by pamongbudaya|| 23 Juni 2021 || || 1.626 kali
Bangunan berarsitektur tradisional Jawa mengenal dua buah pemasangan kayu usuk (kasau), yaitu ri gereh dan paniyung. Susunan usuk ri gereh adalah susunan usuk dengan jarak antar usuk sama lebar baik pada bagian atas maupun bawah sedangkan pada susunan usuk paniyung jarak antar usuk pada bagian atas lebih kecil dari bagian bawah. Jika pada susunan usuk ri gereh ada sejumlah usuk yang pada bagian atas bertumpu pada dudur (jurai) maka pada susunan usuk paniyung tidak ada usuk yang demikian. Selain pada susunan usuk, bangunan berarsitektur tradisional Jawa juga mengenal beberapa jenis usuk berdasarkan letaknya atau bagaimana usuk tersebut diperlakukan.
Jenis-jenis usuk tersebut adalah :
1. Usuk lorog
Usuk lorog adalah usuk yang berada di dekat atau kadang menempel di dudur. Usuk ini ada di bangunan dengan susunan usuk paniyung.
2. Usuk pandedel
Usuk yang berada di tengah bentangan empyak / atap. . Usuk ini ada di bangunan dengan susunan usuk paniyung. Pemasangannya dibuat tegak (tidak menyerong) tidak seperti usuk-usuk di kanan-kirinya.
3. Usuk panerus
Usuk panerus adalah semua usuk yang dikunci dengan blandar di ujung bawahnya. Usuk ini ada di bangunan dengan susunan usuk paniyung.
4. Usuk pengarak
Usuk pengarak adalah semua usuk yang tidak dikunci dengan blandar di bawahnya. . Usuk ini ada di bangunan dengan susunan usuk paniyung.
5. Usuk dhandhan
Usuk ini berada atau masuk ke dalam topeng
6. Usuk aling
Usuk yang ada di pinggir, perletakannya miring
7. Usuk dhempelan
Usuk yang terletak di pangkal dudur dan menumpang di atas blandar. Gunanya untuk menggenapi usuk dalam susunan ri gereh agar didapatkan hasil perhitungan yang baik atau yang tepat berdasarkan hitungan sri-kitri-gana-liyu-pokah.
Pada foto di bawah ini dapat dilihat pada ujung bawah dari susunan kayu ada yang terdapat lubang ada pula yang tidak. Susunan kayu yang hampir tegak lurus tersebut adalah usuk dengan susunan pemasangan paniyung. Yang terdapat lubang di bawah adalah usuk panerus, sedangkan yang tidak adalah usuk pengarak. Lubang itu adalah posisi pengunci antara usuk dengan balok mendatar yang ada di bawahnya.
Pada foto pertama yang menyertai tulisan ini dapat dilihat bahwa dari tengah foto ke arah kiri atas terdapat tiga buah kayu dengan posisi berhimpitan bahkan nampak menjadi satu, tidak seperti kayu-kayu di kiri kanannya. Dari ketiga kayu ini, kayu yang di tengah adalah dudur (jurai) sedangkan dua kayu yang mengapitnya di kiri kanan adalah usuk lorog. Susunan usuk pada bangunan di foto ini adalah paniyung. (DD)
Daftar pustaka :
Prijotomo, Josef. 2006. (Re-)Konstruksi Arsitektur Jawa, Griya Jawa dalam Tradisi Tanpatulisan. Surabaya : PT. Wastu Lanas Grafika.
by admin || 07 Maret 2014
Ada-ada. Bentuk lagu dari seorang dhalang, umumnya digunakan dalam menggambarkan suasana yang tegang atau marah, hanya diiringi dengan gender. Adangiyah. Nama dari jenis ...
by admin || 05 Maret 2014
Ngithing. Posisi tangan dengan mempertemukan ujung jari tengah ibu jari membentuk lingkaran, sedangkan jari-jari lainnya agak diangkat keatas dengan masing-masing membentuk setengah ...
by admin || 04 Maret 2014
Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo. Dilahirkan pada tanggal 22 Maret 1899 di Yogyakarta Putera Ngabehi Prawiroreso ini pada tahun 1909 tamat Sekolah Dasar di Gading dan Tahun 1916 masuk menjadi abdi ...
by admin || 23 September 2019
Ketika ada kegiatan pembangunan baik itu berupa gedungmaupun prasarana lain seperti jalan dan jembatan, kita hampir selalu melihat bidang pembatas yang membatasi antara area yang bisa dilalui umum ...
by admin || 23 September 2019
Pre Construction Meeting atau juga disebut dengan rapat persiapan pelaksanaan kontrak, adalah rapat koordinasi yang dilakukan setelah penandatanganan kontrak dan sebelum pelaksanaan kegiatan ...
by admin || 23 September 2019
Pameran tentang cagar budaya dilakukan dengan beberapa tujuan antara lain adalah pengenalan tentang cagar budaya kepada masyarakat, pemberian informasi mengenai cara-cara pelestarian cagar budaya dan ...