by museum|| 08 Oktober 2024 || || 120 kali
Lahir dengan nama awal Museum Sejarah Purbakala Pleret, mengawali perjalanan museum ini sebagai tempat yang menyajikan ilmu dan sejarah dengan tujuan menjadi sarana pendidikan dan rekreasi menyenangkan bagi masyarakat. Museum Sejarah Purbakala Pleret yang terletak di Jalan Raya Pleret, Kapanewon Pleret, Bantul ini dikelola oleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY. Awalnya lahan museum merupakan tempat penampungan temuan Benda Cagar Budaya yang dikumpulkan di Wilayah Bantul. Museum Sejarah Purbakala Pleret resmi mulai dibuka untuk umum pada tanggal 10 Maret 2014. Museum ini didirikan di atas bekas kompleks Keraton Mataram Islam pada masa kekuasaan Raja Amangkurat I. Saat ini kawasan bekas kompleks Keraton Mataram Islam tersebut telah ditetapkan menjadi Kawasan Cagar Budaya Kerta - Plered berdasarkan Keputusan Gubernur No 211/KEP/2019 yang menjadi nilai tambah sebagai kawasan pelestarian, penelitian dan dikembangkan potensi budayanya (tangible dan intangible).
Seiring berjalannya waktu Museum Sejarah Purbakala Pleret pun berganti nama menjadi Museum Pleret. Tidak hanya sekedar berganti nama dan logo saja, perubahan terus dilakukan oleh museum sebagai upaya inovasi dan mejawab tantangan kedepan Museum Pleret untuk mendukung konsep partisipatory museum. Pembangunan kelengkapan bangunan terus dilakukan dan disempurnakan agar museum semakin menarik dikunjungi. Renovasi bangunan museum serta gasebo di area museum menjadi bagian penting untuk memberikan kenyamanan bagi pengunjung. Salah satu keunikan yang ada di museum pleret ini diantaranya adalah terdapat sebuah Situs Cagar Budaya tinggalan Mataram Islam yaitu Sumur Gumuling. Sumur ini diperkirakan dibangun pada saat Plered menjadi ibukota Kerajaan Mataram Islam pada sekitar abad ke-17. Sumur Gumuling Plered ini telah ditetapkan sebagai struktur cagar budaya berdasarkan Keputusan Bupati Bantul Nomor 605 Tahun 2018. Sebagai upaya pelestarian, pada tahun 2022 telah dilakukan rehabilitasi sumur gumuling ini karena terdapat kerusakan pada bagian jobong (bis tanah liat) yang ada di bagian dalam/bawah sumur. Jobong yang rusak dan pecah diangkat dan diganti dengan jobong yang baru. Jobong yang rusak kemudian dibersihkan, dan pecahan-pecahan dari jobong tersebut disambung kembali, diawetkan dan selanjutnya disimpan di Museum Pleret sebagai salah satu koleksi unggulan museum yang dapat dilihat oleh pengunjung secara langsung.
Penataan bangunan dan taman Museum Pleret terus dilakukan secara berkelanjutan, dimulai tahun 2020 dengan mengedepankan konsep pemanfaatan, efisiensi dan kegunaan ruang. Kebutuhan ruang sebagai lokasi pameran tetap yang aman, storage dan sarana pendukung diperlukan untuk mendukung operasional museum yang profesional dan berstandar sesuai dengan PP No 66 tahun 2015 tentang permuseuman.
Dari sisi koleksi yang ditampilkan, Museum Pleret hadir tidak hanya menyajikan koleksi dari masa Mataram Islam saja, namun juga memiliki koleksi yang berasal dari berbagai zaman diantaranya koleksi Prasejarah, Hindu Budha dan kolonial. Koleksi tersebut merupakan hibah, pinjaman dan benda yang ditemukan di wilayah Kabupaten Bantul. Saat ini koleksi Museum Pleret yang dipamerkan diantaranya adalah peralatan batu yang berasal dari masa prasejarah, arca-arca, bagian candi, serta berbagai jenis umpak dan bata berukuran besar yang merupakan komponen bangunan keraton masa Mataram Islam. Agar tata pamer lebih menarik, Museum Pleret melakukan upaya penyajian koleksi dengan dikombinasikan sentuhan digital. Perpaduan koleksi dengan teknologi informasi ini mampu menampilkan cerita koleksi yang lebih hidup dan tentunya menjadi daya tarik bagi pengunjung museum.
Tidak lupa, kisah perjalanan perjuangan Sultan Agung menjadi bagian penting dari storyline Museum Pleret. Sebagai salah satu raja yang berhasil membawa kerajaan Mataram Islam mencapai puncak kejayaan pada 1627 ini perlu diceritakan kepada generasi muda. Perjuangannya mengusir VOC selama dua kali di Batavia hingga menciptakan karya seni spiritual menjadi cerita penting dalam perjalanan Mataram Islam dari Kotagede - Kerta - Plered.
bersambung ke part 2
Kontributor :
A. Pratiwi - Pemerhati Museum dan Budaya
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 12 September 2022
Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by museum || 27 Januari 2020
Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY melalui Seksi Permuseuman telah memulai seleksi administrasi Pemilihan Duta Museum DIY tahun 2019 pada tanggal 21 Januari 2019. Dari Seleksi Administrasi ...
by museum || 04 Februari 2021
Selasa 2 Februari 2021, Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY melalui Seksi Permuseuman mengadakan rapat koordinasi dengan Barahmus DIY dalam rangka pembuatan buletin permuseuman 2021. Pada tahun ...
by museum || 04 Februari 2021
source pic : https://kebudayaan.jogjakota.go.id/detail/index/858 Jogja selain merupakan kota pendidikan , kini juga merupakan Daerah Istimewa. Daerah yang menyimpan banyak sejarah, budaya dan ...