Mengenal Bangunan Berarsitektur Tradisional Jawa. Bangunan Joglo

by pamongbudaya|| 18 Juni 2021 || || 28.702 kali

...

Bangunan Joglo adalah satu dari empat bentuk bangunan yang ada di dalam naskah-naskah lama tentang bangunan rumah berarsitektur tradisional Jawa. Bentuk lainnya adalah tajug, limasan dan kampung. Bentuk-bentuk ini disebut berdaar pada bentuk atap yang ada di suatu bangunan. Pada bangunan dengan atap joglo terdapat 4 buah tiang (saka) yang berada di tengah yang biasa disebut saka guru. Saka guru dihubungkan oleh sunduk dan di atasnya terdapat blandar pamidangan. Di atas blandar pamidangan ini terdapat susunan balok kayu yang membentuk piramida terbalik, semakin ke atas, semakin melebar. Susunan balok (blandar) ini disebut tumpang sari dengan balok yang susunannya melebar ke dalam di sebut singup dan yang ke luar disebut lar-laran. Susunan balok inilah yang menyangga atap joglo di atasnya dengan dudur (jurai) yang ada di keempat sudutnya. Di sisi paling atas terdapat molo yang menghubungkan keempat dudur ini. Molo disangga oleh ander. Penampang / potongan membujur pada bagian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini yang diambil dari buku Pedoman Pelestarian Bagi Pemilik Rumah Kawasan Pusaka Kotagede, Yogyakarta, Indonesia yang disusun oleh Jogja Heritage Society.

Pada bangunan beratap joglo, atap yang paling tinggi dengan sudut kemiringan paling tajam disebut atap brunjung, kemudian yang berada di bawahnya dengan sudut yang lebih landai disebut atap penanggap. Pada beberapa bangunan joglo yang lebih luas atau lebih besar, terdapat atap di bawah atap penanggap yang disebut atap penitih dan atap di bawah penitih yang disebut peningrat. Kadang masih ada atap yang berada di bawahnya yang disebut emper atau tratag.  

Variasi dari bangunan berbentuk atap joglo ada beberapa, namun berdasar naskah-naskah lama tentang bangunan rumah berarsitektur tradisional Jawa, variasi atap joglo terdiri dari 7 (tujuh) buah yaitu :

 

No.

Sebutan

Ciri-ciri

 1

 Kepuhan

Memakai bangun padaringan kebak (balungan tergolong tipis-tipis)

2

 

Pangrawit

 

Memakai balok lambang gantung, atap brunjungnya diregangkan dari atap penanggap, atap emper diregangkan dari atap penanggap, di sudut memakai saka benthung yang ditempatkan di dudur (jurai). Regangan tadi ditutup papan, memakai tumpang 5 lapis, memakai singup dan memakai gonja.

3

Trajumas

Tiang penyangga sebanyak enam dengan atap emper berkeliling

4

Wantah

Memakai tumpang lima lapis, memakai singup, memakai gonja dan takir lumajang

5

 Ceblokan

Tanpa sunduk dan tiangnya ditanam langsung ke tanah (saka pendhem)

6

Tawon boni

Berukuran bujursangkar, memakai sirah gada, tanpa ander, memakai tumpang lima lapis, memakai singup, memakai lumajang serta gonja

7

 Semar tinandhu

Memakai balok pangeret dua batang, tiang penyangga dua batang dan diletakkan di tengah balok pangeret.

Pada foto yang menyertai tulisan ini dapat dilihat saat pendirian bangunan beratap joglo yang berada di wilayah Kapanewon (Kecamatan) Imogiri, Kabupaten Bantul. Tampak dudur sudah dipasang di atas tumpang sari. (DD)

 

Daftar pustaka :

Anindita, Widya, KRT. dan Djatiningrat, KRT. 2015. Kajian Naskah Kawroeh Kambeng. Yogyakarta : Museum Negeri Sonobudoyo, Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta

Jogja Heritage Society. 2007. Pedoman Pelestarian Bagi Pemilik Rumah Kawasan Pusaka Kotagede, Yogyakarta, Indonesia. Jakarta : UNESCO Jakarta.

Prijotomo, Josef. 2006. (Re-)Konstruksi Arsitektur Jawa, Griya Jawa dalam Tradisi Tanpatulisan. Surabaya : PT. Wastu Lanas Grafika.

Artikel Terpopuler


...
Istilah - Istilah Gamelan dan Seni Karawitan

by admin || 07 Maret 2014

Ada-ada. Bentuk lagu dari seorang dhalang, umumnya digunakan dalam menggambarkan suasana yang tegang atau marah, hanya diiringi dengan gender.    Adangiyah. Nama dari jenis ...


...
Istilah- Istilah Gerakan Tari  Gaya  Yogyakarta

by admin || 05 Maret 2014

Ngithing. Posisi tangan dengan mempertemukan ujung jari tengah ibu jari membentuk lingkaran, sedangkan jari-jari lainnya agak diangkat keatas dengan masing-masing membentuk setengah ...


...
Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo

by admin || 04 Maret 2014

Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo. Dilahirkan pada tanggal 22 Maret 1899 di Yogyakarta Putera Ngabehi Prawiroreso ini pada tahun 1909 tamat Sekolah Dasar di Gading dan Tahun 1916 masuk menjadi abdi ...



Artikel Terkait


...
Pekerjaan Bangunan Pelindung Pada Kegiatan Rehabilitasi Cagar Budaya

by admin || 23 September 2019

Ketika ada kegiatan pembangunan baik itu berupa gedungmaupun prasarana lain seperti jalan dan jembatan, kita hampir selalu melihat bidang pembatas yang membatasi antara area yang bisa dilalui umum ...


...
"Pre Construction Meeting" pada kegiatan Rehabilitasi Bangunan Cagar Budaya

by admin || 23 September 2019

Pre Construction Meeting atau juga disebut dengan rapat persiapan pelaksanaan kontrak, adalah rapat koordinasi yang dilakukan setelah penandatanganan kontrak dan sebelum pelaksanaan kegiatan ...


...
Pameran Cagar Budaya

by admin || 23 September 2019

Pameran tentang cagar budaya dilakukan dengan beberapa tujuan antara lain adalah pengenalan tentang cagar budaya kepada masyarakat, pemberian informasi mengenai cara-cara pelestarian cagar budaya dan ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta