by pamongbudaya|| 18 Juni 2021 || || 7.610 kali
Bangunan berarsitektur tradisional Jawa dari bentuk atapnya dibagi dalam 4 jenis. Pada awalnya yang dipakai sebagai pedoman adalah apa yang disebut dengan bentuk taj/taju (bahasa arab yang berarti mahkota). Kemudian kata ini lebih dikenal dengan istilah tajug. Bangunan yang menggunakan atap berbentuk tajug ini bentuk denahnya adalah bujursangkar yang panjang keempat sisinya sama. Jenis yang kedua adalah joglo, kata yang berasal dari kata jug-loro, yaitu tajug- loro, yang artinya dua buah tajug. Hal ini kerena atap berentuk joglo ini sebenarnya adalah penggabungan dari dua atap tajug yang disatukan. Bangunan jug-loro ini rangkaian balok kayu (balungan) di bagian tengah disebut dengan gajah.
Dari rumah ini kemudian berkembang lagi ke dalam bentuk lain , yatiu ukurannya dilipatgandakan baik pada sisi panjang maupun pada sisi pendeknya. Sisi yang panjang kemudian dibagi dalam 3 bagian sedangkan sisi yang pendek tidak dibagi dan tetap dibiarkan. Namanya berubah menjadi gajah-sap yang berarti gajah ganda/rangkap. Kata gajah sama artinya dengan liman, maka kemudian istilah ini dikenal dengan nama liman-sap yang kemudian berubah menjadi limasan. Berdasarkan tiga bentuk ini kemudian berkembang menjadi bermacam-macam bentuk karena perubahan perabotan rumah dan/atau bagian dari kelengkapan rumah. Dari perubahan ini akhirnya ada yang kemudian berbentuk kampung. Kata kampung ini seharusnya berasal dari kata kapung /katepung yang artinya adalah dihubungkan. Jadi untuk mempermudah pendirian rumah maka cukup menghubungkan dua bidang atap dan meniadakan kelengkapan kayu lainnya yang ada pada ketiga bentuk sebelumnya.
Menurut naskah-naskah tentang bangunan rumah berarsitektur Jawa baik yang termasuk dalam kelompok Kawruh Griya maupun Kawruh Kalang, terdapat beberapa ragam/variasi dari masing-masing bentuk bangunan ini.
Pada bentuk atap tajug terdiri dari :
Pada bentuk atap joglo terdiri dari :
Pada bentuk atap limasan terdiri dari :
Pada bentuk atap kampung terdiri dari :
Pada gambar yang menyertai tulisan ini dapat dilihat secara skematis tampak atas, perubahan dari atap berbentuk tajug menjadi joglo (jug-loro) dan dari atap berbentuk joglo ke limasan (liman-sap). DD
by admin || 07 Maret 2014
Ada-ada. Bentuk lagu dari seorang dhalang, umumnya digunakan dalam menggambarkan suasana yang tegang atau marah, hanya diiringi dengan gender. Adangiyah. Nama dari jenis ...
by admin || 05 Maret 2014
Ngithing. Posisi tangan dengan mempertemukan ujung jari tengah ibu jari membentuk lingkaran, sedangkan jari-jari lainnya agak diangkat keatas dengan masing-masing membentuk setengah ...
by admin || 04 Maret 2014
Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo. Dilahirkan pada tanggal 22 Maret 1899 di Yogyakarta Putera Ngabehi Prawiroreso ini pada tahun 1909 tamat Sekolah Dasar di Gading dan Tahun 1916 masuk menjadi abdi ...
by admin || 23 September 2019
Ketika ada kegiatan pembangunan baik itu berupa gedungmaupun prasarana lain seperti jalan dan jembatan, kita hampir selalu melihat bidang pembatas yang membatasi antara area yang bisa dilalui umum ...
by admin || 23 September 2019
Pre Construction Meeting atau juga disebut dengan rapat persiapan pelaksanaan kontrak, adalah rapat koordinasi yang dilakukan setelah penandatanganan kontrak dan sebelum pelaksanaan kegiatan ...
by admin || 23 September 2019
Pameran tentang cagar budaya dilakukan dengan beberapa tujuan antara lain adalah pengenalan tentang cagar budaya kepada masyarakat, pemberian informasi mengenai cara-cara pelestarian cagar budaya dan ...