by admin|| 07 Maret 2014 || 71.982 kali
Pleret adalah suatu kota Pusat Pemerintahan Mataram di bawah kekuasaan Raja Mataram Islam bergelar Kangjeng Susuhunan Prabu Amangkurat Agung atau Amangkurat I yang dimakamkan di Tegalarum ,ketika perang pemberontakan Trunojoyo.Beliau adalah Putera Sultan Agung yang ke 10 dari isteri Padmi (Permaisuri) Kangjeng Ratu Kencono berasal dari Kadipaten Batang ( Tegal ) atau Kangjeng Ratu Wetan Putera Raden Ronggo Wongsoadibroto ( Adiprojo ) ke 11,putera menantu Mandurorejo ke I.
Beliau naik tahta pada tahun : 1645 s/d 1677 M sehingga adanya pemberontakan Panembahan Maduretno alias Trunojoyo, yang sebenarnya peperangan ini merupakan perebutan kekuasaa antara Ayahanda dan Putera Mahkota,dengan memperalat Trunojoyo dari Madura. Sampai sekarang tempat tersebut masih sebagai Pusat Pemerintahan tetapi hanya tingkat Kecamatan (Kapanewon=Panewu)agak menggeser 1 km ke Utara termasuk Kalurahan ( Penatus ) Pleret, Kabupaten Bantul,Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Ketika Pemerintahan Pusat Mataram masih dijabat Sultan Agung Hanyokrokusumo Segala sesuatunya dalam bidang kenegaraan maupun Pemerintahan sangat berkembang pesat , begitu pula dalam bidang kemiliteran sangat kuat dan mempunyai daya tempur yang tinggi. Pernah membuat Lumbung padi bersama-sama dengan orang-orang Sunda di Kerawang Jawa Barat, dengan maksud untuk persediaan supply prajurit sewaktu menyerang ke Batavia.
Untuk melatih prajurit lautan lalu membuat kolam telaga yang lebar dan luas disebut : SEGARA YASA, air diambil dari Kali Gajah Wong yang bertempur dengan Kali Opak didesa Wonokromo, tempat itu sekarang dihuni oleh penduduk sekitarnya lalu dinamakan Desa Segoroyoso.
Pada tahun 1628 M.Kangjeng Sultan Agung menyerang ke Batavia ( Jayakarta ) tetapi mendapat kekalahan yang besar , banyak prajurit yang kurang makan , mati kelaparan , kekurangan alat persenajataan, kekurangan meriam dan senjata api, tombak dan kapal, karena lumbung padi yang berada di Krawang dibakar oleh Belanda VOC. Benteng Kompeni VOC selain dibuat batubata juga dibagian luar banyak terdapat pohon -pohon bambu ori , agar Kompeni VOC dapat melihat Prajurit Mataram dari kejauhan Maka pohon-pohon bamboo-ori tersebut ditembaki memakai peluru uang-logam, karuan saja penduduk lalu merombak pohon-pohon bamboo tersebut untuk mengambil uang , sebaliknya Prajurit Mataram merasa marah lalu senjatanya diisi dengan tinja (kotoran manusia ) sehingga penduduk disana menyebut ambetai, lama-kelamaan beralih :Betawi
Sultan Agung merasa marah mendengar para prajuritnya selalu menderita kekalahan dan Jayakarta ( Sunda Kelapa ) telah diduduki Kompeni VOC,untuk hal ini Sultan Agung merasa terpukul keras,hingga menderita sakit ,akhirnya wafat dalam usia 55 tahun 1645. Beliau digantikan oleh Putera Mahkota bergelar : PRABU SUSUHUNAN AMANGKURAT AGUNG atau Susuhunan Amangkurat I seda Tegalarum , bertahta tahun 1645 s/d 1677 M.
Kemudian Keraton dipindahkan mleret ke timur , lalu disebut Kedhaton Pleret. Bekas Keraton Kerta hanya dipergunakan sebagai Pesanggrahan Keraton lama. Di Keraton baru , Kangjeng Sunan Mangkurat Agung masih juga aktif bersembahyang ke Masjid Agung Ngeksigondo ,dengan dikawal oleh para punggawa-punggawa Kraton yang begitu banyak ginarebeg ( dikawal ) para prajurit seakan-akan Kanjeng Susuhunan Amangkurat naik burung Garudha dari Keraton menuju ke Masjid, hanya sekejab mata saja. Setelah bertahta agak lama, beliau hanya mementingkan kenikmatan keduniawian memelihara selir banyak, bahkan menyimpan gadis kecil yang dititipkan kepada Tumenggung Wirorejo agar nantinya setelah m enginjak dewasa akan dijadikan isteri muda. Gadis ini bernama :Roro Hoyi, gadis pingitan dari Surabaya yang dibawa Pangeran Pekik Adipati Surabaya (masih Paman Raja ,suami Ratu Mas Wandansari,adik Sultan Agung ).
