UPACARA LABUHAN LAUT SAPTOSARI

by admin|| 01 April 2012 || 10.044 kali

...

Upacaraini disebut juga sedekah laut diadopsi dari upacara labuhan yang dilaksanakan di pantai Baron. Sebelum upacara labuhan masyarakat telah mempunyai tradisi upacara yang disebut “GOLONGAN “, dilaksnakan sebagai rasa syukur dan berharap agar teri/impun datang bergolong–golong dan menepi. Istilah Golong artinya satu, dengan bentuk sega goong yaitu bulat yang divisualisasikan sebagai persembahan dalam upacara golongan. Tradisi yang dilakukan masyarakat/keluarga membawa nasi golong untuk sesaji di watu Sajen selanjutnya dikendurikan dan dimakan bersama. Upacara sekah laut Saptosari bertujuan memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan melakukan persembahan–persembahan kepada penguasa lautan supaya para nelayan selamat mencari ikan dan memperoleh ikan banyak . Pelaksanaan upacara labuhan ini pada malam  1 sura.

 

Rangkaian sesaji upacara :

Sesaji upacara labuhan ada pitung jodho diperuntukkan :

-   Satu jodho untuk nelayan

-   Satu jodho untuk tempat wayangan

-   Satu jodho untuk tmpat urang

-   Satu jodho untuk jaring dan perahu

-   Satu Jodho untuk alat – alat wayang

-   Satu Jodho untuk tempat upacara

-   Satu Jodho untuk penonton wayang

 

Jenis – jenis sesaji dan maknanya :

a.       Ayam jantan :

simbol  bahwa nelayan adalah  laki-laki yang sangat berani dan tidak takut mati untuk mengarungi samudera.

b.      Gunungan bentuk perahu : simbol penghidupan nelayan

c.       Jenang-jenangan:  jenang abang simbol biyung,jenang putih simbol bapak

d.      Tanaman tebu :  simbol untuk ngayomi masyaraka

e.       Lauk pauk dari kambing

Simbul korban di dalam mencari ikan yang ditujukan kepada Kanjeng Ratu Kidul.

f.        Kemben sutera ungu

Simbul busana Kanjeng Ratu Kidul untuk diberikan kepada prajuritnya supaya tidak mengganggu nelayan.

g.       Buah-buahan

Ditujukan kepada penunggu pesisir supaya tidak mengganggu nelayan.

 

Pelaksanaan Upacara :

Setelah upacara labuhan dimulai dengan terlebih dahulu dibacakan doa–doa oleh juru kunci, setelah selesai membacakan doa semua menuju laut bersama–sama dengan perlengkapan sesaji dan diiringi gendhing Kebogiro. Iring–iringan yang menuju ke laut adalah gunugan yang berisi perlengkapan sesaji dibawa ke tengah laut dengan satu perahu yang dikawal empat perahu, dua perahu disebelah kanan dan dua perahu disebelah kiri, setelah kurang lebih satu  kilo gunungan dilepas oleh juru kunci yang didahului dengan doa mohon keselamatan bagi nelayan dan memohonm agar memperoleh ikan yang banyak.

Artikel Terpopuler


...
Istilah - Istilah Gamelan dan Seni Karawitan

by admin || 07 Maret 2014

Ada-ada. Bentuk lagu dari seorang dhalang, umumnya digunakan dalam menggambarkan suasana yang tegang atau marah, hanya diiringi dengan gender.    Adangiyah. Nama dari jenis ...


...
Istilah- Istilah Gerakan Tari  Gaya  Yogyakarta

by admin || 05 Maret 2014

Ngithing. Posisi tangan dengan mempertemukan ujung jari tengah ibu jari membentuk lingkaran, sedangkan jari-jari lainnya agak diangkat keatas dengan masing-masing membentuk setengah ...


...
Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo

by admin || 04 Maret 2014

Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo. Dilahirkan pada tanggal 22 Maret 1899 di Yogyakarta Putera Ngabehi Prawiroreso ini pada tahun 1909 tamat Sekolah Dasar di Gading dan Tahun 1916 masuk menjadi abdi ...



Artikel Terkait


...
PASAR MALAM PERAYAAN SEKATEN

by admin || 01 April 2012


...
GREBEG

by admin || 01 April 2012

Upacaya Grebeg berasal dari kata Grebe, Gerbeg. Grebeg dalam bahasa jawa bermakna suara angin. Kata dalam bahasa Jawa Anggrebeg, mengandung makna menggiring Raja, pembesar atau pengantin. Grebeg ...


...
Garebeg Mulud

by admin || 01 April 2012

Upacara Sekaten diadakan setahun sekali, dimulai pada hari kelima di bulan Mulud (bulan Jawa). Upacara ini merupakan perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad S.A.W. Masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta