by pamongbudaya|| 21 September 2021 || || 7.904 kali
Jika di dalam naskah-naskah lama tentang bangunan rumah berarsitektur tradisional Jawa (Prijotomo, 2006) bangunan dengan bentuk atap limasan mengenal 7 (tujuh) variasi (https://budaya.jogjaprov.go.id/artikel/detail/Mengenal-Bangunan-Berarsitektur-Tradisional-Jawa-Bangunan-Joglo), maka selanjutnya sesuai dengan perkembangan zaman terdapat berbagai variasi lainnya. Menurut R. Ng. Mintoboedoyo dalam Hamzuri (1986) terdapat 12 (dua belas) variasi bangunan joglo, menurut Dakung (1987) terdapat 7 (tujuh) variasi, dan yang dimuat dalam Peraturan Gubernur DIY (Pergub DIY) Nomor 40 tahun 2014 tentang Panduan Arsitektur Bangunan baru Bernuansa Budaya Daerah, terdapat 11 (sebelas) variasi. Tabel berikut ini menunjukkan variasi bangunan Joglo menurut beberapa sumber.
|
Naskah lama |
Hamzuri |
Dakung |
Pergub DIY |
1 |
Wantah |
Wantah Apitan |
Lawakan |
Jubungan |
2 |
Semar Tinandhu |
Semar Tinandu |
Semar Tinandu |
Lawakan |
3 |
Pengrawit |
Pengrawit |
Pengrawit |
Semar Tinandhu |
4 |
Tawon Boni |
Jompongan |
Jompongan |
Pengrawit |
5 |
Ceblokan |
Sinom Apitan |
Sinom |
Jompongan |
6 |
Kepuhan |
Hageng |
Hageng |
Sinom |
7 |
Trajumas |
Mangkurat |
Mangkurat |
Hageng |
8 |
--- |
Ceblokan |
--- |
Mangkurat |
9 |
--- |
Kepuhan Lawakan |
--- |
Trajumas |
10 |
--- |
Kepuhan Apitan |
--- |
Lambang Sari |
11 |
--- |
Kepuhan Limolasan |
--- |
Lambang Gantung |
12 |
--- |
Lambangsari |
--- |
--- |
Berikut ini adalah penjelasan dari beberapa variasi bangunan joglo. Gambar yang ada di dalam tabel ini diambil dari Pergub DIY No. 40 Th. 2014.
|
Nama variasi |
Keterangan |
Gambar |
1 |
Jubungan |
Bentuk joglo yang paling sederhana. Hanya ada atap brunjung saja |
|
2 |
Lawakan |
Bentuk joglo yang atapnya terdiri dari brunjung dan penanggap |
|
3 |
Semar Tinandhu |
Memakai balok pangeret dua batang, tiang penyangga dua batang dan diletakkan di tengah balok pangeret. Biasanya dua tiang penyangga taadi diganti dengan dinding terusan dari pagar. |
|
4 |
Pengrawit |
Bentuk joglo yang atapnya terdiri dari brunjung, penanggap, dan penitih. Atap brunjung terpisah dari penanggap, atap penanggap terpisah dari atap penitih, karena baik pada atap penanggap maupun penitih bertumpu pada saka benthung |
|
5 |
Jompo ngan |
Jika pada umumnya bangunan joglo memiliki denah berbentuk empat persegi panjang maka pada joglo jompongan, bentuk denahnya adalah bujur sangkar |
--- |
6 |
Sinom |
Bentuk joglo yang atapnya terdiri dari brunjung, penanggap, dan penitih |
|
7 |
Lambang Sari |
Atap brunjung dengan atap penanggap terpisah dan dihubungkan oleh balok lambang sari |
|
8 |
Lambang Teplok |
Atap brunjung dengan atap penanggap terpisah dengan atap penanggap menempel langsung pada saka guru |
|
9 |
Lambang Gantung |
Atap brunjung dengan atap penanggap terpisah dengan atap penanggap bertumpu pada saka benthung |
|
10 |
Mang kurat |
Bentuk joglo yang atapnya terdiri dari brunjung, penanggap, dan penitih. Atap penanggap terpisah dari atap brunjung karena bertumpu pada saka benthung dan tetapi pada atap penitih menggunakan balok lambang sari. |
|
11 |
Hageng |
Bentuk bangunan joglo yang paling besar atau luas. Atapnya terdiri dari 5 tingkat, dan urutan dari atas ke bawah adalah brunjung, penanggap, penitih, peningrat dan emper |
Foto yang menyertai tulisan ini menampilkan bangunan joglo setelah dilakukan kegiatan rehabilitasi/perbaikan. Kira-kira termasuk variasi apakah bangunan joglo tersebut ? (DD)
Daftar pustaka :
Dakung, Sugiarto, Drs., dkk. 1987. Arsitektur Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyk Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta. 2014. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 40 Tahun 2014 tentang Panduan Arsitektur Baru Bernuansa Budaya Daerah. Berita Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2014 Nomor 40. Yogyakarta: Sekretaris Daerah.
Hamzuri, Drs. 1986. Seri Rumah, Rumah Tradisional Jawa. Jakarta : Proyek Pengembangan Museum Nasional.
Prijotomo, Josef. 2006. (Re-)Konstruksi Arsitektur Jawa, Griya Jawa dalam Tradisi Tanpatulisan. Surabaya : PT. Wastu Lanas Grafika.
by admin || 07 Maret 2014
Ada-ada. Bentuk lagu dari seorang dhalang, umumnya digunakan dalam menggambarkan suasana yang tegang atau marah, hanya diiringi dengan gender. Adangiyah. Nama dari jenis ...
by admin || 05 Maret 2014
Ngithing. Posisi tangan dengan mempertemukan ujung jari tengah ibu jari membentuk lingkaran, sedangkan jari-jari lainnya agak diangkat keatas dengan masing-masing membentuk setengah ...
by admin || 04 Maret 2014
Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo. Dilahirkan pada tanggal 22 Maret 1899 di Yogyakarta Putera Ngabehi Prawiroreso ini pada tahun 1909 tamat Sekolah Dasar di Gading dan Tahun 1916 masuk menjadi abdi ...
by admin || 23 September 2019
Ketika ada kegiatan pembangunan baik itu berupa gedungmaupun prasarana lain seperti jalan dan jembatan, kita hampir selalu melihat bidang pembatas yang membatasi antara area yang bisa dilalui umum ...
by admin || 23 September 2019
Pre Construction Meeting atau juga disebut dengan rapat persiapan pelaksanaan kontrak, adalah rapat koordinasi yang dilakukan setelah penandatanganan kontrak dan sebelum pelaksanaan kegiatan ...
by admin || 23 September 2019
Pameran tentang cagar budaya dilakukan dengan beberapa tujuan antara lain adalah pengenalan tentang cagar budaya kepada masyarakat, pemberian informasi mengenai cara-cara pelestarian cagar budaya dan ...