by pamongbudaya|| 19 Desember 2022 || || 2.759 kali
Salah satu kegiatan pemugaran bangunan cagar budaya dengan biaya yang cukup besar adalah kegiatan pemugaran Benteng Van Den Bosch atau yang biasa disebut dengan Benteng Pendem yang terletak di Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur. Menurut laman Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang menangani pekerjaan rehabilitasi tersebut, nilai kontrak untuk pekerjaan pemugaran yang dimulai sejak 10 Desember 2020 ini adalah Rp. 113,7 miliar. Kegiatan pemugaran pada 13 bangunan di komplek benteng ini ditargetkan selesai pada bulan Januari 2023.
Tim Pendamping Pemugaran yang ada di Dinas Kebudayaan DIY mengadakan kegiatan kunjungan ke lokasi ini untuk melihat bagaimana proses pemugaran yang ada di sana dan belajar baik dari kelebihan maupun kekurangan yang ada. Kunjungan ini berlangsung pada bulan November 2022. Begitu memasuki kawasan Benteng Pendem ini yang luasnya sekitar 4 hektar ini kita dapat melihat hasil yang cukup megah dengan dinding berwarna putih pada banyak bangunan seperti telah disebutkan sebelumnya. Beberapa bagian yang dapat dilihat adalah kolom penyangga berbentuk bulat, adanya struktur rangka baja di dalam bangunan benteng, bekas pondasi bangunan dan struktur lainnya, dan sejumlah komponen bangunan seperti pintu dan jendela.
Ketika masuk ke halaman bagian dalam kita dapat melihat beberapa kolom penyangga bangunan berbentuk silinder yang tidak berplester. Maksud dari menunjukkan bagian yang tidak berplester ini adalah menunjukkan susunan batu bata yang membentuk kolom tersebut. Namun dari diskusi dengan beberapa anggota tim pendamping pemugaran, mereka mempertanyakan pilihan kolom mana yang harus ditunjukkan. Karena dari beberapa dokumentasi yang ada, justru terdapat kolom yang sebelumnya sudah berplester menjadi dibuka plesterannya untuk ditunjukkan susunan batanya seperti foto di bawah ini. Memang susunan bata pada kolom bangunan ini cukup unik dengan batu bata yang disusun/dibentuk melingkar mengikuti bentuk kolom.
Struktur rangka baja berupa kolom vertikal dan balok horizontal yang ada di dalam ruangan benteng digunakan untuk memperkuat dinding, lantai atas dan atap benteng. Struktur ini tidak dapat disembunyikan/dipasang di dalam dinding benteng yang ada karena jika berada di satu garis dengan dinding yang ada maka tumpuan/pondasi dari struktur baru ini akan merusak struktur yang lama. Agar tidak merusak maka struktur ini dipasang berjarak dari dinding lama bangunan. Pemasangan struktur baru ini memerlukan ketelitian dan kehati-hatian agar dalam pemasangannya hanya menimbulkan kerusakan sekecil mungkin dari dinding yang dilewatinya.
Bekas pondasi bangunan dan struktur lainnya yang ditemukan di tempat ini diperbaiki dan dikonservasi untuk ditampilkan, seperti tampak dalam foto di awal tulisan ini. Pada sejumlah komponen bangunan lain seperti pintu dan jendela, diupayakan untuk diperbaiki dan atau diganti dengan bentuk seperti aslinya termasuk juga penggunaan engsel dan gerendel bergaya lama. Beberapa pintu diperbaiki dan/atau dibuat kembali hanya sebagai aksesori saja. Misalnya pintu dalam foto di bawah ini yang tetap dibuat pada tempat semula meskipun sudah tidak berfungsi lagi sebagai pintu yang menghubungkan dua ruang, karena di balik pintu ini sudah tidak ada lantai bangunan. Lantai bangunan di belakang pintu ini sudah hancur dan tidak di buat ulang karena keterbatasan data yang ada. Kondisi yang demikian memaksa pengelola membuat tanda peringatan pada pintu yang di baliknya sudah tidak terdapat lantai lagi seperti pada foto di bawah ini.
Dengan belajar dari kegiatan pemugaran di Benteng Van Den Bosch, Ngawi, Jawa Timur, Tim Pemugaran yang ada di Dinas Kebudayaan DIY diharapkan dapat mengetahui contoh yang baik dan mungkin kurang baik serta mengetahui pilihan-pilihan yang akan dilakukan dalam menghadapi suatu kasus dalam pelaksanaan pemugaran. Ada kalanya pilihan tindakan yang diambil di satu tempat akan berbeda dengan tempat lain karena berbagai pertimbangan, terutama pertimbangan keaslian bahan, bentuk, tata letak, dan/atau teknik pengerjaan serta pertimbangan pelestarian nilai penting dari suatu cagar budaya yang dipugar. (DD)
by admin || 07 Maret 2014
Ada-ada. Bentuk lagu dari seorang dhalang, umumnya digunakan dalam menggambarkan suasana yang tegang atau marah, hanya diiringi dengan gender. Adangiyah. Nama dari jenis ...
by admin || 05 Maret 2014
Ngithing. Posisi tangan dengan mempertemukan ujung jari tengah ibu jari membentuk lingkaran, sedangkan jari-jari lainnya agak diangkat keatas dengan masing-masing membentuk setengah ...
by admin || 04 Maret 2014
Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo. Dilahirkan pada tanggal 22 Maret 1899 di Yogyakarta Putera Ngabehi Prawiroreso ini pada tahun 1909 tamat Sekolah Dasar di Gading dan Tahun 1916 masuk menjadi abdi ...
by admin || 23 September 2019
Ketika ada kegiatan pembangunan baik itu berupa gedungmaupun prasarana lain seperti jalan dan jembatan, kita hampir selalu melihat bidang pembatas yang membatasi antara area yang bisa dilalui umum ...
by admin || 23 September 2019
Pre Construction Meeting atau juga disebut dengan rapat persiapan pelaksanaan kontrak, adalah rapat koordinasi yang dilakukan setelah penandatanganan kontrak dan sebelum pelaksanaan kegiatan ...
by admin || 23 September 2019
Pameran tentang cagar budaya dilakukan dengan beberapa tujuan antara lain adalah pengenalan tentang cagar budaya kepada masyarakat, pemberian informasi mengenai cara-cara pelestarian cagar budaya dan ...