Tamansari

by admin|| 01 April 2012 || 145.693 kali

...

Taman Sari berarti taman yang indah. Taman ini hanya berjarak sepuluh menit berjalan kaki dari istana Sultan ke arah baratdaya. Taman ini dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1757. Beliau menciptakan gaya arsitektur baru yang merupakan campuran gaya Jawa dan Portugis. Pada mulanya Taman Sari adalah taman air yang indah dan menawan. Daerah di sebelah timur taman sampai ke perempatan kota disebut Suryoputran. Segaran dalam bahasa Jawa berarti laut buatan. Setiap kali Sultan mengunjungi taman tersebut, beliau akan mendayung perahu pribadinya melewati jembatan gantung yang disebut ‘Kreteg Gantung’ yang terletak di depan gerbang Kraton, ke arah selatan atau utara Kemandungan. Bagian lain dari bangunan yang dulu terhubung dengan jembatan gantung masih dapat dilihat. Selain transportasi air, terdapat juga jalan bawah tanah atau terowongan dari Kraton Yogyakarta yang menuju salah satu bangunan di taman yang disebut Pasarean Ledok Sari.

Kraton Yogyakarta didirikan oleh pangeran Mangkubumi pada abad XVII atau tepatnya pada tahun 1755. Keraton Yogyakarta merupakan pusat Pemerintahan Kasultanan Yogyakarta yang beribu kota di Yogyakarta. Sebagai ibukota, Yogyakarta merupakan kota yang direncanakan keberadaannya. Tatanan kota dibuat sedemikian rupa sehingga ada pengelompokan profesi, fasilitas penunjang sebagai ibukota kerajaan, maupun aspek strategis penataanya. Salah satu fasilitas yang ada dikota ini adalah Tamansari atau sering juga disebut Water Castle. Tamansari adalah Taman kerajaan atau pesanggrahan Sultan Yogya dan keluarganya. Sebenarnya selain Tamansari Kasultanan Yogyakarta memiliki beberapa Pesanggrahan seperti Pesanggrahan Warung boto, Pesanggrahan Manukberi, Pesanggrahan Ambarbinangun maupun Pesanggrahab Ambarukmo. Kesemuanya berfungsi sebagai tepat Tetirah dan bersemedi Sultan beserta keluarganya. Disamping komponen-komponen yang menunjukan sebagai tempat peristirahatan, Pesanggrahan-pesanggrahan tersebut selalu mimiliki komponen pertahanan. Beggitu juga halnya dengan Tamansari letak Tamansari hanya sekita 0,5 km sebelah selatan Keraton Yogyakarta. Arsitek bangunan ini adlah bangsa Portugis, segingga selintas seolah-olah banguinan ini memiliki seni arsitektur Eropa yang sangat kuat, disamping makna-makna simbolis Jawa yang tetap dipertahankan. Namun jika kita amati, maka unsur bangunan Jawa lebih dominan disini. Tamansari dibangun pada masa Sultan Hamengkubowono 1 atau sekitar akhir abad XVII M.

Dahulu Istana Air ini bukan sekedar taman yang indah namun juga digunakan untuk tempat perlindungan. Saat musuh menyerang Kraton, Sultan dan keluarganya dapat menyelamatkan diri lewat jalan bawah tanah. Pada saat mereka sudah berada dalam keadaan yang aman, pintu air akan dibuka sehingga air akan mengaliri jalan tersebut dan menenggelamkan musuh-musuh yang mengejar.

Salah satu tempat di taman tersebut disebut Pulau Kenanga karena di halaman depan gedung tumbuh pohon Kenanga (Canangium Odoratum). Bunga Kenanga menyebarkan bau yang harum ke seluruh bagian taman.

Bangunan yang tinggi seperti kolam dibangun khusus untuk digunakan oleh Sultan dan keluarganya untuk mandi. Bangunan-bangunan yang telah direnovasi antara lain jalan bawah tanah menuju ke sebelah barat, benteng yang mengelilingi Kraton serta yang menuju selatan ke arah sebuah desa kecil yang disebut Krapyak.

Selain menikmati gedung-gedung kuno, wisatawan dapat juga mengunjungi banyak toko dan galeri seni di sepanjang gang/jalan kecil. Batik dapat ditemukan dengan mudah di toko-toko maupun galeri tersebut. Dulu daerah ini merupakan tempat bagi para seniman Keraton.

Masjid Soko Tunggal
Masjid Soko Tunggal terletak di sebelah selatan gang/jalan kecil yang menuju Taman Sari Pesanggrahan (sebuah rumah peristirahatan). Masjid ini disebut Saka Tunggal karena mempunyai satu tiang/pilar. Berbeda dengan gedung-gedung tradisional Jawa lain, tiang masjid ini ditopang oleh palang batu yang disebut ‘Umpak’. Satu hal yang cukup menarik untuk diketahui adalah bahwa umpak yang digunakan berasal dari jaman Kraton Mataram pada masa Islam. Sampai saat ini masjid tersebut masih digunakan.

