by Vishnu|| 28 Oktober 2024 || || 60 kali
“JAMU DAN BUDAYA SEHAT : PENGETAHUAN KESEHATANKOMUNITASAGRARIS JAWA SAMPAI TAHUN 1930-AN” |
||
Penulis |
: |
Arif Akhyat |
ISBN |
: |
(dalam proses) |
Sampul |
: |
Hard cover |
Halaman |
: |
xiv+ 386 halaman |
Ukuran |
: |
14,8 x 21 cm |
Harga |
: |
Tidak diperjualbelikan |
|
|
Dapat diperoleh di Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY |
Sinopsis |
: |
|
|
|
Jamu sebagai produk budaya, tentu masih menjadi perdebatan di kalangan sejarawan. Apakah jamu merupakan metode meramu tingkat lanjut yang sebenarnya merupakan teknik menciptakan rasa pada kuliner, atau dalam pemahaman yang lebihl uas, jamu merupakan produk khusus yang diproduksi dengan tujuan tertentu. Lepas dari perdebatan munculnya jamu sebagai konsumsi untuk tujuan tertentu, tentu saja perlu kajian yang komprehensif. Esensi jamu sebagai produk ramuan, memangsudah menjadi kebenaran faktual dimana unsur-unsur yangdipadukan lebih merupakan paduan unsur-unsur dari bahan yang sudah dipilih fungsinya. Begitu juga dalam sudut pandang sejarah,jamu bisa menjadi bagian dari kuliner. Sulit untuk membedakan antara jamu dan kuliner ketika keduanya merupakan hasil ramuan yang disajikan dalam bentuk yang sama. Hanya yang membedakan secara jelas adalah bahan ramuan, penggunaan serta cara budaya mengkonsumsinya. Jamu sering disajikan dalam suasana khusus dan diperuntukkan dengan tujuan khusus. Temuan aktivitas meramu pada masa Neolitikum awal misalnya, menunjukkan di berbagai wilayah sudah memasuki tahap modern dengan menggunakan teknik meramu untuk kebutuhan kuliner sampai pengobatan. Pada masa meramu, diperkirakan muncul di wilayah Yogyakarta pada masa Neolitikum. Hal ini terkait ditemukan beberapa peralatan kapak pipih bersegi empat yang terbuat dari batu kapur silikat serta mata panah. Temuan jenis peralatan tersebut menjadi salah satu bukti adanya komunitas yang memiliki keahlian berburu dan sekaligus memiliki keahlian meramu. Pola hidup yang berkembang,meramu kemudian menjadi kebutuhan untuk mengubah cita rasadan sekaligus sebagai bentuk munculnya pengetahuan baru terkait asupan. Di perkirakan teknik meramu ini menjadi awal ditemukan berbagai bahan yang memiliki khasiat tertentu, terutama pengobatan dan perawatan. Yogyakarta sebagai salah satu wilayah yang menjadi tempat hunian dan adanya sistem mencukupi kebutuhan keseharian sangat penting dilakukan pencarian lebih lanjut proses kronologis tradisi meramu sebagai awal munculnya bentuk-bentuk kuliner dan teknik perawatan. Jauh lebih dari 5000 tahun yang lalu, di Gunung Kidul ditemukan bukti-bukti di GoaBraholo adanya jenis biji-bijian sebagaimana kemiri (Aleuritas moluccana), kenari (Canarium sp.) dan ketapang (Canavalia maritima). Jenis biji-bijian ini juga ditemukan di wilayah Pacitan. Pemanfaatan biji-bijian sebagai makanan semakin masif pada masa Neolitikum |
|
|
|
by admin || 07 Maret 2014
Ada-ada. Bentuk lagu dari seorang dhalang, umumnya digunakan dalam menggambarkan suasana yang tegang atau marah, hanya diiringi dengan gender. Adangiyah. Nama dari jenis ...
by admin || 05 Maret 2014
Ngithing. Posisi tangan dengan mempertemukan ujung jari tengah ibu jari membentuk lingkaran, sedangkan jari-jari lainnya agak diangkat keatas dengan masing-masing membentuk setengah ...
by admin || 04 Maret 2014
Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo. Dilahirkan pada tanggal 22 Maret 1899 di Yogyakarta Putera Ngabehi Prawiroreso ini pada tahun 1909 tamat Sekolah Dasar di Gading dan Tahun 1916 masuk menjadi abdi ...
by admin || 03 Juni 2015
YOGYAKARTA, TASTEOFJOGJA.COM - Bagi Laksmi Shitaresmi dan Franziska Fennert pulau Jawa adalah rumah besar bagi keduanya yang menampung peradaban tua yang telah dimulai sejak abad ke-8 masehi. Tahun ...
by Vishnu || 10 Februari 2023
Yogyakarta-Bangka Menegakkan Kedaulatan Negara, 1948–1949 Yogyakarta-Bangka Menegakkan Kedaulatan Negara, 1948–1949 Penulis : Ali Usman & ...
by Vishnu || 20 Februari 2023
“Keistimewaan Yogyakarta Dalam Lintasan Sejarah” Penulis : Lilik Suharmaji, dkk ISBN : (dalam proses) Sampul : Hard ...