Labuhan Merapi: Mensyukuri Karunia Tuhan Melalui Wajah Yogyakarta

by museum|| 06 April 2022 || || 3.319 kali

...

Daerah Istimewa Yogyakarta, merupakan provinsi yang berdiri di atas nilai-nilai filosofis yang mengakar dan terus tumbuh hingga saat ini. Seperti tata kota yang mengacu kepada garis imajiner dari Pantai Parangtritis hingga Gunung Merapi. Garis imajiner merupakan gagasan dari Sri Sultan Hamengkubuwana I yang memiliki makna mengenai falsafah perjalanan hidup manusia, yakni lambang keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Tuhan (Hablun min Allah), manusia dengan alam (Hablun min Alam) dan dengan sesama manusia (Hablun min Annas).  

Keselarasan dan keseimbangan hubungan dengan Tuhan dan alam diwujudkan melalui ritual rasa syukur yang dilaksanakan setiap tahunnya pada tanggal 1 Ruwah atau pada tahun ini jatuh pada tanggal 5 Maret 2022 dilaksanakan Upacara Adat Labuhan di Gunung Merapi dan Pantai Parangtritis yang digelar oleh Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. “Labuh” sendiri memiliki arti “persembahan”. Upacara ini merupakan rangkaian peringatan Tingalan Dalem Jumenengan atau bertahtanya Sri Sultan Hamengkubuwana X sebagai Raja Keraton Yogyakarta.

 

Gambar 1.1 Prosesi Upacara Adat Labuhan Merapi. Sumber : Keraton Yogyakarta

 

Upacara labuhan ini merupakan salah satu upacara adat yang sudah ada sejak zaman Kerajaan Mataram Islam pada abad ke XVII. Upacara ini dimaksudkan agar negara dan rakyatnya senantiasa dalam keadaan selamat, tenteram dan sejahtera. Meskipun penyelenggara upacara ini adalah pihak Keraton, dalam pelaksanaannya upacara adat ini juga melibatkan pihak masyarakat.

Labuhan Merapi ini bertempat di dusun Kinahrejo, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, dimulai dengan mengarak gunungan dan uborampe dari Kantor Kecamatan Cangkringan menuju Petilasan Rumah Mbah Maridjan. Kemudian, gunungan dan uborampe tersebut secara seremonial diserahkan oleh Camat Cangkringan dan diterima Juru Kunci Merapi. Lalu, acara selanjutnya menuju ke atas Gunung Merapi dengan membawa uborampe. Kemudian, dilanjutkan dengan prosesi ritual dan doa. Yang terakhir ditutup dengan pembagian nasi berkat kepada masyarakat.

Museum Gunungapi Merapi sebagai sarana informasi mengenai aspek sosial budaya di sekitar Gunung Merapi, juga memiliki koleksi berupa lukisan yang menceritakan prosesi adat Labuhan Merapi dan Parangtritis. Selain itu juga terdapat perlengkapan yang digunakan saat labuhan seperti pakaian dan alat untuk prosesi labuhan Merapi lainnya. Lukisan tersebut dibuat oleh seorang pelukis dan juga petani, Aloysius Heri.

Menurut Aloysius, lukisan ini menceritakan mengenai “upacara” yang memiliki makna “berdiri di hadapan” yang dalam konteks ini berarti berdiri di hadapan Tuhan. Upacara adat di Gunung Merapi merupakan ungkapan syukur kepada Tuhan atas berkah yang sudah diterima. Gunung Merapi senantiasa memberikan kesuburan pada tanah pertanian di sekitarnya. Masyarakat biasanya membawa palawija, pala kependem, pala kesampar, dan pala gumantung sebagai kelengkapan upacara adat. Itu semua merupakan simbol dari hasil bumi dan jerih payah manusia yang menjadi rezeki jasmani dan rohani.

Yogyakarta hingga saat ini masih melaksanakan berbagai upacara adat yang turun temurun dari zaman Kerajaan Mataram Islam. Hal ini membuktikan bahwa upacaara adat ini masih sangat mengakar pada masyarakat dan relevan untuk dilakukan sampai saat ini, karena memiliki filosofi yang sangat bijaksana dan mengandung nilai luhur yang mencerminkan masyarakat yang agamis, humanis, dan berbudaya.

 

Oleh Nadia Farah Safana

Duta Museum DIY 2022 untuk Museum Gunungapi Merapi

Berita Terpopuler


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...


...
Perajin Batik Kulonprogo Perkuat Pasar Lokal untuk Jaga Produksi Tetap Stabil

by admin || 24 November 2016

TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO - Perajin batik Kulonprogo mulai merasakan tanda-tanda kelesuan pasar batik yang biasa terjadi di akhir tahun. Untuk menjaga stabilitas produksinya, perajin batik ...


...
Kesenian Tari Hibur Peserta Funbike Gebyar Museum Pleret

by admin || 09 Oktober 2016

Laporan Reporter Tribun Jogja, Arfiansyah Panji Purnandaru TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Rombongan Funbike Gebyar Museum Pleret tiba di Museum Purbakala Pleret. Tari Sigrak Sesolak, Tari Nawung Sekar ...


...
'Selendang Sutra' Penyatu Mahasiswa

by admin || 07 Oktober 2016

YOGYA (KRjogja.com) - Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogya (Disbud DIY) bersama dengan Ikatan Pelajar Mahasiswa Daerah (IKPMD) mengadakan 'Karnaval Selendang Sutra' 2016 guna mengurangi gesesekan ...


...
Disbud DIY Bersama Matra Akan Gelar Festival Gejog Lesung Keistimewaan

by admin || 07 September 2016

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Dinas Kebudayaan (Disbud) DIY bersama Masyarakat Tradisi (Matra) Yogyakarta, akan menyelenggarakan Festival Gejog Lesung Keistimewaan, pada 9 dan 10 September 2016 ...



Berita Terkait


...
SEMINAR PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM TOKOH PEWAYANGAN NUSANTARA: JEJAK, PERAN, DAN RELEVANSI

by museum || 03 Maret 2021

Halo Sahabat MuseumKeterlibatan perempuan di berbagai bidang turut dikemas dalam lakon pewayangan. Mulai dari berperang, berpolitik, dan berkeluarga. Setiap tokoh wayang perempuan digambarkan dengan ...


...
Workshop Membuat Poster Pendidikan dan Koleksi MPI UNY

by museum || 09 Maret 2021

Di masa pandemi ini banyak museum yang tutup dan tidak menerima kunjungan sementara. Duta Museum DIY harus tetap mempromosikan museum dengan mengadakan acara Jumpa Sahabat Museum melalui berbagai ...


...
Duta Museum DIY : Free Modelling Class Museum Tembi Rumah Budaya

by museum || 16 Maret 2021

Pada hari Jum'at, 12 Maret 2021 telah berlangsung kegiatan "Free Modelling Class" yang diinisiasi oleh Jossephine Daniella Iki selalu Duta Museum Untuk DIY 2020 untuk Museum Tembi Rumah Budaya. ...





Copyright@2023

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta