Pentingnya Serangan Umum 1 Maret 1949 bagi Kedaulatan Indonesia

by Vishnu|| 24 Agustus 2021 || || 1.663 kali

...

Pada 18 Desember 1948 Belanda melancarkan serangan terhadap Republik Indonesia, mengakhiri perjanjian gencatan senjata yang telah disepakati sebelumnya di atas kapal USS Renville (Ricklefs, 1993: 230). Sebab tindakan militer yang mereka sebut aksi polisionil tersebut ialah antara lain kebuntuan dalam negosiasi lebih lanjut dengan para pemimpin republik terkait, salah satunya, pembentukan negara federal. Di sisi lain pihak Belanda pun dihadapi dengan masalah-masalah keamanan yang acapkali terjadi di wilayah-wilayah yang berada di bawah kuasa mereka.

Melihat tidak ada jalan lain selain daripada kehancuran total republik dan tentaranya, pihak Belanda dengan sukses melancarkan agresi yang menyebabkan jatuhnya ibu kota republik di Yogyakarta. Turut serta dengan terebutnya Yogyakarta, para pemimpin utama seperti Sukarno, Hatta, dan anggota kabinet lain akhirnya ditangkap dan dibuang jauh dari ibu kota. Dengan begitu rencana militer Belanda untuk menguasai republik berjalan dengan baik.

Walaupun kuasa berhasil berada pada pangkuan Belanda, agresi tersebut menyebabkan mereka kehilangan posisi baik dalam meja perundingan internasional. Berbagai dukungan internasional berbalik ke arah Indonesia dan mengucilkan Belanda. Satu kerugian yang tidak terduga bagi Belanda, tetapi menguntungkan Indonesia dalam mengupayakan kemerdekaan melalui perundingan.

Dalam pada ini jelas nampak bahwasanya Indonesia memerlukan berbagai macam upaya untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah diraih. Keuntungan dalam bentuk apapun akan sangat berkontribusi terhadap kemerdekaan Indonesia. Di satu sisi delegasi Indonesia di PBB terus melaksanakan perundingan secara damai. Di sisi lain TNI terus melancarkan perang gerilya di berbagai tempat. Tokoh-tokoh penting lain yang memihak republik pun terus menghambat rencana Belanda dengan keengganan mereka untuk melaksanakan kerja sama dengan mereka dalam bentuk apapun.

Di bawah bayang-bayang Belanda, pemerintahan republik yang masih ada berupaya untuk tetap berjalan secara rahasia. Di ibu kota saat itu, Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono IX secara diam-diam terus berkoordinasi dengan berbagai pegawai pemerintahan. Mereka diperintahkan untuk tidak bekerja sama dengan Belanda, menghindari penangkapan sebisa mungkin, dan selalu bersiap untuk menerima perintah selanjutnya yang akan datang melalui kurir-kurir dalam bentuk kode-kode rahasia. Selain dengan para pegawai pemerintahan, Sultan juga tetap melangsungkan komunikasi dengan para pemimpin gerilya, yang salah satunya ialah Letnan Kolonel Soeharto.

Selama masa pendudukan tersebut, para pemimpin gerilya secara terus menerus melancarkan serangan terhadap pos-pos penting yang dipegang oleh Belanda. Serangan-serangan yang bisa dianggap cukup signifikan dilancarkan sejak 29 Desember 1948, dan beberapa lainnya pada bulan-bulan berikutnya (Monfries, 2008:274). Oleh sebab serangan-serangan tersebut suasana di Yogyakarta ketika itu dalam keadaan selalu bergejolak.

Satu titik balik penting dari rangkaian serangan-serangan yang dilancarkan TNI yang bergerilya tersebut ialah Serangan Umum 1 Maret 1949. Serangan besar dari berbagai arah ini dimotori oleh Sultan Hamengku Buwono IX dan Letkol Soeharto. Pukulan pada 1 Maret 1949 ini membuat TNI berhasil menguasai kembali kota Yogyakarta, walau hanya selama 6 jam. Belanda sendiri menganggap serangan tersebut dilaksanakan secara amat cerdas dan sistematis.

Adalah inisiatif atas dasar keinginan untuk menunjukkan bahwa baik Republik Indonesia dan TNI masih ada, maka upaya merebut kembali ibu kota melalui Serangan Umum tersebut dilancarkan. Oleh karena bala bantuan pasukan Belanda yang lebih besar didatangkan, dikeluarkan perintah untuk mundur setelah berhasil menguasai kota Yogyakarta. Meski harus melepaskan kembali ibu kota, penguasaan kembali selama 6 jam itu berhasil menunjukkan kepada dunia bahwa Republik Indonesia serta TNI masih ada dan berdiri tegak. Kemenangan singkat ini pun mampu memunculkan kemenangan-kemenangan baru bagi Indonesia secara politik, terutama di mata internasional.(ibs)

Sumber:

Margana, S, dkk. (2020). Serangan Umum 1 Maret 1949. Yogyakarta: Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Vickers, Adrian. (2005). A History of Modern Indonesia. Cambridge: Cambridge University Press.

Ricklefs, M.C. (1991). A History of Modern Indonesia since c.1300. London: The Macmillan Press LTD.

Putra, Heddy Shri Ahimsa. (2001). Remembering, Misremembering and Forgetting: The Struggle over ‘Serangan Oemoem 1 Maret 1949’. Asian Journal of Social Science. Vol. 29, No. 3. p. 471-494.

Monfries, John. (2008). The Sultan and the Revolution. Bijdragen tot de Taal-. Land- en Volkenkunde. Vol. 164, No. 2/3. p 269-297.

Berita Terpopuler


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...


...
Laksamana Malahayati Perempuan Pejuang yang berasal dari Kesultaan Aceh.

by museum || 12 September 2022

Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...



Berita Terkait


...
Bertemunya Budaya Berbagai Daerah

by admin || 23 September 2019

.


...
Sosio Drama Teatrikal & Parade Kebangsaan Peringatan Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949

by Vishnu || 01 Maret 2020

Peringatan Peristiwa Bersejarah bertajuk "Semarak Peringatan 1 Maret 1949 ke-71" yang merupakan rangkaian dari Kegiatan Peringatan 1 Maret digelar tepat tanggal 1 Maret 2020 di Titik Nol Kilometer ...


...
Orkestra Serenade Bunga Bangsa Intenalisasi Sejarah Kepahlawanan

by Vishnu || 09 Maret 2020

Konser Orkestra yang mengusung judul Serenade Bunga Bangsa yang digelar Sabtu Malam, 7 Maret 2020 berlangsung spektakuler. Musisi handal dari Alillaqus Shymphony Orchestra dan Paduan suara dari Con ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta