by admin|| 18 Juni 2013 || 40.100 kali
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.
Pernyataan tersebut lalu dikomentari super hero Gundala, bahwa dialog itu di luar naskah. "Aku ra melu-melu. Tanggungjawab sepenuhnya kepada pemain," timpal Gundala.
"Aku yo ora wani," kata Pak Petir.
Itulah penggalan dialog antara Pak Petir (Butet Kartaredjasa) dengan anaknya yang bernama Gundala (Susilo Nugroho) dalam di pementasan Gundala Gawat di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta, Selasa (16/04/2013) malam.
Pentas serupa masih akan ditampilkan di tempat sama Rabu (17/04/2013) malam dan rencananya dihadiri Gubernur DIY Sri Sultan Hamangku Buwono X, Kapolda DIY Brigjen Pol Drs Haka Astana, dan Walikota Haryadi Suyuti. Pentas yang didukung penuh Djarum Apresiasi Budaya sebagai komitmen memihak perkembangan kebudayaan Indonesia ini juga akan digelar di Graha Bakti Budaya TIM Jakarta, 26-27 April mendatang.
Di tengah-tengah percakapan Gundala dan Pak Petir ini juga memunculkan karakter Sedah (istri Gundala.red), sehingga mampu mengocok perut penonton. Dialog yang tidak hanya menarik tawa penonton tapi juga menceritakan fungsi petir di Indonesia.
Teater Gandrik lewat lakon Gundala Gawat mampu menghasilkan humor parodi yang sarat kritik sosial. Pentas ini memanfaatkan audio visual untuk tokoh super hero dan gambar animasi petir. Sedang melalui tata artistik yang sederhana, karakter yang dihidupkan ini berada disetting rumah Hasmi sebagai tokoh penulis Gundala Putra Petir, rumah keluarga Gundala dan markas Pasukan Harimau Lapar. Semua setting itu digambarkan dengan semi realis.
Djaduk Ferianto sebagai penata laku dan musik mampu menghidupkan lakon 'Gundala Gawat' sesuai tuntutan adegan. Misalnya, dalam adegan penggambaran efek petir dan penggarapan lagu yang mampu harmonis antara pengadeganan dan musiknya.
Beberapa kritik sosial lain yang dimunculkan seperti perbedaan antara KPK dan petir. Petir lebih pada pencegahan kejahatan. Kalau ada petir yang menyambar, akhirnya kejadian yang bertujuan jahat dapat digagalkan. Berbeda dengan KPK yang terjadi korupsi dulu baru dilakukan pengusutan dan penangkapan.
Tidak hanya itu, para lakon juga menyindir kasus Ujian Nasional (UN) yang tidak kompak. Adegan yang dimunculkan saat warga 4 desa di Klaten protes terhadap Gundala karena kampungnya yang disambar petir. "Lha, berarti petirnya banyak dan kompak. Bisa bareng menghabiskan 4 desa. Tidak seperti UN yang tidak bisa kompak bareng," kelakar Gundala disambut gelak tawa penonton.
Di adegan yang lain, Pak Petir mengungkapkan bahwa dirinya memiliki misi mulia. Misi petir adalah membangun mental bangsa.
"Aku hanya ingin menjelaskan bahwa petir di Indonesia jumlahnya paling banyak sedunia. Ranking satu mengalahkan ranking korupsi. Karenanya, selain membangun mental bangsa, petir juga berfungsi untuk mengageti bangsamu agar tidak menjadi bangsa yang kagetan," ungkap Pak Petir menjelaskan kondisi sebenarnya yang sesuai naskah karangan Gunawan Mohamad tersebut.
Dikatakan Pak Petir, di kalangan bangsa Petir, bangsa ini dikenal dengan istilah BRB yang berarti 'Bangsa Rindu Budeg'. "Ini bukan sinis, le. Bangsamu itu memang dikenal dengan bangsa yang doyan berteriak".
Mengunakan toa, kalau tidak toa menggunakan knalpot motor. Kalau bukan knalpot motor, ya mercon. Kalau tidak mercon, ya bom. Kalau tidak bom, debat politik di televisi. Semakin diteriakin, bangsamu semakin senang. Makanya aku datang dengan membawa tugas bahwa sekeras-kerasnya suara di toa masih ada petir. Dengan demikian, bangsamu tidak menjadi bangsa yang sombong," ungkap Pak Petir.(R-4/Cil)
sumber krjogja.com
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 12 September 2022
Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
YOGYA (KRjogja.com) - Sebagai langkah dan upaya penyelematan kesenian tari klasik, Taman Budaya Yogyakarta (TBY), akan menggelar rekonstruksi Tari Klasik Kraton. Acara bakal digelar 18 Mei 2013, ...