Upacara Pasowanan Ageng Tingalan Dalem

by admin|| 01 April 2012 || 9.848 kali

...

Pasowanan Ageng Tingalan Dalem ini diadakan setahun sekali dalam rangka peringatan hari Ulang Tahun Sampeyan Dalem Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aria Paku Alam.
Tempat upacara di Bangsal Sewatama yang merupakan Pendhapa Agung Puro Pakualaman . Upacara adat Tingalan Dalem ini dimulai satu hari sebelumnya dengan kegiatan Ngapem. Kegiatan Ngapem ini dilaksanakan oleh para putri kerabat Pura Pakualaman dan abdi dalem putri , dipimpin oleh Garwa Dalem.
Apem yang dibuat untuk keperluan upacara ada 2 macam :
1. Apem Mustaka yaitu apem yang bentuknya besar , lebih besar dari ukuran apem biasa
2. Apem Biasa yaitu apem yang besarnya lazim dibuat , jumlah apem yang dibuat disesuaikan dengan jumlah usia Sri Paduka Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aria Paku Alam, selain itu apem biasa ini dibuat untuk keperluan hidangan pada hari resepsi Tingalan Dalem
Makna dari apem ini adalah merupakan kemantapan hati Sri Paduka Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aria Paku Alam dalam menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mengharap pengampunanya serta memelihara guna keselamatan negara dan rakyatnya.
Disamping membuat apem juga membuat kupat yang disebut kupat sida lungguh yang mempunyai makna permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk kesentosaan akan kedudukannya lahir batin. Setelah pembuatan apem dan kupat itu selesai lalu ditata ditempat persiapan upacara untuk esok harinya , dijadikan satu dengan barang - barang lainnya.

Pada hari Pasowanan Ageng :
Di Bangsal Sewatama sudah ditata rapi dengan babud yang sudah digelar serta Dhampar Palenggahan yang berupa kursi Merah Tua berukir dengan Prada Mas.
Adapun rangkaian dari Dhampar Adipati berupa :
1. 1 pasang Kecohan besar
Mempunyai makna bahwa sifat seorang Adipati itu kalau berbicara harus jujur dan benar ( Sabda Pandhita Ratu Dhatan Wola Wali )
2. Cepuri Sedhah dan kecohan kecil
Merupakan perlengkapan keprajan didalam menerima tamu agung , ini merupakan penghormatan dan persaudaraan yang sudah menjadi tata cara resmi
3. Tumbak Trisula , Gebang dan Cis
Ketiga Tumbak yang berbeda dhapur ini merupakan pertanda kalau mempunyai bermacam - macam pusaka keprajan
4. Songsong Bhavad dan Songsong Tunggul Naga
Kedua songsong ini diletakkan diatas ploncon yang merupakan simbul besarnya kewibawaan yang duduk di singgasana mempunyai kewenangan dan memegang kekuasaan .

Acara Pasowanan Ageng Tingalan Dalem diawali dengan terdengarnya gendhing - gendhing pada pagi hari , adapun gamelan yang ditabuh adalah yang bernama Kyai Pengawitsari dan Kyai Tlogomuncar yang ditabuh oleh para abdi dalem pengrawit dari kawedanan Langenpraja Puro Pakualaman dengan busana jawa lengkap.
Setelah gendhing Kodhok Ngorek diperdengarkan maka arak - arakan pembawa ambengan hajad dalem mulai keluar menuju Bangsal Sewatama , sesampainya didepan dhampar palenggahan ambengan hajad dalem lalu ditata. Kyai Penghulu dan pra abdi dalem Suranggama sudah duduk bersila ditempat upacara yaitu didepan Dhampar Palenggahan, abdi dalem Penongsong juga sudah siap dengan payungnya dalam keadaan tidak dibuka.
Prajurit Puro Pakualaman yang bernama prajurit Lombok Abang dan Prajurit Dragonders sudah siap dihalaman Puro Pakualaman tepatnya di depan Bangsal Sewatama.
Dengan terdengarnya alunan gendhing Ketawang Puspowarno laras slendro pathet manyura ini merupakan isyarat bahwa Sri Paduka Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aria Paku Alam keluar dari Dalem Ageng Prabasuyasa menuju Bangsal Sewatama yang didampingi Garwa Dalem Permaisuri , putera , menantu dan cucu - cucu. Sesampainya di Bangsal Sewatama semua yang hadir menghaturkan sembah dan para prajurit memberikan penghormatan secara keprajuritan. Setelah Sri Paduka Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aria Paku Alam duduk di kursi singgasana lalu memberikan isyarat kepada Kyai Penghulu untuk memimpin Doa ,dengan selesainya doa lalu dibunyikan gendhing Corobalen lalu dilanjutkan gendhing Sri Dirgayuswa sebanyak satu kali ( 1 ulihan ). Dengan berhentinya gendhing para abdi dalem nara kary lalu segera menurunkan ambengan hajat dalem ( nglorot ) dibawa ketengah barisan prajurit, dengan diiringi gendhing Monggang barisan prajurit berangkat menuju Masjid Pakualaman mengawal ambengan hajat dalem yang akan dibagi - bagikan.

Rangkaian ambengan Hajad Dalem
a. Tebu 2 batang : bermakna adanya dua tujuan ( penggayuh ) untuk kesempurnaan hidupnya
b. Apem : bermakna kemantapan hati Sri Paduka Paku Alam dalam menyembah Tuhan Yang Maha Esa dan memelihara untuk keselamatan negara dan rakyatnya
c. Kupat lungguh : bermakna permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk kesentosaan akan kedudukannya lahir batin
d. Nasi Golong : maknanya mengetahui saudara empat lima pancer yang keluar dari marga ina
e. Jenang Baro - baro : maknanya mengetahui saudara yang tidak keluar dari marga ina
f. Nasi Tumpeng Janganan : maknanya mengetahui saudara yang lengkapnya enam belas
g. Jajan Pasar : maknanya mengetahui saudara sebaya yang lahir bersamaan hari yang semua makhuknya Tuhan
h. Nasi Kebuli : adalah nasi ditanak dari beras sepitrah
i. Jenang merah putih : maknanya mengetahui dhanyang prayangan yang bermukim di Puro Pakualaman dan wilayah Mataram


Wisudhan

Setelah barisan prajurit dan ambengan dalem berangkat , di bangsal Sewatama diadakan wisudhan , Sri Paduka Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aria Paku Alam mewisudha para kerabat sentana maupun para abdi dalem yang diberi kedudukan serta pangkat baru , juga pengangkatan abdi dalem yang baru .
Wisudha ini dari pangkat abdi dalem yang bawah sampai yang atas seperti :
Abdu dalem Jajar , Bekel , Lurah , Ngabei , Penewu , Wedana , Riya , Bupati Anom ,
Bupati sepuh , Bupati Nayaka, Pangeran Sentana .

Barisan prajurit yang tadi ke masjid kembali lagi memasuki Puro Pakualaman dan kembali pada posisi semula , Setelah itu Sri Paduks Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aria Paku Alam berdiri dan ini merupakan isyaratbahwa upacara adhat telah selesai , semua yang hadir lalu memberikan penghormatan dengan sembah dan para prajurit memberikan penghormatan dengan cara keprajuritan. Sri Paduka Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Paku Alam meninggalkan tempat dan kembali masuk ke Dalem Ageng Prabasuyasa dengan diiringi gendhing Udan Mas.

Artikel Terpopuler


...
Istilah - Istilah Gamelan dan Seni Karawitan

by admin || 07 Maret 2014

Ada-ada. Bentuk lagu dari seorang dhalang, umumnya digunakan dalam menggambarkan suasana yang tegang atau marah, hanya diiringi dengan gender.    Adangiyah. Nama dari jenis ...


...
Istilah- Istilah Gerakan Tari  Gaya  Yogyakarta

by admin || 05 Maret 2014

Ngithing. Posisi tangan dengan mempertemukan ujung jari tengah ibu jari membentuk lingkaran, sedangkan jari-jari lainnya agak diangkat keatas dengan masing-masing membentuk setengah ...


...
Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo

by admin || 04 Maret 2014

Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo. Dilahirkan pada tanggal 22 Maret 1899 di Yogyakarta Putera Ngabehi Prawiroreso ini pada tahun 1909 tamat Sekolah Dasar di Gading dan Tahun 1916 masuk menjadi abdi ...



Artikel Terkait


...
PASAR MALAM PERAYAAN SEKATEN

by admin || 01 April 2012


...
GREBEG

by admin || 01 April 2012

Upacaya Grebeg berasal dari kata Grebe, Gerbeg. Grebeg dalam bahasa jawa bermakna suara angin. Kata dalam bahasa Jawa Anggrebeg, mengandung makna menggiring Raja, pembesar atau pengantin. Grebeg ...


...
Garebeg Mulud

by admin || 01 April 2012

Upacara Sekaten diadakan setahun sekali, dimulai pada hari kelima di bulan Mulud (bulan Jawa). Upacara ini merupakan perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad S.A.W. Masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta