by museum|| 06 April 2022 || || 10.935 kali
Daerah Istimewa Yogyakarta, merupakan provinsi yang berdiri di atas nilai-nilai filosofis yang mengakar dan terus tumbuh hingga saat ini. Seperti tata kota yang mengacu kepada garis imajiner dari Pantai Parangtritis hingga Gunung Merapi. Garis imajiner merupakan gagasan dari Sri Sultan Hamengkubuwana I yang memiliki makna mengenai falsafah perjalanan hidup manusia, yakni lambang keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Tuhan (Hablun min Allah), manusia dengan alam (Hablun min Alam) dan dengan sesama manusia (Hablun min Annas).
Keselarasan dan keseimbangan hubungan dengan Tuhan dan alam diwujudkan melalui ritual rasa syukur yang dilaksanakan setiap tahunnya pada tanggal 1 Ruwah atau pada tahun ini jatuh pada tanggal 5 Maret 2022 dilaksanakan Upacara Adat Labuhan di Gunung Merapi dan Pantai Parangtritis yang digelar oleh Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. “Labuh” sendiri memiliki arti “persembahan”. Upacara ini merupakan rangkaian peringatan Tingalan Dalem Jumenengan atau bertahtanya Sri Sultan Hamengkubuwana X sebagai Raja Keraton Yogyakarta.
Gambar 1.1 Prosesi Upacara Adat Labuhan Merapi. Sumber : Keraton Yogyakarta
Upacara labuhan ini merupakan salah satu upacara adat yang sudah ada sejak zaman Kerajaan Mataram Islam pada abad ke XVII. Upacara ini dimaksudkan agar negara dan rakyatnya senantiasa dalam keadaan selamat, tenteram dan sejahtera. Meskipun penyelenggara upacara ini adalah pihak Keraton, dalam pelaksanaannya upacara adat ini juga melibatkan pihak masyarakat.
Labuhan Merapi ini bertempat di dusun Kinahrejo, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, dimulai dengan mengarak gunungan dan uborampe dari Kantor Kecamatan Cangkringan menuju Petilasan Rumah Mbah Maridjan. Kemudian, gunungan dan uborampe tersebut secara seremonial diserahkan oleh Camat Cangkringan dan diterima Juru Kunci Merapi. Lalu, acara selanjutnya menuju ke atas Gunung Merapi dengan membawa uborampe. Kemudian, dilanjutkan dengan prosesi ritual dan doa. Yang terakhir ditutup dengan pembagian nasi berkat kepada masyarakat.
Museum Gunungapi Merapi sebagai sarana informasi mengenai aspek sosial budaya di sekitar Gunung Merapi, juga memiliki koleksi berupa lukisan yang menceritakan prosesi adat Labuhan Merapi dan Parangtritis. Selain itu juga terdapat perlengkapan yang digunakan saat labuhan seperti pakaian dan alat untuk prosesi labuhan Merapi lainnya. Lukisan tersebut dibuat oleh seorang pelukis dan juga petani, Aloysius Heri.
Menurut Aloysius, lukisan ini menceritakan mengenai “upacara” yang memiliki makna “berdiri di hadapan” yang dalam konteks ini berarti berdiri di hadapan Tuhan. Upacara adat di Gunung Merapi merupakan ungkapan syukur kepada Tuhan atas berkah yang sudah diterima. Gunung Merapi senantiasa memberikan kesuburan pada tanah pertanian di sekitarnya. Masyarakat biasanya membawa palawija, pala kependem, pala kesampar, dan pala gumantung sebagai kelengkapan upacara adat. Itu semua merupakan simbol dari hasil bumi dan jerih payah manusia yang menjadi rezeki jasmani dan rohani.
Yogyakarta hingga saat ini masih melaksanakan berbagai upacara adat yang turun temurun dari zaman Kerajaan Mataram Islam. Hal ini membuktikan bahwa upacaara adat ini masih sangat mengakar pada masyarakat dan relevan untuk dilakukan sampai saat ini, karena memiliki filosofi yang sangat bijaksana dan mengandung nilai luhur yang mencerminkan masyarakat yang agamis, humanis, dan berbudaya.
Oleh Nadia Farah Safana
Duta Museum DIY 2022 untuk Museum Gunungapi Merapi
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 12 September 2022
Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by museum || 03 Maret 2021
Halo Sahabat MuseumKeterlibatan perempuan di berbagai bidang turut dikemas dalam lakon pewayangan. Mulai dari berperang, berpolitik, dan berkeluarga. Setiap tokoh wayang perempuan digambarkan dengan ...
by museum || 09 Maret 2021
Di masa pandemi ini banyak museum yang tutup dan tidak menerima kunjungan sementara. Duta Museum DIY harus tetap mempromosikan museum dengan mengadakan acara Jumpa Sahabat Museum melalui berbagai ...
by museum || 16 Maret 2021
Pada hari Jum'at, 12 Maret 2021 telah berlangsung kegiatan "Free Modelling Class" yang diinisiasi oleh Jossephine Daniella Iki selalu Duta Museum Untuk DIY 2020 untuk Museum Tembi Rumah Budaya. ...