by museum|| 02 Juli 2024 || || 588 kali
Selasa, 25 Juni 2024 menjadi hari yang ramai bagi warga Sayidan, Jumeneng, Kelurahan Sumberadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman. Keramaian desa dipicu oleh temuan arca Ganesha di lokasi pembangunan sebuah rumah yang tak jauh dari jalan utama bernama Jl Letkol Subadri Sleman Yogyakarta. Siang hingga sore hari banyak warga yang berdatangan untuk melihat temuan arca ganesha yang diduga berusia ratusan tahun era Mataram Hindu ini. Ada yang datang hanya sekedar ingin tahu temuan apa yang membuat geger media social di hari itu. Tak sedikit juga yang mencari tahu lebih dalam hingga menduga bahwa di lokasi penemuan tersebut masih terdapat temuan lain. Hingga akhirnya tim dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X tiba dilokasi untuk melakukan identifikasi awal dan pengamanan temuan arca ganesha tersebut. Taukah kamu siapakah itu Ganesha? Mengapa arca Ganesha yang banyak terpendam di wilayah DIY dan Jawa Tengah? Kita mulai dari siapa itu Ganesha. Ganesha merupakan salah satu dewa dalam mitologi Hindu. Ganesha merupakan putera dari Dewa Siwa dan Dewi Parwati. Ganesha dikenal sebagai dewa pengetahuan, lambang kecerdasan, penghalau segala rintangan, dan pemberi kesejahteraan serta kebijaksanaan. Dewa Ganesha digambarkan bertubuh manusia, berkepala gajah, dan bertangan empat. Setiap tangannya membawa atribut berupa kapak (parasu), tasbih (aksamala), patahan gading (danta), dan mangkuk (patta). Dalam cerita pewayangan, Ganesha dikenal dengan nama Bhatara Gana, karena berperan sebagai pemimpin para gana yaitu pasukan pengawal Siwa. Pada umumnya penggambaran Ganesha yang berupa manusia berkepala gajah memiliki ciri gadingnya yang patah sebelah. Hal ini menjadikan Ganesha disebut juga dengan nama Ekadanta (eka artinya satu; danta berarti gigi, gading). Dalam kitab Suaradhahana diceritakan bahwa gadingnya patah ketika berperang dan membunuh raksasa Nilarudraka. Namun temuan arca Ganesha di desa Sayidan Sumberadi Mlati Sleman ini memiliki gading yang utuh dan tidak patah satu/sebelah. Hal ini dipercaya bahwa penganut Ganesha memiliki berbagai aliran serta beragam dalam penggambaran Ganesha. Penggambaran Ganesha sebagai dewa yang dipuja bervariasi mulai gading yang patah sebelah kanan, sebelah kiri hingga memiliki gading yang utuh. Posisinya juga beragam, ada yang digambarkan dalam posisi berdiri (stanaka) dan posisi duduk (Utkutikasana) di atas asana, serta beberapa digambarkan di atas wahananya yang berupa tikus. Meski penggambaranya beragam namun ciri utama Ganesha tetap sama, yaitu memiliki belalai sedang mengisap mangkok yang ada ditanganya. Dalam Mitologi Hindu mangkok tersebut berisi cairan ilmu pengetahuan yang tidak habis-habisnya yang menjadikan Ganesha dikenal sebagai dewa ilmu pengetahuan dan dijadikan logo oleh salah satu perguruan tinggi di Indonesia Ganesha juga dikenal sebagai dewa penghalau rintangan yang mampu melawan gangguan fisik maupun magis. Ganesha seringkali diletakkan di daerah yang rawan bahaya, pinggir sungai berarus deras, bendungan atau di tempat penyeberangan. Sebagai salah satu dewa yang popular setelah Dewa Trimurti, yakni Brahma (dewa pencipta alam semesta), Wisnu (dewa pemelihara alam semesta), dan Siwa (dewa perusak alam semesta), Ganesha memiliki kedudukan dan dipuja oleh para pengikutnya. Pada bangunan candi pemujaan Siwa, arca Ganesha menempati relung atau bilik belakang candi. Lantas apakah temuan yang ada di Sayidan ini merupakan komponen dari sebuah candi? atau tempat pemujaan? Perlu pengkajian lebih dalam terkait dugaan hal tersebut. Tentang mengapa banyak arca ganesha yang ditemukan di Jawa Tengah dan DIY, tentu karena pada abad ke 8 berkembang sebuah Kerajaan Mataram Kuno. Kerajaan Mataram Kuno berkembang dengan segala kebudayaannya di wilayah ini. Kerajaan yang didirikan pada tahun 732 M oleh Raja Sanjaya dari Dinasti Sanjaya ini dikenal juga dengan Kerajaan Medang dengan latar belakang agama Hindu - Budha. Beberapa peninggalan kerajaan ini terpendam dan ditemukan di berbagai wilayah di Yogyakarta. Dugaan terjadinya bencana alam pada waktu itu menjadi penyebab tinggalan budaya Mataram Kuno terpendam didalam tanah. Salah satu bukti keberadaan Mataram Kuno adalah Prasasti Canggal. Prasasti berangka tahun 654 Saka atau 732 Masehi yang ditemukan di desa Salam Magelang ini menjadi Bukti sejarah keberadaan kerajaan besar yang pernah berpusat di wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah saat ini. Dalam perkembangannya Kerajaan Mataram Kuno berpindah ke Jawa Timur pada abad ke-10. -- Kontributor A. Pratiwi – Pemerhati Museum dan Budaya
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 12 September 2022
Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by admin || 26 Februari 2019
Sarasehan Penghargaan Seniman Budayawan dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 26 Februari 2019 diRuang Bima, Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan). Peserta sarasehan terdiri dari Dinas Kebudayaan ...
by admin || 04 Maret 2019
Pada tahun 2019,Pemerintah Daerah melalui Dinas Kebudayaan DIY akan menyelenggarakan Penghargaan Seniman dan Budayawan. Sarasehan yang dilaksanakan pada Senin, 04 Maret 2019ini adalah bagian ...
by admin || 21 April 2019
Jum'at, 19 April 2019 Sanggar Omah Cangkem mewakili Tim Kesenian D.I Yogyakarta tampil di ajang Konser Karawitan Anak Indonesia 2019 yang diselenggarakan oleh Kemendikbud di Gedung Kesenian ...