by anis|| 27 Juni 2023 || || 1.626 kali
Penulis |
: |
Purwadmadi Admadipurwa dan Nanang Arisona |
ISBN |
: |
(dalam proses) |
Sampul |
: |
Hard cover |
Halaman |
: |
275 halaman |
Ukuran |
: |
18 x 24 cm |
Harga |
: |
Tidak diperjualbelikan |
|
|
Dapat diperoleh di Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY |
Sinopsis
Membaca Ketakbendaan Karya Budaya
SETIAP kali mendengar jumlah warisan budaya DIY ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda (WBTB) sebagai warisan budaya Indonesia, seakan tergungcang dalam sekurangnya dua hal. Guncangan pertama adalah pertanyaan, apa yang akan dan bisa dilakukan pasca penetapan. Andaikan ada dan bisa dilakukan adanya tindak lanjut pasca penetapan, apakah tindak lanjut tersebut bermakna secara manfaat bagi masyarakat dan kelangsungan hidup karya budaya itu sendiri di tangan pelaku dan pemangku kepentingannya.
Guncangan kedua, benarkah WBTB dimaksud sudah dan akan terus direspon dan direaksi sebagai budaya takbenda dan tidak hanya disuntuki oleh sentuhan budaya material yang penuh seremoni, proses, formalisasi, repetisi, reproduksi, bahkan duplikasi berulang-ulang tanpa henti dan seolah-olah tidak pernah mau mengenal proses sosial perubahan, inovasi, alihgerenerasi, dan transformasi. Dengan kata lain, tidak rela melihat dan mengakui kebutuhan perubahan. Perubahan seluruh sisi. Perubahan atas kemauan seluruh pemangku kepentingan. Perubahan untuk menjawab tututan faktor-faktor eksternal. Yang lebih sering lebih tampak dalam memperlakukan karya budaya pada peristiwa kebudayaan adalah perubahan atas kemauan sepihak karena kepentingan tertentu yang cenderung sepihak pula.
Kali ini, dimajukan sebanyak 14 WBTB yang perlu dibaca dan diuraikan dalam “Goresan Peradaban #5, Kumpulan Ragam Warisan Budaya Tak Benda Daerah Istimewa Yogyakarta”, yang tentu saja mendapatkan tantangan perkembangan pemikiran keberadaan WBTB setelah makin menguatnya implementasi UU Nomor 5 Taun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan dan Peraturan Daerah Istimewa DIY Nomor 3 Tahun 2017 tentang Pemeliharaan dan Pengembangan Kebudayaan. Perkembangan pemikiran itu jumbuh dengan Pokok Pokok Pikiran Kebudayaan yang menuntun ke arah penyusunan perencanaan pembangunan, termasuk pembangungan objek kebudayaan, termasuk program tindak lanjut penetapan WBTB.
by admin || 07 Maret 2014
Ada-ada. Bentuk lagu dari seorang dhalang, umumnya digunakan dalam menggambarkan suasana yang tegang atau marah, hanya diiringi dengan gender. Adangiyah. Nama dari jenis ...
by admin || 05 Maret 2014
Ngithing. Posisi tangan dengan mempertemukan ujung jari tengah ibu jari membentuk lingkaran, sedangkan jari-jari lainnya agak diangkat keatas dengan masing-masing membentuk setengah ...
by admin || 04 Maret 2014
Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo. Dilahirkan pada tanggal 22 Maret 1899 di Yogyakarta Putera Ngabehi Prawiroreso ini pada tahun 1909 tamat Sekolah Dasar di Gading dan Tahun 1916 masuk menjadi abdi ...
by pamongbudaya || 26 November 2019
Dinas Kebudayaan DIY diundang oleh Dinas Kesehatan DIY untuk mengikuti Studi Lapangan Pengembangan Kesehatan Tradisional dengan tujuan ke Pusat Saintifikasi dan Pelayanan Jamu (PSPJ) di Pekalongan ...
by anis || 10 April 2023
Penulis : Victor MH, Fendi Prayitna dan Boedhy Adhitya ISBN : (dalam proses) Sampul : Hard cover Halaman : vii + 155 ...
by anis || 25 Mei 2023
Penulis : Nanang Arizona, Y. Argo Twikromo Fistanto Didik Arifianto, Fadmi Sustiwi, Ons Utoro, Tedi Kusyairi ISBN : (dalam ...