yang merupakan Pendhapa Agung Puro Pakualaman 
. Upacara adat Tingalan Dalem ini dimulai satu hari sebelumnya dengan kegiatan 
Ngapem. Kegiatan Ngapem ini dilaksanakan oleh para putri kerabat Pura Pakualaman 
dan abdi dalem putri , dipimpin oleh Garwa Dalem.
Apem yang dibuat untuk keperluan upacara ada 2 macam :
1. Apem Mustaka yaitu apem yang bentuknya besar , lebih besar dari ukuran apem 
biasa
2. Apem Biasa yaitu apem yang besarnya lazim dibuat , jumlah apem yang dibuat 
disesuaikan dengan jumlah usia Sri Paduka Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aria 
Paku Alam, selain itu apem biasa ini dibuat untuk keperluan hidangan pada hari 
resepsi Tingalan Dalem
Makna dari apem ini adalah merupakan kemantapan hati Sri Paduka Kanjeng Gusti 
Pangeran Adipati Aria Paku Alam dalam menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa dan 
mengharap pengampunanya serta memelihara guna keselamatan negara dan rakyatnya.
Disamping membuat apem juga membuat kupat yang disebut kupat sida lungguh yang 
mempunyai makna permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk kesentosaan akan kedudukannya 
lahir batin. Setelah pembuatan apem dan kupat itu selesai lalu ditata ditempat 
persiapan upacara untuk esok harinya , dijadikan satu dengan barang - barang lainnya.
Pada hari Pasowanan Ageng :
  Di Bangsal Sewatama sudah ditata rapi dengan babud yang sudah digelar serta 
  Dhampar Palenggahan yang berupa kursi Merah Tua berukir dengan Prada Mas.
  Adapun rangkaian dari Dhampar Adipati berupa :
  1. 1 pasang Kecohan besar 
  Mempunyai makna bahwa sifat seorang Adipati itu kalau berbicara harus jujur 
  dan benar ( Sabda Pandhita Ratu Dhatan Wola Wali )
  2. Cepuri Sedhah dan kecohan kecil
  Merupakan perlengkapan keprajan didalam menerima tamu agung , ini merupakan 
  penghormatan dan persaudaraan yang sudah menjadi tata cara resmi
  3. Tumbak Trisula , Gebang dan Cis
  Ketiga Tumbak yang berbeda dhapur ini merupakan pertanda kalau mempunyai bermacam 
  - macam pusaka keprajan
  4. Songsong Bhavad dan Songsong Tunggul Naga
  Kedua songsong ini diletakkan diatas ploncon yang merupakan simbul besarnya 
  kewibawaan yang duduk di singgasana mempunyai kewenangan dan memegang kekuasaan 
  .
Acara Pasowanan Ageng Tingalan Dalem diawali dengan terdengarnya gendhing - 
  gendhing pada pagi hari , adapun gamelan yang ditabuh adalah yang bernama Kyai 
  Pengawitsari dan Kyai Tlogomuncar yang ditabuh oleh para abdi dalem pengrawit 
  dari kawedanan Langenpraja Puro Pakualaman dengan busana jawa lengkap.
  Setelah gendhing Kodhok Ngorek diperdengarkan maka arak - arakan pembawa ambengan 
  hajad dalem mulai keluar menuju Bangsal Sewatama , sesampainya didepan dhampar 
  palenggahan ambengan hajad dalem lalu ditata. Kyai Penghulu dan pra abdi dalem 
  Suranggama sudah duduk bersila ditempat upacara yaitu didepan Dhampar Palenggahan, 
  abdi dalem Penongsong juga sudah siap dengan payungnya dalam keadaan tidak dibuka.
  Prajurit Puro Pakualaman yang bernama prajurit Lombok Abang dan Prajurit Dragonders 
  sudah siap dihalaman Puro Pakualaman tepatnya di depan Bangsal Sewatama.
  Dengan terdengarnya alunan gendhing Ketawang Puspowarno laras slendro pathet 
  manyura ini merupakan isyarat bahwa Sri Paduka Kanjeng Gusti Pangeran Adipati 
  Aria Paku Alam keluar dari Dalem Ageng Prabasuyasa menuju Bangsal Sewatama yang 
  didampingi Garwa Dalem Permaisuri , putera , menantu dan cucu - cucu. Sesampainya 
  di Bangsal Sewatama semua yang hadir menghaturkan sembah dan para prajurit memberikan 
  penghormatan secara keprajuritan. Setelah Sri Paduka Kanjeng Gusti Pangeran 
  Adipati Aria Paku Alam duduk di kursi singgasana lalu memberikan isyarat kepada 
  Kyai Penghulu untuk memimpin Doa ,dengan selesainya doa lalu dibunyikan gendhing 
  Corobalen lalu dilanjutkan gendhing Sri Dirgayuswa sebanyak satu kali ( 1 ulihan 
  ). Dengan berhentinya gendhing para abdi dalem nara kary lalu segera menurunkan 
  ambengan hajat dalem ( nglorot ) dibawa ketengah barisan prajurit, dengan diiringi 
  gendhing Monggang barisan prajurit berangkat menuju Masjid Pakualaman mengawal 
  ambengan hajat dalem yang akan dibagi - bagikan.
Rangkaian ambengan Hajad Dalem
  a. Tebu 2 batang : bermakna adanya dua tujuan ( penggayuh ) untuk kesempurnaan 
  hidupnya
  b. Apem : bermakna kemantapan hati Sri Paduka Paku Alam dalam menyembah Tuhan 
  Yang Maha Esa dan memelihara untuk keselamatan negara dan rakyatnya
  c. Kupat lungguh : bermakna permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk kesentosaan 
  akan kedudukannya lahir batin
  d. Nasi Golong : maknanya mengetahui saudara empat lima pancer yang keluar dari 
  marga ina
  e. Jenang Baro - baro : maknanya mengetahui saudara yang tidak keluar dari marga 
  ina
  f. Nasi Tumpeng Janganan : maknanya mengetahui saudara yang lengkapnya enam 
  belas
  g. Jajan Pasar : maknanya mengetahui saudara sebaya yang lahir bersamaan hari 
  yang semua makhuknya Tuhan
  h. Nasi Kebuli : adalah nasi ditanak dari beras sepitrah
  i. Jenang merah putih : maknanya mengetahui dhanyang prayangan yang bermukim 
  di Puro Pakualaman dan wilayah Mataram
  Wisudhan
Setelah barisan prajurit dan ambengan dalem berangkat , di bangsal Sewatama 
  diadakan wisudhan , Sri Paduka Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aria Paku Alam 
  mewisudha para kerabat sentana maupun para abdi dalem yang diberi kedudukan 
  serta pangkat baru , juga pengangkatan abdi dalem yang baru .
  Wisudha ini dari pangkat abdi dalem yang bawah sampai yang atas seperti :
  Abdu dalem Jajar , Bekel , Lurah , Ngabei , Penewu , Wedana , Riya , Bupati 
  Anom , 
  Bupati sepuh , Bupati Nayaka, Pangeran Sentana .
Barisan prajurit yang tadi ke masjid kembali lagi memasuki Puro Pakualaman dan kembali pada posisi semula , Setelah itu Sri Paduks Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aria Paku Alam berdiri dan ini merupakan isyaratbahwa upacara adhat telah selesai , semua yang hadir lalu memberikan penghormatan dengan sembah dan para prajurit memberikan penghormatan dengan cara keprajuritan. Sri Paduka Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Paku Alam meninggalkan tempat dan kembali masuk ke Dalem Ageng Prabasuyasa dengan diiringi gendhing Udan Mas.
 
                                            by admin || 07 Maret 2014
Ada-ada. Bentuk lagu dari seorang dhalang, umumnya digunakan dalam menggambarkan suasana yang tegang atau marah, hanya diiringi dengan gender.    Adangiyah. Nama dari jenis ...
 
                                            by admin || 05 Maret 2014
Ngithing. Posisi tangan dengan mempertemukan ujung jari tengah ibu jari membentuk lingkaran, sedangkan jari-jari lainnya agak diangkat keatas dengan masing-masing membentuk setengah lingkaran. ...
 
                                            by admin || 04 Maret 2014
  Deretan kata berupa kalimat atau bukan kalimat yang mengandung angka tahun, dan disusun dengan menyebut lebih dahulu angka satuan, puluhan, ratusan, kemudian ribuan. Kata-kata yang ...
 
                                            by admin || 01 April 2012
 
                                            by admin || 01 April 2012
Upacaya Grebeg berasal dari kata Grebe, Gerbeg. Grebeg dalam bahasa jawa bermakna suara angin. Kata dalam bahasa Jawa Anggrebeg, mengandung makna menggiring Raja, pembesar atau pengantin. Grebeg ...
 
                                            by admin || 01 April 2012
Upacara Sekaten diadakan setahun sekali, dimulai pada hari kelima di bulan Mulud (bulan Jawa). Upacara ini merupakan perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad S.A.W. Masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya ...