by sf|| 25 Agustus 2020 || || 1.297 kali
Sejak satu dekade silam (2010, dan sebelumnya), komikus indonesia mulai meninggalkan perdebatan mengenai gaya menggambar komik. Gaya apapun tidak masalah, Jepang, Amerika, dan Eropa, dulu punya pengaruh sampai negara-negara lain. Sekarang, mereka punya gaya gambar komik yang beraneka ragam, seperti juga di Indonesia. Demikian diungkap Terra Bajraghosa, pemerhati komik di Yogyakarta. Keadaan ini bisa dilihat pada komikus masa kini, yang cenderung memilih pengaruh gayanya sendiri-sendiri. Pada masa sebelumnya, gaya Amerika atau Eropa merupakan pilihan.
Zaman sekarang, karya komik ditekankan pada penceritaan (bedakan dengan pencitraan). Gaya apapun dipersilakan, yang penting maksimal. Cerita bisa disampaikan, atau dengan lain kata, gagasan komikus bisa diterima. Pembacanya pun bisa membaca dengan baik, dan secara ekonomi, komik bisa terbeli. Keadaan inilah yang dianggap penting, tegas Terra.
Gaya yang terpengaruh pada keinginan pasar, tidak serta merta diikuti. Misalnya, dengan gaya campur-campur, namun berbeda dengan biasanya, kemungkinan besar bisa diterima masyarakat. Hal ini mungkin tercapai, sepanjang bisa menjaga kemapanan jalan cerita, bagus, dan gambarnya luwes, dalam arti bisa menyampaikan artikulasi (makna) cerita dengan bagus.
Terkait dengan kesukaan akan komik, remaja zaman 1970-an atau 1980-an dengan anak muda sekarang, diakui Terra, yang lahir pada 1981, bahwa masa kecilnya diramaikan dengan komik Eropa terjemahan. Meskipun demikian, dia merasa beruntung dengan keberadaan komik indi, yang pembuatnya punya berbeda-beda gaya.
Sekarang, dengan kemajuan teknologi, komik bahkan sudah bisa dinikmati melalui smartphone, webtoon, atau komik digital online. Jadi, masing-masing generasi punya pengalaman sendiri-sendiri. Lebih dari itu, mestinya semua tersedia, baik yang mau melihat dari online, maupun yang senang bukunya langsung. Ini bisa dibandingkan dengan keberadaan koran cetak, yang masih punya pembaca setia.
Sejumlah penerbit komik online masih memandang penting pasar cetak. Mereka punya strategi tersendiri bahwa suatu komik hanya bisa dibaca [sebagai iklan melalui dunia maya], dan tidak bisa dimiliki. Pembaca tidak diberi pilihan lain. Kalau ingin membaca, online saja. Tidak bisa diunduh. Kalaupun bisa, mutu gambarnya rendah. Setelah beberapa judul, atau sekian bulan sekali, baru komiknya diterbitkan (cetak).(hen/lembud)
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 12 September 2022
Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by Vishnu || 01 Maret 2020
Peringatan Peristiwa Bersejarah bertajuk "Semarak Peringatan 1 Maret 1949 ke-71" yang merupakan rangkaian dari Kegiatan Peringatan 1 Maret digelar tepat tanggal 1 Maret 2020 di Titik Nol Kilometer ...
by Vishnu || 09 Maret 2020
Konser Orkestra yang mengusung judul Serenade Bunga Bangsa yang digelar Sabtu Malam, 7 Maret 2020 berlangsung spektakuler. Musisi handal dari Alillaqus Shymphony Orchestra dan Paduan suara dari Con ...