6 Jam di Jogja, Indonesia masih ada

by Vishnu|| 01 Maret 2021 || || 1.076 kali

...

Hingga hari ini, Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 masih dalam proses pengusulan sebagai Hari Besar Nasional. Maka pada peringatan tahun ini, mengangkat tema “Patriot Bangsa Merebut Ibu Kota” dengan harapan Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 dapat lebih tersosialisasikan ke masyarakat. Pada peringatan tahun ini, peran-peran kecil yang sebenarnya berkontribusi besar untuk Serangan Umum lebih ingin ditonjolkan. Dapur umum, kurir pembawa pesan, merupakan salah satu contoh dari partisipasi nyata masyarakat waktu itu. Bagaimana masyarakat bahu-membahu, membantu para pejuang dengan apa yang mereka miliki, bagaimana pengorbanan mereka untuk melindungi pejuang, semangat mereka untuk tetap mempertahankan kemerdekaan di tengah agresi militer yang ada, merupakan cerita-cerita yang terkadang kurang terekspos dalam narasi sejarah. Maka melalui peringatan ini, cerita lebih jauh tentang mereka yang sejatinya ikut berperan dalam perjuangan Serangan Umum, namun kerap kali luput dari perhatian akan menjadi poin utama peringatan. Peringatan Serangan Umum, diharapkan tidak hanya menjadi selebrasi bagi nama- nama besar pahlawan, tapi juga menjadi penanda dan pengingat, bahwa peran rakyat juga berkontribusi nyata pada serangan 6 jam tersebut.

Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah serangan yang dilakukan oleh jajaran militer Divisi III/GM III untuk merebut kembali kota Yogyakarta, sekaligus sebagai bukti kepada dunia internasional bahwa bangsa Indonesia cukup kuat dan mampu memberikan perlawanan kepada penjajah. Tujuan utama serangan tersebut ialah untuk meruntuhkan moral pasukan Belanda dan juga membuktikan kepada Internasional bahwa TNI memiliki kekuatan yang cukup besar untuk melakukan perlawanan.

Enam jam mungkin hanya waktu yang singkat, namun bagi Bangsa Indonesia enam jam merupakan waktu yang paling krusial dan menentukan masa depan bangsa pada saat itu. hal itu dikarenakan waktu tersebut sebagai bahan pembuktian bahwa Indonesia masih ada dan merupakan suatu negara yang berdaulat. dilaksakan dalam situasi yang kompleks karena bertepatan dengan diselenggarakannya rapat Komisi Tiga Negara (KTN) di Kaliurang, Sleman, Yogyakarta. atas keberhasilan serangan yang singkat tersebut, PBB kemudian melakukan pengkajian ulang terkait status Belanda di Indonesia yang berakhir dengan pengakuan Belanda atas keberadaan Indonesia di Konferensi Meja Bundar pada akhir tahun 1949.

Saat ini peristiwa heroik tersebut selalu diperingati khususnya oleh Paguyuban Wehrkreise (PWK) III Yogyakarta yang merupakan anggota keluarga dari para pejuang saat peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949. Salah satu rangkaian dari peringatan 72 tahun Serangan Umum 1 Maret tetap dilaksanakan meski dalam kondisi yang terbatas akibat dari pandemi covid-19. Tirakatan yang digelar pada tanggal 28 Februari 2021 pagi hari, yakni pukul 08.30 berlangsung sederhana dan khidmad dan tentunya tetap menerapkan protokol kesehatan guna memutus mata rantai penyebaran covid-19.Meskipun demikian seremonial berupa tirakatan yang dilaksakaan Dinas kebudayaan DIY bekerjasama dengan Paguyuban Wehrkreise (PWK) III Yogyakarta, Komunitas Djokakarta 1945, dan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta dapat berjalan dengan dengan khidmat. Turut hadir pula dalam acara tirakatan tersebut yakni  Wakil Walikota Yogyakarta, Drs. Heroe Poerwadi, M.A., Plt. Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Yogyakarta, dan Kepala Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Puncak acara tirakatan adalah ditandai dengan pemotongan tumpeng.

Dalam sambutannya, Wakil Walikota menengaskan pentingnya meneladani sikap kejuangan para pahlawan Indonesia, khususnya dalam peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 yang dapat diimplementasikan dalam upaya memerangi pandemi seperti saat sekarang ini. "Saat ini kita juga dalam situasi perang, namun bedanya kita perang melawan pandemi virus covid-19" Jelas Wakil Walikota. Acara lain yang biasanya digelar dalam rangkaian peringatan Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah upacara di Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949, namun urung dilaksanakan karena terkendala pandemi dan diganti dengan penyemprotan disinfektan di jalanan kota Yogyakarta.

Gubernur DIY telah mengusulkan 1 Maret sebagai salah satu Hari Besar Nasional oleh Presiden RI sejak tahun 2018 dan masih berproses hingga sekarang. Berbagai pihak maupun stakeholder juga turut andil atau terlibat didalamnya, antar lain: Menteri Sekretariat Negara, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Pertahanan.

Diharapkan melalui kegiatan ini, 1 Maret  1949 tidak hanya sebatas dimaknai sebagai peristiwa sejarah di Yogyakarta namun juga merupakan penting yang memiliki dampak masif bagi sejarah nasional Indonesia. Lebih jauh lagi semoga melalui kegiatan yang didanai dari Dana Keistimewaan DIY ini, masyarakat luas semakin memahami peristiwa bersejarah ini dengan lebih baik sebelum nantinya ditetapkan sebagai hari besar nasional.(ibs)

Berita Terpopuler


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...


...
Laksamana Malahayati Perempuan Pejuang yang berasal dari Kesultaan Aceh.

by museum || 12 September 2022

Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...



Berita Terkait


...
Bertemunya Budaya Berbagai Daerah

by admin || 23 September 2019

.


...
Sosio Drama Teatrikal & Parade Kebangsaan Peringatan Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949

by Vishnu || 01 Maret 2020

Peringatan Peristiwa Bersejarah bertajuk "Semarak Peringatan 1 Maret 1949 ke-71" yang merupakan rangkaian dari Kegiatan Peringatan 1 Maret digelar tepat tanggal 1 Maret 2020 di Titik Nol Kilometer ...


...
Orkestra Serenade Bunga Bangsa Intenalisasi Sejarah Kepahlawanan

by Vishnu || 09 Maret 2020

Konser Orkestra yang mengusung judul Serenade Bunga Bangsa yang digelar Sabtu Malam, 7 Maret 2020 berlangsung spektakuler. Musisi handal dari Alillaqus Shymphony Orchestra dan Paduan suara dari Con ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta