by admin|| 04 Maret 2014 || 57.759 kali
Caos dhahar dalam bahasa daerah berarti menyajikan santapan. Nyai Panggung dan Kiai Kosa adalah nama tokoh-tokoh dhanyang yang menurut kepercayaan menjadi penghuni pohon wringin sepuh. Kedua tokoh dhanyang itu dianggap sebagai makhluk halus yang menjaga/menguasai (mbaureksa) wringin sepuh yang terdapat di komplek bekas hutan Mentaok. Menurut legenda Nyai Panggung dan Kiai Kosa adalah dua orang abdi Kanjeng Panembahan Senopati, raja pertama kerajaan Mataram, sedangkan wringin sepuh adalah pohon beringin yang ditanam oleh Kanjeng Sunan Kalijaga di hutan Mentaok bumi Mataram, tempat Kerajaan Mataram pertama didirikan. Upacara ini terdiri dari dua tahap:
- Mempersembahkan sesajen bunga-bunga beserta kemenyan yang dibakar diiringi doa permohonan yang dilakukan oleh juru kunci di kaki batang wringin sepuh.
- Megambil dua helai daun wringin sepuh yang sudah rontok (jatuh).
Maksud dan tujuan dari upacara ini adalah untuk memohon pertolongan, menyatakan rasa terima kasih, kepada dhanyang-dhanyang dan ikut memuliakan pepundhen yang bersemayam di Makam Kotagede. Waktu penyelenggaraan upacara siang sore dan malam hari, kecuali pada saat-saat adzan sholat lima waktu dan pada waktu sholat Jumat. Sedangkan untuk tahap “dhahar suket pethak ganda arum” dianjurkan pada malam hari Selasa Kliwon atau malam hari Jumat Kliwon.
Orang yang berhajad untuk upacara caos dhahar Nyai Panggung dan Kiai Kosa setelah menentukan saat yang tepat kemudian membeli bunga pepakan (berwarna-warni). Pada tahap “caos dhahar sekul pethak ganda arum” di rumah orang yang mempunyai hajat itu mempersiapkan sesajen yang akan dihaturkan. Selanjutnya untuk mempersembahkan hewan korban, orang yang mempunyai hajat itu harus mempersiapkan seekor korban serta sesajen seutuhnya. Sebagai perlengkapan upacara:
- Untuk tahap “caos dhahar Nyai Panggung, Kiai Kosa” di wringin sepuh. Perlengkapan upacara berupa sesajen bunga pepakan (warna-warni) 1 bungkus, beberapa potong kemenyan, daun pembungkus dan sulur.
- Untuk tahap “caos dhahar sekul pethak ganda arum” di rumah dengan perlengkapan:
§ satu piring nasi putih
§ satu piring ketan kuning
§ satu piring kerak nasi
§ satu butir telur goreng ditaruh diatas talam/nampi
§ satu cangkir kopi pahit
§ satu cangkir wedang teh pahit
§ satu piring buburkacang hijau
§ sekeping gula jawa
§ sebatang rokok klembak menyan
§ dua sisir pisang raja
§ dua helai daun dadap serep
§ beberapa batang kemenyan
§ sebuah anglo berisi arang untuk perdupaan
§ jimat wringin sepuh
§ korek api
- untuk tahap pemberian hewan kurban di wringin sepuh perlengkapan upacara berupa:
§ seekor hewan kurban, berupa ayam atau kambing
§ aneka macam sesajian seperti tercantum di atas
§ Pisau untuk menyembelih hewa kurban.
by admin || 07 Maret 2014
Ada-ada. Bentuk lagu dari seorang dhalang, umumnya digunakan dalam menggambarkan suasana yang tegang atau marah, hanya diiringi dengan gender. Adangiyah. Nama dari jenis ...
by admin || 05 Maret 2014
Ngithing. Posisi tangan dengan mempertemukan ujung jari tengah ibu jari membentuk lingkaran, sedangkan jari-jari lainnya agak diangkat keatas dengan masing-masing membentuk setengah ...
by admin || 04 Maret 2014
Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo. Dilahirkan pada tanggal 22 Maret 1899 di Yogyakarta Putera Ngabehi Prawiroreso ini pada tahun 1909 tamat Sekolah Dasar di Gading dan Tahun 1916 masuk menjadi abdi ...
by admin || 01 April 2012
by admin || 01 April 2012
Upacaya Grebeg berasal dari kata Grebe, Gerbeg. Grebeg dalam bahasa jawa bermakna suara angin. Kata dalam bahasa Jawa Anggrebeg, mengandung makna menggiring Raja, pembesar atau pengantin. Grebeg ...
by admin || 01 April 2012
Upacara Sekaten diadakan setahun sekali, dimulai pada hari kelima di bulan Mulud (bulan Jawa). Upacara ini merupakan perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad S.A.W. Masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya ...