Penyutradaraan: Bicara Tuntutan Jalan Cerita, Bukan Ambisi dan Kebanggaan

by admin|| 27 Juli 2017 || 13.147 kali

...

Penyutradaraan, baik pada film fiksi maupun dokumenter, bukan pekerjaan yang mudah, karena ada keinginan mewujudkan sesuatu, bukan daya cipta (kreativitas) saja, melainkan keinginan lain juga.

Sutradara harus berpikiran logis, bukan egois. Punya kerangka berpikir bahwa pekerjaan itu tidak mudah dan bukan seenaknya. Idealisme boleh saja, namun tidak lantas dipegang seorang diri. Harus ada dukungan orang lain, kerabat kerja lain. Kalau memang ingin mempertahankan seorang diri atau memaksakan kehendak, tidak perlu melibatkan orang lain.

Ketika penyutradaraan dimulai, telah ada keputusan untuk mewujudkan gagasan yang dirancang untuk menjadi film. Dalam pewujudan gagasan ini, terdapat tiga hal pokok, terdiri dari penulis naskah, produser, dan sutradara, yang diistilahkan sebagai triangle system. Meskipun demikian, bukan berarti harus tiga orang. Bisa dua, atau bahkan mungkin satu orang pun bisa merangkap ketiganya sekaligus. Sutradara yang benar, membuat film dari sudut pandang berbeda, cara bercerita yang berbeda dengan yang sudah dibuat orang (sutradara) lain.

Yosep Anggi Noen dan Dwi Sujanti Nugraheni berbagi pengalaman mengenai penyutradaraan yang dijalaninya. Secara terbuka, mereka mengungkap gaya penyutradaraannya, bahkan bagi Anggi Noen, dianggap sebagai suatu ’kesalahan’, membawa masalah, atau merupakan ‘ketakutannya’.

Selama ini, Anggi Noen hampir selalu membuat film dari naskah tulisannya (cuma satu kali dengan naskah orang lain), karena merasa punya masalah dengan naskah orang lain. Meskipun demikian, hal itu justru bukan kebanggaan.

Kadang-kadang, pengambilan gambar dilakukan satu kali saja, dalam satu kali pengambilan (take), contohnya pada ending “Istirahatlah Kata-kata”, bahkan boleh disebut bahwa pada film ini terdapat banyak long take. Ditegaskan bahwa hal ini karena memang butuh demikian, jalan ceritanya menuntut seperti itu, dan yakin bisa dilakukan. Bukan karena ambisi tertentu. Pertimbangannya adalah mengetahui benar mutu aktornya, pergerakan kamera, ruang yang luar biasa (mendukung jalan cerita), atau pun dengan mempertimbangkan penonton. Disarankan juga membuat sejumlah pengambilan gambar dengan cara yang berbeda. Selalu buat pilihan lain, mungkin yang tidak lazim, atau punya tantangan besar, namun telah dipikirkan masak-masak pada perencanaan awal.

Ada kalanya masalah tempat, karena dianggapnya seperti punya nyawa, bisa mengarahkan (memengaruhi kemampuan) pemain, bisa memaksa Anggi Noen mengganti naskah. Bukan pada saat syuting, melainkan jauh setelah syuting.

Walaupun mengaku menyukai musik, Anggi Noen tidak memasukkan sendiri unsur musik pada filmnya. Dia takut bahwa hal ini akan mengikat atau memengaruhi pikiran penonton, yang sejatinya bebas menerjemahkan−semacam panggung drama batin dalam pikiran penonton. Karena itu, dia selalu memercayakan urusan musik kepada pengarah musik (music director), meskipun hal ini tidak serta merta menghilangkan ‘ketakutannya’.

Dwi Sujanti Nugraheni mengungkap bahwa pada pembuatan film dokumenter, kenyataan di lapangan bisa berbeda dengan keinginan semula. Karena itu, harus bisa memperkirakan jalan cerita dan sudah ada kesepakatan antarkerabat kerja. Gaya bercerita, gaya pengambilan gambar, disesuaikan dengan objek cerita, tergantung pada kepekaan sutradara. Dengan demikian, etika film dokumenter, tidak akan merugikan pihak yang difilmkan, bisa terjaga.

Berkenaan dengan musik atau suara, DS Nugraheni percaya pada suara alami, apa adanya, yang merupakan kekuatan filmnya, dan tidak pernah menggunakan ilustrasi musik pada film dokumenter.

Yosep Anggie Noen, sutradara “Istirahatlah Kata-kata” (fiksi), dan Dwi Sujanti Nugraheni, sutradara ”Denok dan Gareng” (dokumenter), hadir sebagai narasumber pada lokakarya (workshop) pengembangan perfilman Daerah Istimewa Yogyakarta bertema ”Penyutradaraan”, pada Senin, 24 Juli 2017, di aula Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokakarya tersebut, dengan moderator Suluh Pamuji (direktur Science, Art, and Alternate Possibility (SAAP), Think & Create), merupakan bagian ketiga dari lima rangkaian lokakarya yang direncanakan Seksi Perfilman, Bidang Seni dan Film, Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagai upaya pengembangan sumber daya perfilman di daerah. Ajang ini merupakan kesempatan yang bagus untuk mendapatkan informasi dan wacana mengenai perfilman, terutama bagi mereka yang merintis karier pada bidang perfilman yang punya minat dan perhatian pada perfilman(hen/ppsf).

Berita Terpopuler


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Laksamana Malahayati Perempuan Pejuang yang berasal dari Kesultaan Aceh.

by museum || 12 September 2022

Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...



Berita Terkait


...
Inilah Sabda Tama Sultan HB X

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...


...
Permasalahan Pakualaman Juga Persoalan Kraton

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...


...
PENTAS TEATER 'GUNDALA GAWAT'

by admin || 18 Juni 2013

"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta