by museum|| 24 Juni 2024 || || 1.076 kali
Sahabat, taukah tentang kesenian wayang beber? Faktanya wayang kulit lebih popular bagi Masyarakat daripada wayang Beber. Namun ternyata wayang Beber lebih dahulu ada sebelum wayang kulit. Wayang beber merupakan wayang tertua di Nusantara. Wayang beber berkembang pada masa sang Prabu Suryawisesa yang berasal dari Kerajaan Jenggala yang pernah berdiri di Jawa Timur. Wayang beber berangkat dari relief candi candi di Nusantara yang dikenal dengan istilah Wayang Watu. Cerita yang dimainkanpun diambil dari cerita relief candi yang digunakan sebagai media penyebaran ajaran agama. Pada era kerajaan Pajajaran wayang beber berkembang dengan dimulainya pembuatan cerita wayang purwa yang digoreskan pada kertas yang terbuat dari kulit kayu Daluang yang kemudian berkembang menjadi gulungan gulungan. Pada masa Majapahit pada bagian ujung gulungan wayang tersebut diberi tongkat panjang yang terbuat dari kayu agar mudah dibentangkan pada saat memulai pertunjukan wayang ini. Sejak itulah wayang ini dikenal oleh masyarakat sebagai Wayang Beber berasal dari kata Beber yang memiliki pengertian membentangkan. Wayang ini dimainkan dengan cara menguraikan cerita lakon baik Mahabarata, Ramayana dan kisah yang terdapat pada relief candi melalui gambar yang tertera pada kertas tersebut. Masa keemasan wayang beber dimulai dari kerajaan Majapahit yang saat itu dipimpin oleh Jaka Susuruh. Pada saat kepemimpinannya Wayang Beber mengalami perkembangan pesat dengan mulai digunakanya tongkat panjang yang digunakan untuk menggulung dan memperlihatkan cerita dari setiap adegan Wayang Beber. Berlanjut hingga tahun 1378 M, saat raja Brawijaya V memerintahkan Raden Sungging Prabangkara yaitu putranya ke-7 untuk melakukan inovasi baru mengenai warna Wayang Beber yang semula hanya menggunakan warna hitam dan putih. Perubahan warna mulai terjadi ketika Kerajaan Demak dan ajaran Islam mulai masuk di Indonesia. Dampaknya adalah perubahan warna sekaligus model bentuk Wayang Beber yang tidak mengikuti bentuk manusia. Wayang beber tertua terdapat di Desa Karang Talun, Kelurahan Kedompol, Kecamatan Donorojo, Pacitan, Jawa Timur yang disimpan dan dilestarikan oleh mbah mardi. Wayang Beber dari wilayah Pacitan memuat cerita dari Sulung, berasal dari pembantu Prabu Brawijaya. Selain itu wayang beber juga terdapat di Desa Gelaran, Kelurahan Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo (Wonosari), Gunungkidul, Yogyakarta yang dilestarikan oleh Ki Supar yang merupakan keturunan ketujuh Kyai Remeng Mangunjaya. Pertunjukan Wayang Beber dapat dilakukan baik siang hari atau malam hari. Seorang dalang Wayang Beber harus seorang pria dan memiliki keahlian turun-temurun. Dalam perkembangannya Wayang Beber beradaptasi dan menyesuaikan zaman sehingga berkembanglah wayang beber kontemporer. Bentuk karakter wayang berubah dan bervariasi. Cerita wayang juga mengalami perubahan seperti lebih menonjolkan cerita tentang kehidupan masyarakat saat ini. Selain itu wayang beber berperan penting dalam menanggapi dan mengkritisi bidang politik, pemerintahan, ekonomi, pembangunan dan sosial budaya yang berdampak pada masyarakat Kontributor A. Pratiwi
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 12 September 2022
Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by museum || 27 Januari 2020
Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY melalui Seksi Permuseuman telah memulai seleksi administrasi Pemilihan Duta Museum DIY tahun 2019 pada tanggal 21 Januari 2019. Dari Seleksi Administrasi ...
by museum || 04 Februari 2021
Selasa 2 Februari 2021, Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY melalui Seksi Permuseuman mengadakan rapat koordinasi dengan Barahmus DIY dalam rangka pembuatan buletin permuseuman 2021. Pada tahun ...
by museum || 04 Februari 2021
source pic : https://kebudayaan.jogjakota.go.id/detail/index/858 Jogja selain merupakan kota pendidikan , kini juga merupakan Daerah Istimewa. Daerah yang menyimpan banyak sejarah, budaya dan ...