by admin|| 01 April 2012 || 9.245 kali
Upacara BabatDalan di desa Giring menurut ceritanya pencarian tempat bersemayamnya Ki Ageng Giring, pencarian itu di sepanjang jalan sambil “mbabati “ rerumputan sepanjang jalan yang dilaluinya sampai didapatinya tanda–tanda tertentu sebudang tanah yang bau wangi dan tulang/bangkai burung berceceran disekitarnya. Saat membuat jalan dengan babat–babat rerumputan, disitu ditemukan beberapa buah benda yaitu tutup kepala dan sebuah tongkat (diberi nama teken dan kethu) dengan kepercayaan benda tersebut milik Ki Ageng Giring. Babat dalan berarti babati jiawa sing ora apik (menghilangkan hati yang tidak baik). Dahulu masyarakat setempat melaksanakan upacara ini doi masjid Sada, pada waktu itu sarana yang diperlukan upacara tersebut yaitu pada “ingin kurung” harus diikat dengan janur, mereka membawa clathung (arit) untuk mengambil blarak/janur yang dipasang pada pohon kukun. Sekarang upacara bersama sada giring dilaksanakan sendiri– sendiri.
Pada masa sekarang tujuan utama diadakannya upacara ini untuk mengingatkan ajaran– ajaran Ki Ageng Giring yang terkandung dalam upacara Babat Dalan yaitu mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, keprihatinan, keteguhan hati dalam keimanan. Selain itu berkaitan dengan adanya kepercayaan supaya warga desa diberi keselamatan dan kesejahteraan maka warga desa perlu melaksanakan tradisi tersebut.
Pelaksanaan upacara di desa Giring dan desa Sodo dilaksanakan pada hari Jum’at Kliwon setelah masa panen, tempat pelaksanan di balai desa dipimpin oleh Rois/Pemimpin upacara dengan membacakan doa yang telah dilengkapi dengan sesaji. Selesai doa selamatan baik berupa nasi dan lauk pauknya beserta kelengkapan lainnya dibagikan kepada semua warga masyarakat, ada yang dimakan disitu ada pula yang dibawa pulang untuk dikeringkan menjadi ‘‘aking“ selanjutnya dicampur dengan benih padi disebarkan dilahan garapan dengan kepercayaan akan memperoleh hasil panen yang baik.
Rangkaian sesaji dan maknanya :
a. Abon – abon : yang berisi kemeyan, tembakau, kemmbang telon dan sekedar uang
diletakkan di depan sesepuh adat/pemimpin upacara untuk sarana mantra.
b. Nasi liwet : untuk menghormati yang menjaga kelestarian luar dan dalam rumah
masing – masing.
c. Jenang merah putih : untuk menghormati terjadinya kedua wahyu dari ayah dan ibu
d. Jenang merah : untuk menghormati penguasa Sangkala yaitu Baginda Ambyah
e. Jenang baro–baro : Peringatan wahyu yang lahir bersama penetapan namun lain
tempat
f. Jenang moncowarno : memperingati kiblat empat lima yang ditempati
g. Jenang piringan : memperingati sahabatnya Nyai Roro Kidul
h. Tumpeng Among : mem peringati malaikat pamomong semua warga masyarakat
dan hak pemilikan semua warga
i. Tumpeng sampur : melambangkan saat menerima wahyu agar bisa sampurna dan
lestari
j. Nasi ambeng : peringatan para arwah leluhur yang telah mendahului kita
menghadap Tuhan Yang Maha Esa.
k. Nasi memule : peringatan semua yang ada di muka bumi dan dibawah langit
ini semua diperingati agar bisa memberikan keselamatan apa yang menjadi keinginan warga masyarakat seluruh desa Giring
l. Nasi tumpeng
Batok Bolu : peringatan yang berkewajiban menjaga sebelah pintu kiri
luar dan dalam
m. Apem Goreng : Mohon ampun bilamana banyak kesalahan para arwah leluhur
agar semua sukma yang masih dipintu neraka segera diterima disisi Tuhan Yang Maha Esa
n. Nasi Tumpeng Alus : permohonan agar semua permintaan dikabulkan
o. Pisang Ayu : mangayu – ayuning bawono murih raharjaning praja dalam arti
semua keberadaan di muka bumi dari Tuhan wajib kita lestarikan.
p. Brakalan : (polo kependem, polo rambat) mengingatkan bahwa masa
hidupnya Ki Ageng Giring adalah petani yang menanam jenis tanaman tersebut dan tidak lupa makan jenis makanan tadi, yang menggambarkan cara hidup sederhana.
by admin || 07 Maret 2014
Ada-ada. Bentuk lagu dari seorang dhalang, umumnya digunakan dalam menggambarkan suasana yang tegang atau marah, hanya diiringi dengan gender. Adangiyah. Nama dari jenis ...
by admin || 05 Maret 2014
Ngithing. Posisi tangan dengan mempertemukan ujung jari tengah ibu jari membentuk lingkaran, sedangkan jari-jari lainnya agak diangkat keatas dengan masing-masing membentuk setengah ...
by admin || 04 Maret 2014
Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo. Dilahirkan pada tanggal 22 Maret 1899 di Yogyakarta Putera Ngabehi Prawiroreso ini pada tahun 1909 tamat Sekolah Dasar di Gading dan Tahun 1916 masuk menjadi abdi ...
by admin || 01 April 2012
by admin || 01 April 2012
Upacaya Grebeg berasal dari kata Grebe, Gerbeg. Grebeg dalam bahasa jawa bermakna suara angin. Kata dalam bahasa Jawa Anggrebeg, mengandung makna menggiring Raja, pembesar atau pengantin. Grebeg ...
by admin || 01 April 2012
Upacara Sekaten diadakan setahun sekali, dimulai pada hari kelima di bulan Mulud (bulan Jawa). Upacara ini merupakan perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad S.A.W. Masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya ...