Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat

by admin|| 01 April 2012 || 97.938 kali

...

Lebih dari 200 tahun yang lalu, tempat dimana Kraton Yogyakarta sekarang berada merupakan daerah rawa yang dikenal dengan nama Umbul Pachetokan, yang kemudian dibangun menjadi pesanggrahan yang bernama Ayodya. Kraton Yogyakarta menghadap ke arah utara, pada arah poros Utara selatan, antara gunung merapi dan laut selatan. Di dalam balairung kraton, dapat disaksikan adegan pisowanan (persidangan agung) dimana Sri Sultan duduk di singgasana dihadap para pemangku jabatan istana. Regol Donopratomo yang menghubungkan halaman Sri Manganti dengan halaman inti kraton, dijaga oleh 2 (dua) patung dwarapala yang diberi nama Cingkarabala dan Balaupata, yang melambangkan kepribadian baik manusia, yang selalu menggunakan suara hatinya agar selalu berbuat baik dan melarang perbuatan yang jahat. Di dalam halaman inti kraton, dapat dilihat tempat tinggal Sri Sultan yang biasa digunakan untuk menerima tamu kehormatan dan menyelenggarakan pesta. Di tempat ini juga terdapat keputren atau tempat tinggal putri-putri Sultan yang belum menikah. Bangunan Kraton dengan arsitektur Jawa yang agung dan elegan terletak di pusat kota Yogyakarta. Bangunan ini didirikan oleh Pangeran Mangkubumi, yang kemudian bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono I, pada tahun 1775. Beliau yang memilih tempat tersebut sebagai tempat untuk membangun bangunan tersebut, tepat di antara sungai Winongo dan sungai Code, sebuah daerah berawa yang dikeringkan. Bangunan Kraton membentang dari utara ke selatan. Halaman depan dari Kraton disebut alun-alun utara dan halaman belakang disebut alun-alun selatan. Desain bangunan ini menunjukkan bahwa Kraton, Tugu dan Gunung Merapi berada dalam satu garis/poros yang dipercaya sebagai hal yang keramat. Pada waktu lampau Sri Sultan biasa bermeditasi di suatu tempat pada poros tersebut sebelum memimpin suatu pertemuan atau memberi perintah pada bawahannya. Setiap bagian dari bangunan mempunyai nama tersendiri. Bangsal pertemuan Kraton disebut Pagelaran. Ini adalah tempat diadakannya pertemuan resmi pegawai Kraton. Bangsal Manguntur Tangkil adalah singgasana Sultan. Bangsal ini disebut Siti Hinggil. Siti berarti tanah, Hinggil berarti tinggi. Jadi tempat ini disebut Siti Hinggil karena dibangun lebih tinggi dibanding dataran di sekitarnya. Pada waktu yang lampau tempat ini merupakan pulau kecil di tengah rawa. Gerbang depan disebut Danapratopo, gerbang ini dikawal oleh dua patung yang disebut Gupala. Salah satunya bernama Cingkorobolo dan lainnya Boloupoto. Kedua arca tersebut dimaksudkan untuk menjaga Keraton dari gangguan atau niat jahat. Bagian utama dari bangunan disebut Purworetno, yaitu tempat Sultan melakukan tugas-tugasnya. Selain Purworetno ada dua gedung yang digunakan untuk menyimpan barang-barang yang disebut Panti Sumbaga. Gedung ini merupakan perpustakaan pribadi Sultan sedangkan bangunan yang merupakan tempat tinggal Sri Sultan adalah Gedong Kuning. Pengunjung Kraton dapat menikmati suasana Kraton seperti keadaan beberapa abad yang lalu. Upacara pernikahan dan pertemuan kalangan Kraton sering diadakan bersamaan dengan pertunjukan wayang sehingga menciptakan suasana masa lalu. Perbendaharaan instrumen gamelan, barang antik dan benda-benda pusaka menjadikan Kraton Yogyakarta salah satu tempat yang menarik untuk dikunjungi wisatawan. Kraton Ngayogyokarto Hadiningrat sekarang merupakan tempat tinggal Sri Sultan Hamengku Buwono X dan keluarganya. Bangunan Kraton dengan arsitektur Jawa yang agung dan elegan terletak di pusat kota Yogyakarta. Bangunan ini didirikan oleh Pangeran Mangkubumi, yang kemudian bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono I, pada tahun 1775. Beliau yang memilih tempat tersebut sebagai tempat untuk membangun bangunan tersebut, tepat di antara sungai Winongo dan sungai Code, sebuah daerah berawa yang dikeringkan. Bangunan Kraton membentang dari utara ke selatan. Halaman depan dari Kraton disebut alun-alun utara dan halaman belakang disebut alun-alun selatan. Desain bangunan ini menunjukkan bahwa Kraton, Tugu dan Gunung Merapi berada dalam satu garis/poros yang dipercaya sebagai hal yang keramat. Pada waktu lampau Sri Sultan biasa bermeditasi di suatu tempat pada poros tersebut sebelum memimpin suatu pertemuan atau memberi perintah pada bawahannya. Setiap bagian dari bangunan mempunyai nama tersendiri. Bangsal pertemuan Kraton disebut Pagelaran. Ini adalah tempat diadakannya pertemuan resmi pegawai Kraton. Bangsal Manguntur Tangkil adalah singgasana Sultan. Bangsal ini disebut Siti Hinggil. Siti berarti tanah, Hinggil berarti tinggi. Jadi tempat ini disebut Siti Hinggil karena dibangun lebih tinggi dibanding dataran di sekitarnya. Pada waktu yang lampau tempat ini merupakan pulau kecil di tengah rawa. Gerbang depan disebut Danapratopo, gerbang ini dikawal oleh dua patung yang disebut Gupala. Salah satunya bernama Cingkorobolo dan lainnya Boloupoto. Kedua arca tersebut dimaksudkan untuk menjaga Keraton dari gangguan atau niat jahat. Bagian utama dari bangunan disebut Purworetno, yaitu tempat Sultan melakukan tugas-tugasnya. Selain Purworetno ada dua gedung yang digunakan untuk menyimpan barang-barang yang disebut Panti Sumbaga. Gedung ini merupakan perpustakaan pribadi Sultan sedangkan bangunan yang merupakan tempat tinggal Sri Sultan adalah Gedong Kuning. Pengunjung Kraton dapat menikmati suasana Kraton seperti keadaan beberapa abad yang lalu. Upacara pernikahan dan pertemuan kalangan Kraton sering diadakan bersamaan dengan pertunjukan wayang sehingga menciptakan suasana masa lalu. Perbendaharaan instrumen gamelan, barang antik dan benda-benda pusaka menjadikan Kraton Yogyakarta salah satu tempat yang menarik untuk dikunjungi wisatawan. Kraton Ngayogyokarto Hadiningrat sekarang merupakan tempat tinggal Sri Sultan Hamengku Buwono X dan keluarganya. Yang disebut Kraton adalah tempat bersemayam ratu-ratu, berasal dari kata : ka + ratu + an = kraton. Juga disebut kadaton, yaitu ke + datu + an = kedaton, tempat datu-datu atau ratu-ratu. Bahasa Indonesianya adalah istana, jadi kraton adalah sebuah istana, tetapi istana bukanlah kraton. Kraton ialah sebuah istana yang mengandung arti keagamaan, arti filsafat dan arti kulturil (kebudayaan).
Dan sesungguhnya kraton yogyakarta penuh dengan arti-arti tersebut diatas. Arsitektur bangunan-bangunannya, letak bangsal-bangsalnya, ukiran-ukirannya, hiasannya, sampai pada warna gedung-gedungnyapun mempunyai arti. Pohon-pohon yang ditanam di dalamnya bukan sembarangan pohon. Semua yang terdapat disini seakan-akan memberi nasehat kepada kita untuk cinta dan menyerahkan diri kita kepada Tuhan yang Maha Esa, berlaku sederhana dan tekun, berhati-hati dalam tingkah laku kita sehari-hari dan lain-lain.
Siapakah gerangan arsitek dari kraton ini? Beliau adalah Sri Sultan Hamengkubuwono I sendiri. Waktu masih muda, baginda bergelar pangeran Mangkubumi Sukowati dan dapat julukan, menurut Dr.F.Pigeund dan Dr.L.Adam dimajalah Jawa tahun 1940:""de bouwmeester van zijn broer Sunan P.B II"" (""arsitek dari kakanda Sri Sunan Paku Buwono II"").
Komplek kraton terletak di tengah-tengah, tetapi daerah kraton membentang antara Sungai Code dan Sungai Winanga, dari utara ke selatan adalah dari Tugu sampai Krapyak. Namun kampung-kampung jelas memberi bukti kepada kita bahwa ada hubungannya antara penduduk kampung itu dengan tugasnya di kraton pada waktu dahulu, misalnya Gandekan = tempat tinggal gandek-gandek (kurir) dari Sri Sultan, Wirobrajan tempat tinggal prajurit kraton wirobrojo, Pasindenan tempat tinggal pasinden-pasinden (penyanyi-penyanyi) kraton.
Daerah kraton terletak di hutan Garjitawati dekat desa Beringin dan desa Pacetokan. Karena daerah ini dianggap kurang memadai untuk membangun sebuah kraton dengan bentengnya, maka aliran Sungai Code dibelokkan sedikit ke timur dan aliran Sungai Winanga sedikit ke barat.
Sebuah pantun Mijil menggambarkan letak geografis kraton Yogyakarta secara popular seperti di bawah ini:
Kali Nanga pancingkok ing puri,
Gunung Gamping Kulon,
Hardi Mrapi ler wetan prenahe,
Candi Jonggrang mangungkung ing kali,
Paleret Mangiri,
Girilaya kidul
Artinya:
Sungai Winanga membelok (ke kanan) waktu mendekati kraton (puri), Gunung Gamping terletak disebelah barat, sedangkan Gunung Merapi letaknya disebelah timur laut. Candi Jonggrang dibangun di pinggir kali (Opak), Pleret (Ibu negeri Mataram dahulu), Magiri (tempat makam raja-raja Mataram) dan Girilaya (Gunung Kidul) terletak disebelah selatan (kraton).
Kraton Yogyakarta dibangun pada tahun 1256 atau tahun Jawa 1682, diperingati dengan sebuah condrosengkolo memet di pintu gerbang Kemagangan dan di pintu Gading Mlati, berupa dua ekor naga berlilitan satu sama lainnya. Dalam bahasa jawa : ""Dwi naga rasa tunggal"" Artinya: Dwi=2, naga=8, rasa=6, tunggal=I, Dibaca dari arah belakang 1682. warna naga hijau, Hijau ialah symbol dari pengharapan.
Disebelah luar dari pintu gerbang itu, di atas tebing tembok kanan-kiri ada hiasan juga terdiri dari dua (2) ekor naga bersiap-siap untuk mempertahankan diri. Dalam bahasa Jawa: ""Dwi naga rasa wani"", artinya: Dwi=2, naga=8, rasa=6, wani=1 jadi 1682.
Tahunnya sama, tetapi dekorasinya tak sama. Ini tergantung dari arsitektur, tujuan dan sudut yang dihiasinya. Warna naga merah. Merah ialah symbol keberanian. Di halaman Kemegangan ini dahulu diadakan ujian-ujian beladiri memakai tombak antar calon prajurit-prajurit kraton. Mestinya mereka pada waktu itu sedang marah dan berani.
Luas kraton Yogyakarta adalah 14.000 m². Didalamnya terdapat banyak bangunan-bangunan, halaman-halaman dan lapangan-lapangan.
Kita mulai dari halaman kraton ke utara:
1. Kedaton/Prabayeksa
2. Bangsal Kencana
3. Regol Danapratapa (pintu gerbang)
4. Sri Manganti
5. Regol Srimanganti (pintu gerbang)
6. Bangsal Ponconiti (dengan halaman Kemandungan)
7. Regol Brajanala (pintu gerbang)
8. Siti Inggil
9. Tarub Agung
10. Pagelaran (tiangnya berjumlah 64)
11. Alun-alun Utara dihias dengan
12. Pasar (Beringharjo)
13. Kepatihan
14. Tugu
Angka 64 itu menggambarkan usia Nabi Muhammad 64 tahun Jawa, atau usia 62 tahun Masehi.
Kalau dari halaman kraton pergi ke selatan maka akan kita lihat:
15. Regol Kemagangan (pintu gerbang)
16. Bangsal Kemagangan
17. Regol Gadungmlati (pintu gerbang)
18. Bangsal Kemandungan
19. Regol Kemandungan (pintu gerbang)
20. Siti Inggil
21. Alun-alun Selatan
22. Krapyak
Perhatian:
1. Regol =pintu gerbang
2. Bangsal =bangunan terbuka
3. Gedong =bangunan tertutup (berdinding)
4. Plengkung =pintu gerbang beteng
5. Selogilang =lantai tinggi dalam sebuah bangsal semacam podium rendah, tempat duduk Sri Sultan atau tempat singgasana Sri Sultan
6. Tratag =bangunan, biasanya tempat berteduh, beratap anyam-anyaman bamboo dengan tiang-tiang tinggi, tanpa dinding. Di pemerintahan Sri Sultan H.B. VII semua tratag kraton dimuliakannya dan diberi atap seng, tetapi arsitekturnya tetap tak berubah.
Di tengah-tengah halaman Kemandungan-Kidul berdirilah sebuah bangsal, namanya Bangsal Kemandungan. Bangsal ini bekas pesanggrahan Sri Sultan H.B.Id di desa Pandak, Karangnangka waktu perang giyanti (1746-1755).
Krapyak ialah sebuah podium tinggi dari batu untuk Sri Sultan, kalau bagindasedang memperhatikan tentara atau kerabatnya memperlihatkan ketangkasannya mengepung, membawa atau mengejar rusa.
Komplek kraton itu dikelilingi oleh sebuah tembok lebar, beteng namanya. Panjangnya 1 km berbentuk empat persegi, tingginya 3,5 m, lebarnya 3 sampai 4m. di beberapa tempat di beteng itu ada gang atau jalan untuk menyimpan senjata dan amunisi, di ke-empat sudutnya terdapat bastion-bastion dengan lobang-lobang kecil di dindingnya untuk mengintai musuh. Tiga dari bastion-bastion itu sekarang masih dapat dilihat. Beteng itu di sebelah luar di kelilingi oleh parit lebar dan dalam.
Lima buah plengkung atau pintu gerbang dalam beteng menghubungkan komplek kraton dengan dunia luar. Plengkung-plengkung itu adalah:
1. Plengkung Tarunasura atau plengkung Wijilan di sebelah timur laut
2. Plengkung Jogosuro atau Plengkung Ngasem di sebelah Barat daya
3. Plengkung Jogoboyo atau Plengkung Tamansari di sebelah barat
4. Plengkung Nirboyo atau Plengkung Gading di sebelah selatan
5. Plengkung Tambakboyo atau Plengkung Gondomanan di sebelah timur

LOKASI : Kompleks Kraton Yogyakarta

FASILITAS :
-Alun-alun Utara dan Selatan
-Siti Hinggil
-Sasono Hinggil
-Gedong Jene
-Masjid Agung
-Bangsal Sri Manganti
-Bangsal Trajumas
-Bangsal Proboyeksa
-Bangsal Kencana
-Museum Kereta
-Museum HB. IX
-Museum Lukis
-Museum Kristal
-Museum Cngkir
-Seni Pertunjukan
-Perpustakaan/ Widya Budaya,dll
-Cenderamata/ Oleh-oleh Khas Jogja

Artikel Terpopuler


...
Istilah - Istilah Gamelan dan Seni Karawitan

by admin || 07 Maret 2014

Ada-ada. Bentuk lagu dari seorang dhalang, umumnya digunakan dalam menggambarkan suasana yang tegang atau marah, hanya diiringi dengan gender.    Adangiyah. Nama dari jenis ...


...
Istilah- Istilah Gerakan Tari  Gaya  Yogyakarta

by admin || 05 Maret 2014

Ngithing. Posisi tangan dengan mempertemukan ujung jari tengah ibu jari membentuk lingkaran, sedangkan jari-jari lainnya agak diangkat keatas dengan masing-masing membentuk setengah ...


...
Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo

by admin || 04 Maret 2014

Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo. Dilahirkan pada tanggal 22 Maret 1899 di Yogyakarta Putera Ngabehi Prawiroreso ini pada tahun 1909 tamat Sekolah Dasar di Gading dan Tahun 1916 masuk menjadi abdi ...



Artikel Terkait


...
MASJID PATOK NEGORO

by admin || 01 April 2012

Kasultanan Yogyakarta yang merupakan kerajaan periode akhir di Jawa selain mempunyai masjid Agung, juga mempunyai masjid yang berstatus Kagungan Ndalem. Masjid-masjid tersebut terbagi dalam tiga ...


...
CANDI SAMBISARI

by admin || 01 April 2012

Candi yang sedang berada dalam tahap pemugaran ini berada sekitar 11 km arah timur Yogyakarta, di sebelah utara jalan utama antara Yogyakarta dan Solo. Candi Sambisari adalah candi yang unik sebab ...


...
CANDI KALASAN

by admin || 01 April 2012

Candi Budha yang unik ini berada sekitar 16 km arah timur Yogyakarta, sebelah utara jalan utama antara Yogyakarta dan Prambanan. Candi ini dibangun sabagai penghargaan atas perkawinan antara Raja ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta