by admin|| 01 April 2012 || 30.088 kali
Latar Belakang
Berdirinya Musuem Ullen Sentalu dimulai dari suatu gagasan di tengah proses pencarian jati diri Keluarga Haryono yang ingin mencapai suatu peraihan yang bersifat lestari dan bernilai adi luhung,
Sebagaimana setiap manusia mempunyai keterpanggilan untuk melakukan sesuatu yang berarti walaupun dalam mewujudkan butuh suatu perenungan yang dalam dan konsep yang jelas. Maka peribahasa “kalau gajah mati bisa meninggalkan gading atau macan meninggalkan belang “ menjadi referensi pencarian tersebut. Pada tahun 1990an terwujud suatu gagasan bersama untuk mendirikan sebuah museum
Keluarga Haryono adalah keluarga peranakan yang mempunyai latar belakang kultur Jawa yang sangat kental. Dibesarkan di sebuah kampung timur Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Kampung Sayidan, tapi lebih dikenal sebagai “gang” yang merupakan sebuah komplek bekas pemukiman Belanda. Setelah kemerdekaan sebagian rumah-rumah yang bergaya Indis dihuni oleh beragam status. Ada ningrat Jawa, Kaum Priyayi berpendidikan tinggi jaman Belanda, pengusaha batik, janda-janda Belanda dan Keluarga Haryono. Lingkungan tetangga yang beragam ini telah memberi nafas budaya dan nuansa kehidupan antara Jawa Klasik dan Eropa .
Dengan latar belakang pengaruh budaya Jawa yang kuat, maka Museum Ullen Sentalu didirikan sebagai museum seni dan budaya Jawa Klasik dengan harapan bisa mewujudkan suatu bentuk nyata dari pelestarian budaya.
Keluarga Haryono tidak sendiri dalam mewujudkan sebuah museum Jawa Klasik, para kerabat dari pewaris dinasti Mataram sangat mendukung. Sehingga pada tahun 1994 bersama dengan pemangku tahta Kasunanan Surakarta Hadiningrat I.S.K.S Paku Buwono XII, pemangku tahta Pakualaman KGPAA Paku Alam VIII, Putra Sultan Hamengku Buwana VIII : GBPH. Poeger, putri Mangkunegaran GRAy. Siti Nurul Kusumawardhani, serta seorang mantan Ibu negara Ibu Hartini Soekarno mendirikan Yayasan Ulating Blencong yang membidani berdirinya Museum Ullen Sentalu.
Secara resmi Museum Ullen Sentalu dibuka pada 1 Maret 1997 yang merupakan tanggal yang mempunyai nilai sejarah bagi kota Yogya. Peresmian museum dilakukan oleh KGPAA Paku Alam VIII yang jug menjabat sebagai Gubernur DIY masa itu.
Lokasi
Dari awal gagasan, Museum Ullen Sentalu direncanakan berdiri diatas tanah keluarga di Kaliurang, di kaki Gunung Merapi. Kenangan akan masa kecil yang indah di Kaliurang menjadi inspirasi bagi Keluarga Haryono untuk mewujudkan karya-karyanya. Selain , Gunung Merapi dipercaya sebagai salah satu kekuatan bagi masyarakat Jawa. Mitos akan kesakralan Gunung Merapi yang merupakan tempat tinggal para dewa menjadi bagian dari Nuansa Budaya Jawa.
Melestarikan seni dan budaya Jawa dengan mengangkat citra wanita sebagai sumber inspirasi kekayaan seni dan budaya Jawa.
Visi
Mempersembahkan karya seni dan budaya yang layak dipelihara dan dihargai bagi generasi mendatang, sehingga bagian dari sejarah dan metamorfose seni budaya di Indonesia terutama Jawa tetap menjadi kebanggaan generasi ke generasi
Ullen Sentalu merupakan akronim bahasa Jawa, yaitu “ulateng blencong sejatine tataraning lumaku”. Nama ini diambil dari pelita yang digunakan pada layar dalam pertunjukkan wayang kulit, sehingga secara filosofi berarti Nyala Lampu Blencong sebagai Pelita Kehidupan Umat Manusia.
Arsitektur museum
Dari awal pembangunan komplek museum, penggagas arsitektur bangunan KP. DR. Samuel Wedyadiningrat, DSB. KONK, tidak pernah menggunakan cetak biru. Setiap bangunan berdiri dengan konsep “In the Field Architecture Concept” yang bisa diartikan arsitektur setiap bangunan di design dan digarap langsung dilapangan.
Hal tersebut dilakukan karena setiap bangunan harus berdiri sesuai dengan letak tanah dan alamnya. Dan bangunan selanjutnya akan dibuat mengikuti harmonisasi dari bangunan sebelumnya..
Prinsip “Harmonisasi Alam dan Ekologi Lingkungan” merupakan hal mutlak bagi pembangunan komplek Museum Ullen Sentalu
Nuansa Jawa Belanda dan alam Kaliurang terwujud pada bangunan Guwo Selo Giri (lorong bawah tanah), Kampung Kambang yang merupakan kompleks ruang di atas kolam, Gapuro Naga Pertolo : undakan panjang dari bawah tanah menuju alam bebas, serta beberapa bangunan yang digarap menggunakan material utama batu dari alam sekitar.
Gaya arsitektur komplek Museum Ullen Sentalu merupakan perwujudan kekayaan budaya Jawa dalam nuansa kolonial di alam Kaliurang yang identik dengan Hutan dan Gunung.
Konsep Museum
Konsep pokoknya adalah Jendela ( menuju ke alam Budaya dan Seni Jawa Klasik). Karya-karya museum bnayak diwakili oleh para tokoh wanita Jawa, para permaisuri dan putrid dari Dinasti Mataram.
Budaya Jawa memposisikan wanita sebagai “konco wingking”, sehingga pada masa Dinasti Mataram, sangatlah mustahil bisa melihat kehidupan para putri dalam kungkungan tembok kraton.
Tetapi wanita Jawa adalah wanita perkasa, melalui peranan sebagai konco wingking, mereka merupakan factor penentu tatanan kehidupan politik dan budaya. Dari para wanita dibalik tembok kaputren pulalah, proses kebudayaan Jawa yang sangat kaya tercipta.
Museum mengambil peran wanita sebagai jendela memasuki suatu perjalanan panjang dari proses sejarah, budaya, dan seni Jawa.
Factor edukatif sangat ditekankan oleh museum tanpa mengurangi factor entertain bagi pengunjung museum. Konsep lain dari museum adalah menjadikan museum sebagai tempat yang menghibur tapi penuh nilai-nilai edukatif. Hal tersebut ditekankan sebagai cara mengatasi masyarakat khususnya generasi muda melupakan akar budaya dan sejarah bangsanya.
Sedikitnya memerlukan waktu 45 menit para pengunjung museum bisa menikmati sebagian “kecil” penjelajahan sejarah, seni dan budaya Jawa melalui “jendela” yang dibukakan oleh para pemandu museum. Tanpa terasa para pengunjung yang mungkin “buta” sejarah dan budaya Jawa, sepulang dari museum bisa memiliki sebagian pengalaman pengetahuan akan sejarah dan budaya Jawa.
Pernah pihak Yayasan mengadakan survey bagi para pengunjung, dan sebagaian besar pengunjung sudah mengunjungi museum paling tidak 5 kali. Alasan mereka adalah tidak banyak tempat yang bisa memberikan layanan “Edutainment” (terhibur tapi juga terdidik). Dan setiap kunjungan mereka akan menikmati penjelajahan sejarah dan budayanya yang berbeda. Terang saja, bagaimana waktu museum tour yang 45 menit bisa menguak semua kekayaan sejarah Jawa yang panjang serta pernik-perniknya. Jadi kesimpulan, makin sering berkunjung ke Museum Ullen Sentalu pengetahuan sejarah dan budaya Jawa akan semakin kaya. Itulah makna “Edutainment”
Kiat Yayasan dan Eksistensi Museum
Sebagaimana suatu perjalanan panjang dan penuh perjuangan, Museum ullen Sentalu berharap keberadaannya menjadi bagian dari kehidupan budaya bangsa Indonesia. Untuk mendukung keberadaan museum, pihak yayasan dengan segala kemampuannya berusaha untuk menambah sarana dan prasarana, seperti Restorant yang memiliki gaya bangun kolonial, art shop, galeri bagi para akademisi seniman muda yang berbakat dan ingin memulai debutnya, serta rencana-rencana lain bagi pengembangan museum dan sarana prasarananya.
Semua itu dirancang dengan maksud meningkatkan pelayanan bagi para pengunjung museum yang sudah jauh-jauh “naar boven” (sebutan pergi ke atas/Kaliurang) untuk bisa menikmati lebih banyak acara. Kunjungan museum, pameran di galeri, belanja di artshop, Batik prêt a porter (dibuka bulan Desember) dan toko-toko lain yang akan menyediakan berbagai barang yang tidak dijumpai di lain tempat, serta bersantai di Taman Kaswargan yang romantis.
Pimpinan Yayasan : K.P. DR. Samuel J. Haryono Wedyodiningrat.
Sekretariat : Jl. Plemburan 10 Ringroad Utara Yogyakarta, 55581
Email : thomasharyono@yahoo.com
atau yannev@yahoo.co.uk
Tiket : Rp.10.000 (pelajar) Rp. 20.000 ( umum) (Rp. 36.000,-) mancanegara
Contact : Ph. (62-274) 880158, 895161. Fax. (62-274) 881743