Pentas Wayang Kulit, Jemparingan hingga Motif Batik, membungkus Perayaan Warisan Budaya Takbenda 2023

by ifid|| 12 Juni 2023 || || 1.011 kali

...

Perayaan Warisan Budaya Tak Benda telah membuktikan kekayaan budaya Indonesia yang mempesona dan tak ternilai harganya. Dengan partisipasi yang tinggi dan apresiasi yang mendalam, perayaan ini menjadi tonggak penting dalam melestarikan warisan budaya yang menjadi kebanggaan bangsa. Semoga acara seperti ini terus diadakan dan menginspirasi generasi mendatang untuk mencintai dan menjaga kekayaan budaya Indonesia.

26 Mei 2023 lalu, menjadi malam yang penuh dengan keajaiban di Kampoeng Mataraman, Yogyakarta. Acara yang dinantikan oleh pecinta seni dan budaya, Pentas Wayang Kulit Semalam Suntuk Lakon Bima Bungkus, sukses menjadi penutup rangkaian acara Ajur Ajer #1 Jejamu, Perayaan Warisan Budaya Tak Benda. Dengan kehadiran dalang terkemuka Ki Restu Hermawan, penampilan yang memukau, dan serangkaian acara menarik, penonton pun terpesona sepanjang malam. Kampoeng Mataraman dipenuhi semarak oleh masyarakat Panggungharjo dan seluruh penggemar wayang kulit yang hadir dari berbagai penjuru DIY. Suasana semakin memanas saat pengumuman dan penyerahan Tondo Tresno kepada Titis Satrio Alit, yang berhasil meraih gelar Gladen Putra dan Putri, serta Gladen Rino Wengi.

Acara selanjutnya menghadirkan momen emosional saat gendewo, simbol syukur atas pelaksanaan rangkaian acara Jemparingan dalam Ajur Ajer #1, diserahkan secara simbolisasi. Proses penyerahan ini dimulai dari Bapak Agung kepada Mas Abem, sebagai representasi penerusan nilai-nilai budaya dari generasi senior ke generasi junior. Selanjutnya, Mas Abem menyerahkan gendewo kepada Dian Laksmi Pratiwi, sebagai tanda kepercayaan untuk menjaga dan melestarikan budaya Jemparingan di masa depan.

Perayaan Warisan Budaya Tak Benda Ajur Ajer #1 Jejamu memasuki momen penutupan yang penuh kebanggaan di Kampoeng Mataraman. Dalam sambutannya, Kepala Dinas Kebudayaan Kundha Kabudayaan DIY, Dian Laksmi Pratiwi, mengungkapkan rasa syukur terhadap keberhasilan acara tersebut dan mengajak semua pihak untuk terus mendukung dan mengapresiasi warisan budaya yang ada.

Dian Laksmi Pratiwi tidak dapat menyembunyikan kekagumannya terhadap acara yang berlangsung selama tiga hari tersebut. "Luar biasa, 3 hari kita bersama-sama dalam rangka acara perayaan mulai dari workshop, stand pameran, dan gladen Jemparingan," ujar Dian dengan penuh kebanggaan. Ia juga menyampaikan harapannya akan partisipasi dan antusiasme yang tinggi dari warga masyarakat Panggungharjo, masyarakat DIY, dan komunitas budaya Jemparingan.

Menurut Dian, ajang ini merupakan modal awal dan langkah awal yang penting untuk lebih menggiatkan kegiatan-kegiatan budaya ke depan. Ia mengajak semua pihak untuk tetap mengapresiasi karya-karya budaya yang sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia, terutama yang berasal dari DIY. Dalam sambutannya, Dian juga mengungkapkan bahwa tidak semua karya budaya bisa mendapatkan pengakuan tersebut, dan syaratnya cukup berat. Oleh karena itu, dengan bantuan dan apresiasi dari masyarakat, karya-karya budaya ini bisa terus dijaga dan dilestarikan.

Dian menjelaskan bahwa karya-karya budaya mencakup berbagai aspek kehidupan, seperti makanan tradisional/kuliner, adat istiadat, tradisi, seni sinden nembang, dan keindahan gamelan. Semua itu merupakan bagian dari karya budaya dan menjadi warisan budaya tak benda yang membanggakan. Ia juga menegaskan bahwa pihaknya akan terus berusaha menciptakan kreasi-kreasi baru di masa depan untuk menghidupkan dan melestarikan budaya tersebut.

Dian juga berbagi pengalaman pribadinya dengan Jemparingan, mengungkapkan bahwa ia sudah lama mengenal dan mencoba seni tersebut. Ia menyampaikan kebanggaannya bahwa Jemparingan Yogyakarta layak dijadikan Warisan Budaya Tak Benda Indonesia, bukan hanya DIY. Ia percaya bahwa Jemparingan pada hakikatnya adalah milik seluruh Indonesia.

Filosofi Jemparingan juga menjadi sorotan Dian dalam sambutannya. Ia berjanji untuk menyosialisasikan dan menerjemahkan filosofi tersebut secara mudah agar bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam suasana yang ceria, Dian juga menyelipkan candaan bahwa tampaknya pejabat harus mempelajari budaya Jemparingan agar lebih "titis" dan fokus dalam memahami kebutuhan masyarakat.

Di akhir sambutannya, Dian tak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam kesuksesan acara ini. Ia memberikan apresiasi kepada warga Kelurahan Panggungharjo atas keramahannya serta sumber daya budaya dan masyarakat yang telah didedikasikan selama tiga hari. Ucapan terima kasih juga diberikan kepada seluruh panitia, EO (Event Organizer), dan semua pihak yang telah bekerja keras sehingga acara ini dapat berlangsung dan berakhir dengan indah.

 

Rangkaian acara selanjutnya adalah prosesi estafet penyerahan wayang kulit kepada Ki Restu Hermawan, yang menandakan dimulainya pagelaran wayang pada malam tersebut. Penutupan acara dihiasi oleh pementasan Wayang oleh Ki Restu, yang menutup seluruh Rangkaian Pagelaran Perayaan Warisan Budaya Tak Benda dengan komplit dan manis semalam suntuk.

Berita Terpopuler


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...


...
Laksamana Malahayati Perempuan Pejuang yang berasal dari Kesultaan Aceh.

by museum || 12 September 2022

Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...



Berita Terkait


...
Pelatihan Tata Nilai Budaya Yogyakarta Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY

by admin || 06 Juli 2019

Mengambil tema Sangkan Paraning Dumadi, pelatihan tata Nilai Budaya Yogyakarta yang dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY ini dilaksanakan selama 2 hari yaitu pada tanggal 6 dan 7 ...


...
Pelestarian Tata Nilai Budaya DIY di Cagar Budaya “Pendhapa Brotosudarman’’, Gilangharjo

by admin || 07 Juli 2019

Dinas Kebudayaan (KundhaKabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta menyelenggarakan kegiatan pengembangan danimplementasi  nilai-nikai luhur dalammasyarakat. Pelatihan ini dilaksanakan selama dua ...


...
30 Karya Budaya DIY ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia Tahun 2019.

by admin || 23 September 2019

Kementrian Pendidikan & Kebudayaan RI melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, hari Kamis, 15 Agustus 2019, menetapkan 30 karya budaya DIY sebagai Warisan ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta