by pamongbudaya|| 10 September 2021 || || 4.374 kali
Menurut naskah-naskah lama tentang bangunan rumah berarsitektur Jawa, kayu yang umumnya atau disarankan digunakan sebagai bahan untuk pembuatan bangunan adalah kayu jati (Tectona grandis). Kayu jati dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
Seratnya halus dan berminyak. Kayu yang dihasilkan akan tahan lama keawetannya.
Warnanya kehitam-hitaman, alur seratnya tampak dengan jelas sekali seperti kembang (= bunga) atau seperti sungu (= tanduk). Kayu yang dihasilkan keawetannya tahan lama namu tidak sebagus jati bang
Kayunya tidak keras, seratnya kasar, dan warnanya putih bersisik. Tingkat keawetan kayunya tidak tahan lama.
Selain kayu jati, kayu lain yang digunakan adalah kayu nangka (Artocarpus heterophyllus), kayu glugu / dari pohon kelapa (Cocos nucifera) dan beberapa kayu lainnya seperti sengon (Albizzia sp) dan mahoni (Swietenia macrophylla).
Naskah-naskah lama tentang bangunan berarsitektur tradisional Jawa yaitu yang termasuk ke dalam kelompok Kawruh Kalang maupun kelompok Kawruh Griya (Prijotomo, 2006) menuliskan bahwa menurut kepercayaan orang Jawa, pohon jati memiliki angsar (=daya pengaruh) baik serta buruk. Pohon jati yang memiliki angsar baik bisa membawa banyak rezeki, keselamatan dan sebagainya, sedangkan yang memiliki angsar jelek dapat mendatangkan bencana, kemelaratan dan sebagainya.
Berikut ini adalah berbagai jenis kayu jati dengan sifat baik yang dimilikinya :
No. |
Sebutan |
Ciri-ciri |
Wataknya |
Baik digunakan untuk |
1 |
Uger-uger |
Pohon yang batangnya tunggal, bercabang dua |
Yang menempati dapat hidup rukun damai sekeluarga |
Tiang pintu dan tiang pagar |
2 |
Trajumas |
Pohon yang batangnya tunggal, bercabang tiga |
Memperbanyak rezeki |
Balok yang besar (balandar, pangeret, molo) pada griya wingking |
3 |
Tunjung |
Pohon yang menjadi sarang burung besar atau yang ditempati binatang hutan |
Dapat mengangkat derajat atau martabat dan memperteguh cita-cita |
Gedhogan atau kandang binatang ternak lainnya |
4 |
Simbar |
Pohon yang batang datau dahannya ditumbuhi simbar (sebangsa anggrek hutan yang daunnya lebar-lebar) |
Memberi ketenteraman bagi yang menempati |
Struktur masjid, langgar, serambi, cungkup makam atau tempat pemujaan dan semacamnya yang dianggap suci |
5 |
Pandhawa |
Pohon yang mempunyai cabang lima |
Menambah kekuatan tenaga penghuninya |
Struktur pendapa dan lebih utama lagi jika dijadikan sakaguru |
6 |
Monggang |
Pohon yang tumbuh di tanah berbukit |
Mampu mengangkat derajat serta menambah rezeki |
Struktur pintu gerbang, bangsal, pesanggrahan panggung dan semacamnya yang tidak ditempati atau ditiduri orang |
7 |
Mulo |
Pohon yang tumbuhnya di tengah-tengah air |
Memberi ketenteraman hati dan memperteguh perasaan |
Penggunaannya sama dengan kayu pandhawa, namun kayu pandhawa masih lebih baik tingkatnya |
8 |
Gendam |
Pohon tempat bersarang burung-burung kecil atau ditempati binatang-binatang kecil yang merayap |
Yang menempati acapkali mendapat rezeki serta banyak kawannya |
Penggunaannya sama dengan kayu tunjung, namun kayu tunjung masih lebih baik tingkatnya Kayu gendam juga baik dibuat perkakas atau peralatan untuk berburu binatang |
9 |
Gendhong |
Pohon yang tumbuh di sela-sela pohon yang lain |
Dapat melipatgandakan penghasilan yang sedikit |
Struktur gedung penyimpanan harta, almari, peti dan sejenisnya |
10 |
Gedheg |
Pohon yang mempunyai mata kayu yang besar |
Memberi kemungkinan akan dapat menyimpan harta banyak |
Penggunaannya sama dengan kayu gendhong |
11 |
Gedhug |
Pohon yang mempunyai mata kayu yang menonjol agak panjang |
Memperkaya jumlah ternak yang dimiliki dan mendatangakan keselamatan yang berpengaruh sampai ke sanak saudara |
Berbagai macam wadah, kandang dan sejenisnya |
Semua yang diuraikan pada tabel tersebut jika terjadi kekeliruan dalam penerapannya tidak akan menimbulkan hal-hal yang tidak baik, hanya tidak akan ada manfaatnya terhadap kebaikan seperti apabila ditempatkan sesuai dengan penjelasan penggunaannya pada tabel tersebut. Untuk membaca mengenai kayu jati yang sebaiknya dihindari, dapat dilihat pada tulisan berikut ini, https://budaya.jogjaprov.go.id/artikel/detail/Mengenal-Bangunan-Berarsitektur-Tradisional-Jawa-Kayu-Jati-Yang-Harus-Dihindari
Pada foto yang menyertai tulisan ini tampak kayu jati lama pada posisi tumpang sari diturunkan dari tempatnya untuk dilakukan proses perbaikan dan konservasi, pada saat kegiatan rehabilitasi sebuah bangunan cagar budaya di DIY. (DD)
Daftar pustaka :
Jogja Heritage Society. 2007. Pedoman Pelestarian Bagi Pemilik Rumah Kawasan Pusaka Kotagede, Yogyakarta, Indonesia. Jakarta : UNESCO Jakarta.
Prijotomo, Josef. 2006. (Re-)Konstruksi Arsitektur Jawa, Griya Jawa dalam Tradisi Tanpatulisan. Surabaya : PT. Wastu Lanas Grafika.
by admin || 07 Maret 2014
Ada-ada. Bentuk lagu dari seorang dhalang, umumnya digunakan dalam menggambarkan suasana yang tegang atau marah, hanya diiringi dengan gender. Adangiyah. Nama dari jenis ...
by admin || 05 Maret 2014
Ngithing. Posisi tangan dengan mempertemukan ujung jari tengah ibu jari membentuk lingkaran, sedangkan jari-jari lainnya agak diangkat keatas dengan masing-masing membentuk setengah ...
by admin || 04 Maret 2014
Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo. Dilahirkan pada tanggal 22 Maret 1899 di Yogyakarta Putera Ngabehi Prawiroreso ini pada tahun 1909 tamat Sekolah Dasar di Gading dan Tahun 1916 masuk menjadi abdi ...
by admin || 23 September 2019
Ketika ada kegiatan pembangunan baik itu berupa gedungmaupun prasarana lain seperti jalan dan jembatan, kita hampir selalu melihat bidang pembatas yang membatasi antara area yang bisa dilalui umum ...
by admin || 23 September 2019
Pre Construction Meeting atau juga disebut dengan rapat persiapan pelaksanaan kontrak, adalah rapat koordinasi yang dilakukan setelah penandatanganan kontrak dan sebelum pelaksanaan kegiatan ...
by admin || 23 September 2019
Pameran tentang cagar budaya dilakukan dengan beberapa tujuan antara lain adalah pengenalan tentang cagar budaya kepada masyarakat, pemberian informasi mengenai cara-cara pelestarian cagar budaya dan ...