Tamansari terletak di dalam benteng Kraton yogyakarta. Di bangun beberapa saat setelah Kraton Yogyakarta mulai didirikan. Taman ini ditempatkan di desa Pacethokan yang mempunyai sumber air di Hutan Beringin. Pembangunan Tamansari dilakukan secara bertahap, pertama pada tahun Ehe 1684 Jw atau 1758 Masehi. Pembangunan selanjutnya pada pasearean Ledok Sari pada tahun 1687 Jw atau 1787 Masehi. Berarti pembangunan Tamansari berlangsung selama 25 tahun, sejak Sultan
Hamengkubuwono I bertahta hingga Sultan Hamengkubuwono II menjadi raja
Yogyakarta.

Menurut cerita rakyat yang berkembang tentang riwayat Tamansari, bahwa pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono II, di daerah mancingan (pantai selatan),terdapat orang asing yang tidak diketahui asal usulnya. Oleh masyarakat, orang asing tersebut dibawa ke Kraton. Selanjutnya ia menjadi abdi dalem Sri Sultan.Setelah ditanya tentang asal usulnya, menurut pengakuannya berasal dari Portugis. Di negaranya ia bekerja sebagai tukang pembuat bangunan ataupun rumah.
Dengan dasar keahliannya tersebut, kemudian Sri Sultan memberikan tugas kepadanya untuk membuat benteng Kraton, setelah berhasil ia diberi kedudukan sebagai demang, namanya Demang Tegis. Tugas selanjutnya adalah membuat bangunan Tamansari, disebelah barat daya Kraton.

Keberadaan asal usul bangunan Tamansari juga mendapat perhatian dari sarjana asing. Di antaranya adalah P.J.Venth dan Y.Groneman. Menurut P.J.Venth, kompleks Tamansari berdasar bentuk, seni hias, dan coraknya adalah Jawa. Bangunan tersebut didirikan atas perintah Sri Sultan Hamengkubuwono II. Berbeda dengan pendapat tersebut di atas, yaitu Y.Groneman dalam artikelnya menyatakan bahwa komplek Tamansari merupakan pesangrahan yang dibuat pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono I, pada tahun Ehe 1684 Jw atau 1758 Masehi. Pelaksana
pembuatannya adalah tumenggung Mangundipuro di bantu oleh Lurah Dawelengi yang berasal dari Bugis. Dalam rangka pelaksanaan pembangunan, Tumenggung Mangundipuro dua kali pergi ke Batavia, untuk mencari corak bangunan yang bergaya Eropa. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika bangunan-bangunan di Tamansari mempunyai corak yang akulturatif campuran gaya Jawa dan Eropa.
Interpretasi Y.Groneman nampaknya mengacu pada naskah yang ada di Kraton Ngayogyakarta. Dalam Babat Momana maupun Serat Rerenggan Kraton disebutkan bahwa Pesanggrahan Tamansari didirikan atas perintah Sri Sultan Hamengkubuwono I.


LOKASI : Terletak di dalam benteng Kraton Yogyakarta


FASILITAS :

-Bangunan komplek Pulo Kenanga

-Bangunan Umbul Binangun

-Bangunan Pesarean Ledok Sari

-Gedung Blawong

-Sumur Gumuling

-Pulau Cemeti

-Gedong Garjito

-Pasiraman

-Pacausan

-Gedong Sedah Mirah

-Gedong Kembar

-Gedong Gandek

-Gedong Malang

-handicraft(batik, dan lukisan),dll

1

Bagian Sakral
Bagian sakral Tamansari ditunjukkan dengan sebuah bangunan yang agak menyendiri. Ruangan ini terdiri dari sebuah bangunan berfungsi sebagai tempat pertapaan Sultan dan keluarganya.

2

Bagian Kolam Pemandian
Bagian ini merupakan bagian yang dipergunakan untuk Sultan dan keluarganya bersenang-senang. Bagian ini terdiri dari 2 buah kolam yang dipisahkan dengan bangunan bertingkat. Air kolam keluar dari pancuran berbentuk binatang yang khas. Bangunan kolam ini sangat unik dengan pot-pot besar didalamnya.

3 Bagian Pulau Kenanga
Bagian ini terdiri dari beberapa bangunan yaitu Pulau Kenanga atau Pulau Cemeti, Sumur Gemuling, dan lorong-lorong bawah tanah. Pulau Kenanga atau Pulau Cemeti adalah sebuah bangunan tinggi yang berfungsi sebagai tempat beristirahat sekaliggus sebagai tempat pengintaian. Bangunan inilah satu-satunya yang akan kelihatan apabila kanal air dibuka dan airmengenangi kawasan Pulau Kenanga ini. Disebutkan bahwa jika dilihat dari atas bangunan seolah-olah sebuah bunga teratai ditengah kolam yang sangat besar. Sumur Gemuling adalah sebuah bangunan melingkar yang berbentuk seperti sebuah sumur dan didalamnya terdapat ruangan-ruangan yang konon dahulu difungsikan sebagai tempat sholat. Sementara itu lorong-lorong yang ada dikawasan ini dahulu konon berfungsi sebagia jalan rahasia yang menghubungkan Tamansari dengan Kraton Yogyakarta. Bahkan ada legenda yang menyebutkan bahwa lorong ini tembus kepantai selatan dan merupakan jlan bagi Sultan Yogyakarta untuk bertemu dengan Nyai Roro Kidul yang konon menjadi isteri bagi raja-raja Kasltanan Yogyakarta. Bagina ini merupakan bagian yang berfungsi sebagai tempat pertahanan atau perlindungan bagi keluarga Sultan apabila sewaktu-waktu ada serangan dari musuh. Tamansari adalah sebuah tempat yang cukup menarik untuk dikunjungi. Disamping letaknya yang tidak terlalu jauh dari Kraton yogyakarta yang merupakan objek wisata di kota ini. Keistimewaan Tamansari antara lain terletak pada bangunannya sendiri yang utuh dan terawat serta lingkungannya yang sangat mendukung keberadaanya sebagai obyek wisata. Dilingkungan Tamansari ini dapat dijumpai Masjid Saka Tunggal yang memiliki sebuah tiang. Meskipun Masjid ini dibangun pada abad XX, namun keunikannya tetap dapat menjadi aset dikompleks ini. Disamping itu kawasan Tamansari dengan Kampung Tamannya yang sangat terkenal dengan kerajinan batiknya. Kita dapat berbelanja maupun dapat melihat secara langsung pembuatan batik-batik yang berupa lukisan maupun konfeksi. Kampung Taman ini sangat dikenal sehingga banyak mendapat kunjungan baik dari wisatawan Mancanegara maupun Wisatawan Nusantara. Tidak jauh dati Tamansari, dapat dijumpai Pasar Ngasem yang merupakan pasar trdisional dan pasar burung terbesar di Yogyakarta. Beberapa daya tarik pendukung inilah yang membuat Tamansari menjadi salah satu tujuan wisata Yogyakarta, selain Keraton Yogyakarta.

 

Artikel Terpopuler


...
Istilah - Istilah Gamelan dan Seni Karawitan

by admin || 07 Maret 2014

Ada-ada. Bentuk lagu dari seorang dhalang, umumnya digunakan dalam menggambarkan suasana yang tegang atau marah, hanya diiringi dengan gender.    Adangiyah. Nama dari jenis ...


...
Istilah- Istilah Gerakan Tari  Gaya  Yogyakarta

by admin || 05 Maret 2014

Ngithing. Posisi tangan dengan mempertemukan ujung jari tengah ibu jari membentuk lingkaran, sedangkan jari-jari lainnya agak diangkat keatas dengan masing-masing membentuk setengah ...


...
Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo

by admin || 04 Maret 2014

Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo. Dilahirkan pada tanggal 22 Maret 1899 di Yogyakarta Putera Ngabehi Prawiroreso ini pada tahun 1909 tamat Sekolah Dasar di Gading dan Tahun 1916 masuk menjadi abdi ...



Artikel Terkait


...
MASJID PATOK NEGORO

by admin || 01 April 2012

Kasultanan Yogyakarta yang merupakan kerajaan periode akhir di Jawa selain mempunyai masjid Agung, juga mempunyai masjid yang berstatus Kagungan Ndalem. Masjid-masjid tersebut terbagi dalam tiga ...


...
CANDI SAMBISARI

by admin || 01 April 2012

Candi yang sedang berada dalam tahap pemugaran ini berada sekitar 11 km arah timur Yogyakarta, di sebelah utara jalan utama antara Yogyakarta dan Solo. Candi Sambisari adalah candi yang unik sebab ...


...
CANDI KALASAN

by admin || 01 April 2012

Candi Budha yang unik ini berada sekitar 16 km arah timur Yogyakarta, sebelah utara jalan utama antara Yogyakarta dan Prambanan. Candi ini dibangun sabagai penghargaan atas perkawinan antara Raja ...





DINAS KEBUDAYAAN

(KUNDHA KABUDAYAN)

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Jl. Cendana II Yogyakarta 55166
Telp. (0274) 562628
Fax. (0274) 564945

Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta