by pamongbudaya|| 26 Februari 2024 || || 553 kali
Bagi Sobat Budaya yang pernah mengunjungi Museum Sonobudoyo, semestinya ingat tentang keberadaan gapura/gerbang yang ada di sana, yang berbahan batu bata yang tidak diplester. Setidaknya ada dua yang terletak halaman depan di sebelah kanan dan kiri dan satu yang terletak di halaman belakang di dekat Bale Bentar. Bale Bentar dan gapura yang terletak di dekatnya bergaya arsitektur Bali. Selain ketiga gapura tersebut ada gapura yang merupakan pintu masuk yang di dindingnya terdapat prasasti yang berisi sengkalan tentang pendirian museum ini. Sengkalan atau istilah lainnya kronogram susunan kata atau lukisan yang menunjukkan angka tahun (dibaca dari kanan ke kiri). Gapura paduraksa, menurut KBBI, adalah bangunan berbentuk gapura yang mempunyai atap. Sedangkan gapura candi bentar adalah gapura atau pintu gerbang (pura) yang bentuknya menyerupai candi yang dibelah dua, atau kedua sisi gapura tidak dihubungkan dengan atap.
Pada tahun 2012 Dinas Kebudayaan DIY, merehabilitasi ketiga gapura yang terbuat dari bata ini agar kerusakan yang ada tidak semakin bertambah. Jika kerusakan semakin parah maka dikhawatirkan gapura tersebut dapat runtuh. Kerusakan terjadi karena pengaruh alam dan juga manusia. Kerusakan karena pengaruh alam antara lain adalah adanya hujan dan panas yang membuat bata menjadi lapuk dan tumbuhan lumut, jamur, alga dan sejenisnya yang juga dapat menyebabkan lapuk. Sedangkan kerusakan dari manusia adalah karena gerbang ini sering dilewati dan menjadi salah satu tempat foto favorit sehingga sering disentuh atau bahkan disandari ketika berfoto.
Pekerjaan rehabilitasi yang dilakukan di tempat ini antara lain adalah penambahan rangka beton bertulang untuk perkuatan gapura, penggantian bata yang rusak atau terlepas dari posisinya dan sudah rusak, pemasangan kembali batu bata yang terlepas dari posisinya, pengisian semen di antara sambungan batu bata, pembersihan batu bata dari lumut, jamur, alga dan lichen, serta pemberian lapisan anti lumut/jamur pada batu bata.
Foto di awal tulisan ini menunjukkan kondisi salah satu gapura saat dilakukan rehabilitasi. Perancah didirikan sebagai tempat pekerja memperbaiki bagian atas gapura dan sekaligus sebagai penguat dari gapura tersebut saat pekerjaan dilakukan agar susunan batu bata tidak roboh/bergeser dari posisinya. (DD)
by admin || 07 Maret 2014
Ada-ada. Bentuk lagu dari seorang dhalang, umumnya digunakan dalam menggambarkan suasana yang tegang atau marah, hanya diiringi dengan gender. Adangiyah. Nama dari jenis ...
by admin || 05 Maret 2014
Ngithing. Posisi tangan dengan mempertemukan ujung jari tengah ibu jari membentuk lingkaran, sedangkan jari-jari lainnya agak diangkat keatas dengan masing-masing membentuk setengah ...
by admin || 04 Maret 2014
Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo. Dilahirkan pada tanggal 22 Maret 1899 di Yogyakarta Putera Ngabehi Prawiroreso ini pada tahun 1909 tamat Sekolah Dasar di Gading dan Tahun 1916 masuk menjadi abdi ...
by pamongbudaya || 30 Juli 2020
Pada tahun 2018 Dinas Kebudayaan DIY melakukan kegiatan rehabilitasi dinding benteng kraton Yogyakarta. Kegiatan pada tahun 2018 ini berada di dua plengkung dan tiga pojok beteng yaitu Plengkung ...
by pamongbudaya || 31 Agustus 2020
Untuk memperkuat informasi tentang cagar budaya Tugu Pal Putih Yogyakarta dan hubungannya dengan Kraton Yogyakarta dalam sebuah sumbu filosofi, maka Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta ...
by pamongbudaya || 02 September 2020
Pada tahun 2015 Dinas Kebudayaan DIY melakukan rehabilitasi pada beberapa bangunan di kawasan cagar budaya yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pekerjaan dilakukan di beberapa tempat yaitu ...