by ifid|| 12 Maret 2023 || || 672 kali
Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY menggelar lomba tata rias pengantin gaya Jogjakarta dan njantur kirab penganten gaya Yogyakarta Sleman, Kamis (9/3). Para peserta diharuskan mengenakan riasan dan busana pengantin sesuai dengan pedoman gaya Jogjakarta.
Kapala Bidang Pemeliharaan dan Pengembangan Adat, Tradisi, Lembaga Budaya dan Seni Kundha Kabudayan DIY, Yuliana Eni Lestari Rahayu menuturkan perlombaan ini digelar untuk memberikan ruang ekspresi. Juga sebagai wadah lahirnya regenerasi perias serta pranatacara yang tetap berpedoman pada aturan baku yang ada.
Dia menyebut ada tiga kategori lomba. Pertama adalah lomba tata rias pengantin Yogyakarta paes ageng, paes ageng kanigaran, dan berkerudung tanpa paes. Sementara untuk melengkapi lomba tersebut juga dilombakan nhantur kirab pengantin gaya Jogjakarta.
“Aspek penilaian adalah tata rias wajah dan paes, tata rias rambut dan aksesoris, tata busana, serta penampilan. Untuk njantur kirab penganten gaya Jogjakarta meliputi tata bahasa, narasi njantur, tembang, harmoni, kreativitas, serta busana,” jelas Y. Eni
Y. Eni menambahkan kegiatan ini digelar dengan menggunakan alokasi Danais tahun anggaran 2023. Perlombaan ini juga turut menggandeng Himpunan Ahli Rias Pengantin (Harpi) DIY dan Paguyuban Pranatacara DIY. Sebelumnya diawali dengan kegiatan workshop pada 9 Maret 2023.
“Untuk pemenang akan mendapatkan piagam, plakat, dan uang pembinaan Rp 10 juta,” katanya.
Dalam Acara tersebuat dibuka secara langsung oleh kepala Dinas kebudayaan (kundha Kabudayan) DIY Dian Lakshmi Pratiwi, beliu menyebutkan bahwa penganten merupakan satu fase dalam daur hidup. Kedepan, dia berharap akan ada gelaran kebudayaan dengan mengusung konsep daur hidup dari kelahiran hingga kematian. Dia menjelaskan, pada dasarnya lomba rias pengantin ini sebagai bentuk silaturahmi antar perias di DIY.
“Kedepan kami akan merunutkan kembali pelestarian-pelestarian. Mulai dari kelahiran sampai nanti ada tradisi terkait dengan kematian. Kita berharap tantangan ke depan bisa kita sangga bareng-bareng. Tantangan ke depan akan luar biasa kompleks,” ujarnya.
Pemenang kategori rias paes ageng, Dhemi Lia Anggrita menyampaikan, dirinya menyiapkan lomba rias pengantin gaya Yogyakarta selama satu bulan lebih.
"Berkat dukungan DPC Perias Melati Bantul saya menerima juara," katanya.
Yang menjadi hal menarik dalam merias pengantin gaya Yogyakarta menurut Dhemi Lia yakni mempertahankan pakem rias pengantin Yogyakarta.
"Yang menarik itu kami belajar pakem budaya, ada hal yang gak boleh diubah dan harus dipertahankan perias pengantin sehingga dari masa ke masa terus lestari," ujarnya.
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by museum || 18 September 2023
Limbah merupakan masalah besar yang dirasakan di hampir setiap negara. Jumlah limbah akan semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Permasalahan sampah timbul dari berbagai sektor terutama dari ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...