YOGYA (KRjogja.com) - Nilai jual produk batik selain ditentukan kualitas barang juga dipengaruhi unsur pengemasan. Perpaduan keduanya akan meningkatkan nilai jual yang berimbas pada kesejahteraan perajin.

"Saat ini pengrajin batik tulis hanya menjual produk, padahal kalau dipayungi merk, dikemas dengan baik, nilai batik Yogya akan lebih menjual," ujar Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Bidang Ekonomi Kreatif DIY, Eddy Purjanto, kepada wartawan setelah agenda 'Bincang Batik' di Media Corner Avocado, Jalan Langenastran Lor No. 22, Yogya, Rabu (5/10/2016)

Eddy mengatakan memang ada dilema ketika batik tulis dikemas dengan lebih baik lagi, harga produk akan semakin mahal, namun ia juga berpendapat, harga yang sesuai mampu meningkatkan tingkat kesejahteraan pembatik.

"Bayangkan, untuk membuat satu batik tulis butuh waktu tiga bulan dan hanya mendapat kompensasi tidak besar," tuturnya. Ia juga menambahkan, pendapatan yang tidak sesuai dengan usaha akan membuat para pembatik mengesampingkan proses pembuatan batik tulis. Padahal, regenerasi untuk pembatik tulis dianggap cukup sulit.

Eddy ingin membentuk suatu terobosan, pengrajin batik tulis di suatu kawasan bisa menyamakan motif, warna alami dan kualitas produk yang mereka hasilkan. Tempat untuk menampilkan pesona batik juga harus ditingkatkan dari segi penataan, lebih elegan dan mampu mendatangkan decak kagum pengunjung. Sarana promosi digital seperti website, instagram dan media sosial lain bisa dimanfaatkan. Pengrajin batik tulis bisa menyetorkan hasil batiknya ke galeri yang ada dan mendapatkan harga yang layak.

"Pembatik sekarang kebanyakan berbasis industri rumahan, perlu kita ubah untuk jadi industri modern tanpa mengubah konteks batik tulis," pungkasnya. (*-1)