Upacara Garap Siti

by admin|| 04 Maret 2014 || 41.389 kali

...

Upacara garap siti adalah upacara yang merupakan rangkaian awal upacara kesuburan tanah. Upacara ini diadakan oleh masyarakat Desa Kelurahan Banjarejo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul dalam mengerjakan tanah pertaniannya. Disebabkan dalam mengerjakan tanah pertaniannya, masyarakat desa Banjarejo sangat tergantung pada turunnya hujan. Tahap-tahap dalam upacara garap siti yaitu membejak tanah, nyadran taunan, dan ngawu-awu.

              Maksud dari penyelenggaraan upacara itu sebagai ucapan terima kasih kepada yang menjaga tanah pertaniannya. Yaitu Baginda Elyas. Masyarakat desa Banjarejo menyebut tanah pertaniannya baik yang ditanami padi maupun polowijo dengan istilah alat atau wana (bahasa alus). Ucapan terima kasih tersebut diwujudkan berupa sesajian tertentu sebagai upah. Sedangkan maksud da tujuan nyadran taunan adalah mengeramatkan roh halus yang mendiami sebuah pohon besar (resan).

              Waktu pelaksanaan upacara ini dipilih hari Senin Pahing, pada siang hari. Karena hari tersebut dianggap dapat memberi berkah. Selain itu perhitungan lain yang menyangkut tanam-tanaman. Adapun dengan pedukuhan lain tidak sama, tergantung kemantapan hati masing-masing dalam memilih hari yang dianggap baik. Tempat penyelenggaraan upacara ini adalah:

              Di tempat resan yaitu di tempat tumbuhnya pohon besar yang dikeramatkan penduduk, bagi pedukuhan yang masih mempunyai resan. Di pendhopo (balai ruang) selanjutnya di ladang karena di ladang ini dijaga oleh Bagindho Elyas. Pihak-pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan upacara yaitu dukun sesepuh adat, kunci atau juru kunci dan orang yang mempunyai hajat itu sendiri. Selain itu masih melibatkan orang lain untuk pelaksanaan upacara ini diantaranya: seorang wanita yang bertugas membuat sesajen selamatan, dua orang atau lebih untuk membantu tuan rumah memasak makanan. Beberapa orang laki-laki (kepala keluarga) tetangga sekitar untuk menghadiri selamatan ngawu-awu, kurang lebih 10 orang sebagai saksi dan seorang laki-laki yang bertugas membuat panjang ilalang yaitu keranjang khusus yang terbuat dari kira-kira 10 helai janur.

              Panjang ilalang itu dipergunakan untuk tempat sesajen yang akan dipersembahkan di tempat resan. Bagi pedukuhan yang masih mempunyai resan menyiapkan upacara selamatan nyadran taunan. Keperluan yang dipersiapkan ialah: juadah, sebuah tumpeng alus, tumpeng gurih, dua buah sega giling, dua buah sega seredan, sega liwet, ketan yang diberi gula merah, ketan putih biasa tanpa dibumbui sesuatu, bedak dingin, parem, tembakau, kinang sirih, gantal, kembang boreh, kemenyan, uang logam (Rp 100), sebuah degan (kelapa muda), panjang ilalang, sehelai kain putih (mori), dan kiso.

              Persiapan tahap berikutnya dalam rangkaian upacara garap siti adalah menyediakan sesaji dan perlengkapan untuk selamatan yaitu: sebuah tumpeng alus, sebuah tumpeng mong-mong, sega liwet, sega golong 7 jodho, sego giling 2 buah, sebuah bathok bolu. Sebutir atau dua butir telur, jenang putih, jenang merah, jenang baro-baro dan jenang pliringan, tiga bungkus bekatul, kue srabi, pisang ambon dan semuanya ditempatkan dalam nyiru. Bagi masyrakat desa Banjarejo, dalam mengolah tanah dan menanami padi masih dikaitkan dengan kepercayaan. Mereka percaya bahwa apabila tidak melaksanakan upacara berarti melanggar aturan (tidak menaati pantangan). Satu hal yang menjadi pantangan masyarakat terutama para petani desa Banjarejo, yaitu mereka mau tidak mau pasti mengadakan upacara. Jika mereka terjadi suatu pelanggaran akan berakibat tidak baik.

 

Artikel Terpopuler


...
Istilah - Istilah Gamelan dan Seni Karawitan

by admin || 07 Maret 2014

Ada-ada. Bentuk lagu dari seorang dhalang, umumnya digunakan dalam menggambarkan suasana yang tegang atau marah, hanya diiringi dengan gender.    Adangiyah. Nama dari jenis ...


...
Istilah- Istilah Gerakan Tari  Gaya  Yogyakarta

by admin || 05 Maret 2014

Ngithing. Posisi tangan dengan mempertemukan ujung jari tengah ibu jari membentuk lingkaran, sedangkan jari-jari lainnya agak diangkat keatas dengan masing-masing membentuk setengah ...


...
Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo

by admin || 04 Maret 2014

Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo. Dilahirkan pada tanggal 22 Maret 1899 di Yogyakarta Putera Ngabehi Prawiroreso ini pada tahun 1909 tamat Sekolah Dasar di Gading dan Tahun 1916 masuk menjadi abdi ...



Artikel Terkait


...
PASAR MALAM PERAYAAN SEKATEN

by admin || 01 April 2012


...
GREBEG

by admin || 01 April 2012

Upacaya Grebeg berasal dari kata Grebe, Gerbeg. Grebeg dalam bahasa jawa bermakna suara angin. Kata dalam bahasa Jawa Anggrebeg, mengandung makna menggiring Raja, pembesar atau pengantin. Grebeg ...


...
Garebeg Mulud

by admin || 01 April 2012

Upacara Sekaten diadakan setahun sekali, dimulai pada hari kelima di bulan Mulud (bulan Jawa). Upacara ini merupakan perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad S.A.W. Masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta