Upacara Ngalangi

by admin|| 04 Maret 2014 || 47.163 kali

...

 

Upacara ngalangi merupakan upacara adat penangkapan ikan di Pulau Drini, di wilayah pedukuhan Wonosobo, Kelurahan Banjarejo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunung Kidul. Kata ngalangi berasal dari kata alang yang berarti sisi yang pendek dari atau yang melintang, alangan berarti rintangan, ngalangi berarti merintangi. Upacara ini dilakukan dalam dua tahap yaitu:

1.          Masang gawor (memasang akar wawar pugon). Dilakukan sehari sebelum pelaksanaan upacara. Gawor merupakan oyod wawor pugon yang disembung kemudian diikat pada tanggul-tanggul yang dipasang sekeliling kedung caron.

2.          Upacara itu sendiri dilaksanakan pada hari Jumat Wage jam 14.00. Pertama-tama diawali selamatan kenduri nasi ambengan. Ambengan-ambengan yang telah diatur, diletakkan diatas tikar, dikelilingi oleh orang-orang yang akan ikut kenduri. Upacara selamatan ini dipimpin oleh kunci. Seraya membakar kemenyan kunci berdoa dan menggujubkan akan maksud kenduri tersebut.

Setelah selamatan selesai, nasi ambengan segera dibagi-bagi kepada mereka yang hadir. Penyelenggaraan upacara tersebut dimaksudkan agar hasil pencarian ikan di laut tersebut banyak karena selain bertani mata pencaharian penduduk setempat juga sebagai nelayan. Mengenai waktu penyelenggaraan sudah ada ketentuannya sendiri yaitu pada hari Jumat Wage. Ketentuan ini tidak terlepas dari pasang surutnya panen.

              Tempat menyelenggarakan upacara naglangi di Pulau Drini. Di pantai itu terdapat batu karang besar yang menyerupai pulau dinamakan Pulau Drini. Di sini ada 2 batu karang yang penting yang disebut pulau Drini dan Watu Payung dan di sebelah barat terdapat sebuah kedungan yang disebut kedung caron.

              Penyelenggara teknis upacara yaitu kunci atau juru kunci. Dan wilayah yang terlibat dalam upacara ini ialah Dukuh Melikan, Wonosobo, Wonosari, Wuluh dan Ngepoh. Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam upacara ini antara lain petugas khusus meliputi seorang yang membantu pak kunci menyiapkan sesajen dan kurang lebih sepuluh orang yang bertugas mencari oyod wawor, dan petugas pembantu yang memasak nasi selamatan untuk tiap-tiap penduduk.

              Selanjutnya macam-macam rangkaian sesajen yang sudah dilabuh berupa sega liwet, sega giling, tumpeng alus, tumpak jadah, jadah tua, rakon yang terdiri dari uwi; gembili; senthe; pisang, kimpul, kupat luwnar sebanyak dua buah (sejodo), tukon pasar, jenag putih, jenang merah, jagung (baro-baro), uang logam, gontal, bunga (kembang boreh) dan kemenyan. Semua sajen tadi ditempatkan dalam panjang ilang:

-        Sajen yang dibawa ke pantai berupa nasi ambengan

-        Perlengkapan mencari ikan yaitu gawor dan oyod sepuh/jenu obat pemabuk ikan

-        Alat-alat untuk manangkap ikan berupa jala, tombak, gebuh, jugil dan pancing

Persiapan tersebut masih ditambah dengan membersihkan pondok yaitu rumah kecil di tepi pantai yang dipergunakan untuk tempat persiapan. Pantangan-pantangan dalam upacara ngalangi yang masih ditaati antara lain berhubungan dengan:

1.        Wader kampur. Dikala sedang mencari ikan di kedung caron apabila menemui ikan wader kampur dengan ciri-ciri tertentu maka mereka bubar dan pulang ke rumah masing-masing. Mereka beranggapan bahwa ikan wader kampur tersebut pembawa sial.

2.        Nasi ambengan. Yang diperuntukkan selamatan itu lauk pauknya harus serba kering dan ada cabuk (ampas wijen untuk sambal).

 

Tindakan terhadap peristiwa gerhana itu melalui beberapa tahap:

a.        Tahap Gejog dan Kotekan, dilakukan pada saat gerhana sedang berlangsung. Alat yang digunakan berupa lesung yang dilakukan oleh ibu-ibu secara bersama-sama dan kotekan dilakukan oleh anak-anak yang memukul kentongan.

b.        Mengolesi tali pusat dengan abu dan mandi jamas atau keramas, yang dilakukan oleh ibu-ibu yang sedang hamil.

c.        Memukuli pohon kelapa, upacara gerhana ini bermaksud mohon dihindarkan dari bahaya, kegelapan dan kegoncangan. Adapun waktu pelaksanaannya tergantung peristiwa gerhana bulan-bulan matahari itu, bertempat di luar rumah dimana lesung itu ditempatkan.

Perlengkapan yang dibutuhkan dalam upacara ini antara lain: lesung, alu, kentongan, dan kayu pemukul, abu dapur, landa merang, untuk keramas dan alat pemukul (gebug) untuk memukul pohon kelapa. Walaupun tidak terdapat pantangan-pantangan namun masyarakat masih percaya bahwa dengan melaksanakan yang telah berlaku, maka mereka akan selalu dilindungi oleh para leluhurnya.

 

Artikel Terpopuler


...
Istilah - Istilah Gamelan dan Seni Karawitan

by admin || 07 Maret 2014

Ada-ada. Bentuk lagu dari seorang dhalang, umumnya digunakan dalam menggambarkan suasana yang tegang atau marah, hanya diiringi dengan gender.    Adangiyah. Nama dari jenis ...


...
Istilah- Istilah Gerakan Tari  Gaya  Yogyakarta

by admin || 05 Maret 2014

Ngithing. Posisi tangan dengan mempertemukan ujung jari tengah ibu jari membentuk lingkaran, sedangkan jari-jari lainnya agak diangkat keatas dengan masing-masing membentuk setengah ...


...
Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo

by admin || 04 Maret 2014

Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo. Dilahirkan pada tanggal 22 Maret 1899 di Yogyakarta Putera Ngabehi Prawiroreso ini pada tahun 1909 tamat Sekolah Dasar di Gading dan Tahun 1916 masuk menjadi abdi ...



Artikel Terkait


...
PASAR MALAM PERAYAAN SEKATEN

by admin || 01 April 2012


...
GREBEG

by admin || 01 April 2012

Upacaya Grebeg berasal dari kata Grebe, Gerbeg. Grebeg dalam bahasa jawa bermakna suara angin. Kata dalam bahasa Jawa Anggrebeg, mengandung makna menggiring Raja, pembesar atau pengantin. Grebeg ...


...
Garebeg Mulud

by admin || 01 April 2012

Upacara Sekaten diadakan setahun sekali, dimulai pada hari kelima di bulan Mulud (bulan Jawa). Upacara ini merupakan perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad S.A.W. Masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta