by admin|| 04 Juni 2012 || 45.052 kali
Didirikan oleh G.B.H. Tedjokusumo dan BPH. Soerjodiningrat pada tanggal 17 Agustus 1918 atau 9 Dulkangidah 1848 hari Sabtu Wage. Pendirian perkumpulan Kridha Beksa Wirama di dorong atas hasrat untuk mengembangkan dan menyebarluaskan seni tari di luar tembok Kraton Yogyakarta. Karenanya menghadaplah dua orang pangeran ke hadapan Sri Paduka Sultan Hamengku Buwana VII untuk mohon izin mengajarkan seni tari di kalangan masyarakat di luar tembok Kraton Yogyakarta. Permohonan tersebut mendapatkan tanggapan positif dari Sri Paduka Sultan Hamengku Buwana VII bahkan pihak Kraton membantu dalam hal fasilitas pengajar maupun perlengkapan.
Adapun asas dan tujuan dari Kridha Beksa Wirama adalah : a) mempelajari dan mengembangkan,b) memelihara serta menjunjung tinggi mutu kesenian, c) menanam benih kecintaan kepada putra-putri dalam seni tari dan karawitan.
Pada awal perkembangannnya, mayoritas siswa perkumpulan ini adalah para pelajar pemuda-pemuda Jong Java. Selain para pelajar, putra-putra Sri Sultan Hamengku Buwana VII dan para kerabat istana, anak-anak guru tari Kraton yang sebagian besar juga mengajar di perkumpulan ini, kemudian lama-kelamaan meluas ke segenap lapisan masyarat. Bahkan orang-orang asing pun banyak yang menjadi siswa. Didalam Pelajaran tari oleh Kridha Beksa Wirama diperkenalkan system hitungan atau pandengan dengan maksud agar pelajaran bisa diterima dengan cepat oleh siswa-siswa terutama pada tingkat dasar.
Kridha Beksa Wirama berkesempatan menjadi model percobaan kostum wayang orang Mataram yang kemudian dipakai dan digunakan sebagai perlengkapan wayang orang Mataram. Karena jasa tersebut G.B.H Tedjokusumo dan B.P.H. Soerjodiningrat, memperoleh piagan Widjajakusuma . Kemudian Krida Beksa Wirama dipimpin oleh Ria Kusuma Broto Bersama RM Wasisto Surdjoningratan M.Sc. dan Wisnu wardhana. Pada tiap-tiap hari Minggu pagi diadakan latihan menari di Pendopo Tedjokusuman. Dengan Berdirinya Kridha Beksa Wirama , wayang wong gaya Yogyakarta betul-betul memasyarakat
by admin || 07 Maret 2014
Ada-ada. Bentuk lagu dari seorang dhalang, umumnya digunakan dalam menggambarkan suasana yang tegang atau marah, hanya diiringi dengan gender. Adangiyah. Nama dari jenis ...
by admin || 05 Maret 2014
Ngithing. Posisi tangan dengan mempertemukan ujung jari tengah ibu jari membentuk lingkaran, sedangkan jari-jari lainnya agak diangkat keatas dengan masing-masing membentuk setengah ...
by admin || 04 Maret 2014
Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo. Dilahirkan pada tanggal 22 Maret 1899 di Yogyakarta Putera Ngabehi Prawiroreso ini pada tahun 1909 tamat Sekolah Dasar di Gading dan Tahun 1916 masuk menjadi abdi ...
by admin || 04 Juni 2012
Lahir pada tanggal 25 Desember 1949. Munculnya organisasi ini dilatarbelakangi berhentinya usaha-usaha untuk mempelajari kesenian Jawa sejak pertengahan bulan Agustus 1945 hingga kira-kira ...
by admin || 04 Juni 2012
Paguyuban ini didirikan oleh BPH. Yudonegoro pada tanggal 12 Mei 1052 bersama dengan para anggota Bebadan Among Beksa Kraton Yogyakarta berdasarkan pancasila dan berazaskan kekeluargaan serta gotong ...
by admin || 04 Juni 2012
Organisasi ini menempati lokasi di dalem Pujakusuman MG V/45 Yogyakarta. Sebelum berdiri organisasi Mardawa Budaya, Dalem Pujakusuman sudah menjadi ajang kegiatan seni tari yang di bina ...