by admin|| 01 April 2012 || 12.203 kali
Merupakan upacara adat guna menyelamati hewan – hewan yang sering digunakan untuk membantu petani dalam hal pengolahan pertanian. Hewan ini diselamati agar ia selamat sehingga dapat mengerjakan kembali lahan pertanian pada musim tanam berikutnya. Pelaksanaan upacara ini sesuai dengan wuku Gumbre , untuk lembu jatuh pada senin wage sedang untuk kerbau pada hari rabu legi. Latar belakang dilaksanakannya upacara ini bahwa masyarakat beranggapan bahwa seluruh hewan–hewan di dunia ini milik Kanjeng Nabi Sulaiman.
Rangkaian sesaji upacara :
a. Jadah aran yaitu ketan yang dikukus kemudian dipenak, ketan mempunyai sifat pliket dimaksudkan agar tradisi ini melekat di masyarakat.
b. Among–among yaitu nasi putih yang dibuat lancip, ukurannya kecil disekelilingnya terdapat lauk pauk sebanyak dua buah.
c. Brokohan yaitu semua hasil bumi, ketela pohon, gembili, kimpul, uwi, ubi jalar dll. Makanan tersebut merupakan makanan bagi hewan yang disebut Gumbreg.
d. Aneka kupat :
- Kupat luwar bermakna untuk minta maaf
- Kupat lepet dan kodok bermakna agar hewan itu jinak/lulut setelah selesai upacara kupat tersebut digantung diatas pintu masuk keluar hewan/diatas kandang.
e. Jenang katul dimaksudkan agar hewan tersebut mengerti kepada majikannya dan agar pemiliknya tidak semena–mena kepada hewan piaraannya, caranya yaitu jenang katul tersebut dioles-oleskan pada hewan lembu selanjtnya dimakan oleh hewan tersebut baik lembu maupun kerbau.
Pelaksanaan upacara dilaksanakan malam hari setelah Isya kira–kira pukul 19.00 Wib
Jalannya upacara semua sesaji dikendurikan bersama dirumah Bapak Kadus, peserta upacara adalah kaum laki–laki si pemilik hewan atau anak laki-laki
Puncak upacara Gumbregan pada akhir doa yang dibacakan oleh pemimpin doa itu yang diakhiri dengan kata amin yang sangat keras dan sekaligus peserta upacara ini berloncat dan berdiri selanjutnya sesaji yang dibawa dimakan secara bersama–sama sedangkan jenang katul dibawa pulang untuk diberikan kepada hewan piaraannya dan kupat serta pala keendem dipasang di pintu kandang. Pada saat sekarang ii upacara ini mengalami pergeseran karena ada masyarakat yang tidak mempunyai hewan piaraannya.
by admin || 07 Maret 2014
Ada-ada. Bentuk lagu dari seorang dhalang, umumnya digunakan dalam menggambarkan suasana yang tegang atau marah, hanya diiringi dengan gender. Adangiyah. Nama dari jenis ...
by admin || 05 Maret 2014
Ngithing. Posisi tangan dengan mempertemukan ujung jari tengah ibu jari membentuk lingkaran, sedangkan jari-jari lainnya agak diangkat keatas dengan masing-masing membentuk setengah ...
by admin || 04 Maret 2014
Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo. Dilahirkan pada tanggal 22 Maret 1899 di Yogyakarta Putera Ngabehi Prawiroreso ini pada tahun 1909 tamat Sekolah Dasar di Gading dan Tahun 1916 masuk menjadi abdi ...
by admin || 01 April 2012
by admin || 01 April 2012
Upacaya Grebeg berasal dari kata Grebe, Gerbeg. Grebeg dalam bahasa jawa bermakna suara angin. Kata dalam bahasa Jawa Anggrebeg, mengandung makna menggiring Raja, pembesar atau pengantin. Grebeg ...
by admin || 01 April 2012
Upacara Sekaten diadakan setahun sekali, dimulai pada hari kelima di bulan Mulud (bulan Jawa). Upacara ini merupakan perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad S.A.W. Masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya ...