by pamongbudaya|| 15 September 2020 || || 1.314 kali
Jika kita menuju Pasar Ngasem, Kota Yogyakarta dari arah utara (Jl. Ngasem) maka kita akan melihat bangunan tua di ketinggian yang terletak di belakang/selatan Pasar Ngasem. Bangunan ini dikenal dengan nama Pulo Kenanga atau dikenal juga sebagai Pulo Cemeti. Menurut https://www.kratonjogja.id/, bangunan ini adalah salah satu dari puluhan bangunan yang ada di Kompleks Tamansari Kraton Yogyakarta. Tamansari, yang berarti taman yang indah, pada mulanya merupakan sebuah taman atau kebun istana Keraton Yogyakarta. Kompleks ini dibangun secara bertahap, dimulai pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono I, tahun 1758 M dan diselesaikan pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono II, tahun 1765 M. Pulo Kenanga adalah sebuah pulau buatan yang berada di tengah-tengah segaran. Segaran berasal dari kata dasar segara yang berarti laut, kata segaran sendiri bermakna laut buatan. Dulu di segaran ini selain ditebar berbagai jenis ikan, juga dimanfaatkan untuk kerabat kerajaan bermain sampan. Kini lokasi segaran telah menjadi Pasar Ngasem dan pemukiman penduduk. Di Pulo Kenanga ini pula didirikan sebuah gedung berlantai dua yang dulunya dikelilingi tanaman kenanga (Cananga odorata), dinamakan dengan Gedhong Kenanga. Lantai 2 dan atap pada bangunan Gedhong Kenanga kini sudah runtuh.
Setelah dilakukan perencanaan pada tahun sebelumnya, maka pada tahun 2015 Dinas Kebudayaan DIY melakukan rehabilitasi di Pulo Kenanga ini. Pekerjaan yang dilakukan antara lain adalah pembuatan pondasi dan talud dari batu bata kemudian pembuatan pagar dari batu bata di atas talud tersebut. Pembuatan pagar ini pada ketinggian tanah -0,37 meter dan -3,37 meter dari lantai utama bangunan Gedhong Kenanga. Pembuatan ulang talud ini untuk memperkuat struktur tanah yang ada di sekitar bangunan. Selain itu dilakukan pembuatan ulang gapura dan trap tangga di sisi selatan bangunan. Pada pembuatan ulang gapura ini diperkuat dengan struktur beton bertulang, tidak hanya batu bata seperti stuktur aslinya. Pekerjaan lainnya adalah pembersihan gundukan tanah dan reruntuhan bangunan yang ada di sekitar bangunan ini dan pembersihan dinding lama dari bangunan Gedhong Kenanga dan kemudia diberi lapisan anti lumut.
Pada foto dapat dilihat perancah yang digunakan pekerja sebagai tempat kerja untuk membersihkan dinding lama pada bangunan ini. (DD)
by admin || 07 Maret 2014
Ada-ada. Bentuk lagu dari seorang dhalang, umumnya digunakan dalam menggambarkan suasana yang tegang atau marah, hanya diiringi dengan gender. Adangiyah. Nama dari jenis ...
by admin || 05 Maret 2014
Ngithing. Posisi tangan dengan mempertemukan ujung jari tengah ibu jari membentuk lingkaran, sedangkan jari-jari lainnya agak diangkat keatas dengan masing-masing membentuk setengah ...
by admin || 04 Maret 2014
Kanjeng Raden Tumenggung Madukusumo. Dilahirkan pada tanggal 22 Maret 1899 di Yogyakarta Putera Ngabehi Prawiroreso ini pada tahun 1909 tamat Sekolah Dasar di Gading dan Tahun 1916 masuk menjadi abdi ...
by admin || 23 September 2019
Ketika ada kegiatan pembangunan baik itu berupa gedungmaupun prasarana lain seperti jalan dan jembatan, kita hampir selalu melihat bidang pembatas yang membatasi antara area yang bisa dilalui umum ...
by admin || 23 September 2019
Pre Construction Meeting atau juga disebut dengan rapat persiapan pelaksanaan kontrak, adalah rapat koordinasi yang dilakukan setelah penandatanganan kontrak dan sebelum pelaksanaan kegiatan ...
by admin || 23 September 2019
Pameran tentang cagar budaya dilakukan dengan beberapa tujuan antara lain adalah pengenalan tentang cagar budaya kepada masyarakat, pemberian informasi mengenai cara-cara pelestarian cagar budaya dan ...