Pada suatu hari Pangeran Adipati Anom (Pangeran Tejaningrat ) berkunjung kerumah Tumenggung Wirorejo bermaksud hanya main-main saja. dengan tidak terduga bahwa di Katemanggungan ada seorang gadis yang sedang membatik kain. Sang Pangeran merasa terpikat hatinya. demi melihat gadis cantik molek yang tumbuh di sebuah Tamansari Katemanggungan Wirorejan. Begitu pula Rara Hoyi setelah bertemu pandangan matanya , deras berdebar–debar jantungnya dan segera lari masuk ke Pendapa Katemanggungan sambil duduk termangu-mangu. Sang Pangeran manunggu kehadiran si Cantik Jelita,namun tidak mungkin keluar karena malu. Ki Tumenggung Wirorejo keluar menghadap Sang Pangeran dengan sembahnya, sambil unjuk atur : “ Pangeran .. anak gadis yang Paduka cari itu sebenarnya puteri Piningit dari Surabaya, yang akan menjadi isteri Ayahanda Raja Sunan Prabu Mangkurat Agung ..” Setelah Sang Pangeran mendengar keterangan dari Ki Tumenggung Wirorejo , segera minta pamit kembali ke Keraton . Di Kesatriyan Sang Pangeran tidak dapat tidur, dan selalu terbayang-bayang wajah gadis itu, selalu menggoda dipelupuk matanya, akhirnya Sang Pangeran jatuh sakit.
Hal ini terdengar oleh Kangjeng Ratu Wandansari, Isteri Pangeran Pekik , bahwa Sang Pangeran jatuh sakit wuyung, kasmaran dengan Roro Hoyi sengkeran Sang Prabu Susuhunan Amnangkurat I.
Atas persetujuan Pangeran Pekik, Rara Hoyi dibawa masuk ke Keraton dan ditempatkan di Kesatriyan, untuk mengobati penyakit Sang Pangeran. Pangeran Pekiklah yang bertanggung jawab apabila Sang Ayah marah, menurut pendapatnya mestinya sang Ayah mau mengalah dengan anaknya. “ Ora ana macan arep tegel mangan gogore … “ Dugaan ini ternyata meleset, setelah Sang Prabu mendengar Rara Hoyi jatuh cinta kepada Sang Pangeran,dan malah mendapat dukungan dari Pangeran Pekik,beliau geram dan murka. Maka Pangeran Pekik dan Kangjeng Ratu Wandansari serta Pangeran Tejaningrat begitu pula Tumenggung Wirorejo dan Nyi Tumenggung dipanggil menghadap Susuhunan Prabu Amangkurat I. Dalam Pasewakan ( Rapat ) yang luar biasa Sang Raja marah - marah dan menjatuhkan hukuman mati kepada Pangeran Pekik dan Tumenggung Wirorejo berdua dan jenazahnya dimakamkan di Makam Banyusumurup. Selanjutnya Pangeran Tejaningrat harus membunuh Rara Hoyi dari tangannya sendiri.. Pangeran Tejaningrat dengan membawa keris terhunus meninggalkan Paseban menuju ke Kesatriyan, sesampainya di Kesatriyan tidak tega akan menusuk Rara Hoyi. Rara Hoyi tanggap bahwa yang menyebabkan onar didalam Keraton Mataram adalah dirinya , maka setelah melihat Sang Pangeran membawa keris terhunus , ditubruklah keris itu sehingga tembus sampai kepunggungnya,Rara Hoyi meninggal seketika itu juga.
Geram Sang Prabu Susuhunan Amangkurat belum mereda, dan memerintahkan agar Kesatriyan dibakar habis-habisan, sedang Pangeran Tejaningrat diasingkan(dibuang) ke Hutan Larangan ( tutupan ). Di Hutan Tutupan Pangeran Tejaningrat kedatangan Pangeran Puruboyo Bantheng Wulung , mengajak Trunojoyo , anak kemenakan Adipati Cakraningrat dari Sampang Madura. Maksud kedatangan mereka mengajak perundingan, agar Sang Pangeran mau merebut kekuasaan Sang Ayah Prabu Amangkurat I, karena beliau bertindak sewenang-wenang terhadap anaknya saerta para kawulanya.
Pangeran Tejaningrat menerima bujukan ini , dengan janji : Apabila Trunojoyo dapat menundukkan Prabu Amangkurat I ,akan diangkat menjadi Patih dikelak kemudian, setelah Pangeran Tejaningrat atau Pangeran Adipati Anom naik tahta kerajaan. Dengan kekuatan Prajurit yang luar biasa Trunojoyo menyerbu Kedhaton Plered, dibantu oleh orang-orang Makasar, Kraeng Galengsong, Kraeng Naba dan lain-lainnya , memporak-porandakan keadaan didalam Keraton .
Sang Pangeran dengan secara diam-diam menelusup ke Keraton, mengajak Sang Ayah Prabu Susuhunan Amangkurat Agung agar mau meninggalkan Keraton mengungsi ke barat untuk menyelamatkan diri. Trunojoyo dapat menduduki Keraton Plered dan mengangkat dirinya sebagai PANEMBAHAN MADURETNO dan semua isi Keraton disita dan dibagi-bagikan ke pada para prajuritnya , isteri Susuhunan , Kanjeng Ratu Kencono ( Kangjeng Ratu Kleting Kuning ) diboyong ke Kediri. Ditempat pengungsian Ajibarang Jawa Barat, Susuhunan Amangkurat I memerintahkan kepada anaknya agar mau merebut kembali Keraton Pleret , akan tetapi Sang Pangeran tidak sanggup melawan Trunojoyo, didalam batinnya beliau telah berjanji, bila Trunojoyo telah dapat menduduki Keraton tentu akan menyerahkan kedudukannya itu kepada Sang Pangeran,tetapi Trunojoyo melanggar janji dalam peribahasa Jawa disebut : Ngemut Gula krasa legi , eman yen nganti dilepeh ..Setelah Sri Susuhunan Amangkurat I memerintahkan , anaknya tidak mau kemudian mengeluarkan Prasapta ( Ipat-ipat ) bahwa : Semua keturunan Raja dilarang mengadakan Ziarah ke leluhurnya. Dibantu oleh Adipati Mertalaya di Tegal , Prajurit Mataram mengejar Prajurit Trunojoyo ke Kediri , dan selanjutnya Susuhunan meminta bantuan Kompeni VOC untuk menangkap Trunojoyo ke daerah Kediri . Namun kemudian Susuhunan Prabu Amangkurat I sesampainya di desa Pasiraman wafat dan dimakamkan di Tegalarum , Tegal , Jawa Tengah , sedang Sang Pangeran Adipati Anom memakai srempang Orange Nassau dari Belanda , diangkat menjadi Admiral mendapat sebutan : SUNAN AMANGKURAT AMRAL II .
Keadaan Kraton Pleret rusak dan tidak pantas lagi ditempati seorang Raja Muda , maka Keraton dipindahkan ke Kartasura , Kedhaton Pleret sekarang tinggal Patilasan berupa : Umpak , lantai dan sumur gumuling.
by admin || 07 Maret 2014
Ada-ada. Bentuk lagu dari seorang dhalang, umumnya digunakan dalam menggambarkan suasana yang tegang atau marah, hanya diiringi dengan gender. Adangiyah. Nama dari jenis ...
by admin || 05 Maret 2014
Ngithing. Posisi tangan dengan mempertemukan ujung jari tengah ibu jari membentuk lingkaran, sedangkan jari-jari lainnya agak diangkat keatas dengan masing-masing membentuk setengah ...
by admin || 04 Maret 2014
Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo. Dilahirkan pada tanggal 22 Maret 1899 di Yogyakarta Putera Ngabehi Prawiroreso ini pada tahun 1909 tamat Sekolah Dasar di Gading dan Tahun 1916 masuk menjadi abdi ...
by admin || 01 April 2012
Ambarketawang merupakan situs Kraton (Ambar Ketawang) yang merupakan kediaman Sultan Hamengkubuwono I pada tahun 1755-1756. Secara umum terdapat tiga komplek kekunoan (petilasan) yaitu bekas Kraton ...
by admin || 01 April 2012
Pesanggrahan ini dibangun atas perintah Sri Sultan Hamengkubuwono VII sebagai suatu pesanggrahan air di sebelah Barat Kraton Yogyakarta. Secara histories tempat ini merupakan tempat persemedian ...
by admin || 01 April 2012
Kawasan Kraton dibagi menjadi 2 , yaitu kawasan inti dan kawasan ekstensif. Kawasan inti meliputi wilayah di dalam benteng Baluwarti, sebagai pusat kerajaan serta tempat tinggal raja dan keluarganya, ...