Menyemai Spirit Catur Sagotra

by ifid|| 21 Maret 2023 || || 463 kali

...

‘Menanam Spirit Catur Sagotra’ menumbuhkan wacana tentang pentingnya masyarakat, khususnya anak muda mengetahui dan mengapresiasi keris peninggalan dari Trah Mataram Islam. Keris sebagai karya monumental dapat dibaca dari perspektif sejarah dan budaya.

Spirit Kesatuan Trah Agung Mataram juga pernah menjadi pangandikan Sri Sultan Hamengkubuwana Daerah Istimewa Yogyakarta pada saat Pembukaan Pameran Catur Sagotra Tahun 2022.
“Membahagiakan karena gelar seni Catur Sagotra ini selain wahana berbagi estetika tari, sejatinya juga upaya meresapi ajaran etika kehidupan. Di mana dimensi etika itu, kini memang diperlukan sebagai kaidah penuntun dalam tumapak ing zaman anyar sekaligus sebagai etos mempertahankan jati diri, Masing-masing memiliki fungsi tersendiri, tetapi dalam satu jenis keutuhan atau gatra yang saling melengkapi. Dengan pengertian 'kesatutubuhan' itu, mengandung pesan bahwa kini adalah saat yang tepat agar keempat Dinasti Mataram itu kita bangun kembali menjadi Catur Sagotrah demi manunggalnya ikatan kekerabatan Trah Agung Mataram.”

Eksistensinya selain untuk menguatkan jati diri bangsa juga menjadi sumber inspirasi budaya bagi masyaratkat dan anak muda khususnya. Untuk itulah Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY menyelenggarakan Pameran Keris Catur Sagotra dan Dialog Budaya, bertempat di Grha Keris Daerah Istimewa Yogyakarta, Jalan. Gamelan Kidul, Yogyakarta, Jumat (17/3/2023).

Kegiatan ini menghadirkan narasumber Kurator Keris, KRT. Kusumonegoro, KRMT. Projokusumo, dan Ady Sulistyono, S.Sos. Juga tampak hadir KPH. Notonegoro selaku penghageng dan mewakili dari Kraton Yogyakarta, serta beberapa tamu para pemerhati keris.

Dian Laksmi Pratiwi, S.S., M.A selaku Kepala Dinas Kebudayaan DIY mengemukakan, bahwa konsep Catur Sagotra dalam pameran keris ini karena memiliki pemaknaan dari bertitik tolak sejarah yang memiliki spirit bersatunya 4 kerajaan besar, dalam sejarah kerajaan di Nusantara.

“Yaitu Kraton Kasultanan Ngayogyakarta, Kraton Kasunanan Surakarta, Kadipaten Puro Pakualaman, dan Puro Mangkubumen. Pemaknaan dalam pameran ini adalah bagaimana dialog sejarah itu diwujudkan dengan salah satunya mengambil keris sebagai pusaka. Maka pameran ini ajang refleksi nilai-nilai persatuan trah swapraja Mataram,” kata Dian.

Ketua Penyelenggara Pameran Keris Taufiq Hermawan memaparkan, Catur Sagotra menjadi ruang ekspresi bagi seniman empat dinasti untuk mengenalkan tradisi dan kebudayaan. Dan kini, kami membawa pesan tersebut sebagai pijakan untuk memulainya dalam tradisi keris saat ini.

“Keris-keris tersebut memiliki otentisitas kepemilikan dari para trah yang tentunya memberikan pengetahuan baru. Tentu hal ini menjadi menarik untuk dibicarakan. Bahwasannya, terkadang pengetahuan lama yang kita yakini terhadap keris-keris nDalem (Kraton) bisa jadi berbeda di sini,” terang Taufiq.

“Kami memberikan tawaran sudut pandang lain dari kriteria umum. Tidak sekadar unsur tampak, tetapi juga sisi lain tak nampak seperti halnya sisi spiritual, simbolis, dan historis menjadi poin penting yang disebut sebagai nilai signifikansi,” tandasnya.

Sementara itu, KPH. Notonegoro yang juga sebagai pengarah dalam sambutannya mengungkapkan, bahwa pesan Ngarso Dalem Sultan HB X yakni ada anak muda yang bisa mendekatkan kebudayaan kita terhadap anak-anak muda karena menurut pengamatan Ngarso Dalem anak-anak muda sekarang semakin jauh dari budayanya sendiri.

“Untuk tari dan gamelan kini sudah lumayan, namun sayangnya soal tosan aji atau keris ini kok masih jauh dari anak-anak muda. Kendalan bisa jadi keris itu dianggap terlalu mistis dan menjadi eksklusif, dengan adanya pameran seperti ini tentu orang akan dapat mengapresiasi keris sebagai karya seni yang tidak hanya memiliki nilai estetika namun juga nilai filosofi. Kalau bisa Dinas Kebudayaan bisa membuat gelaran yang lebih kekinian dan menarik minat anak muda,” tuturnya.

Lanjut KPH. Notonegoro menjelaskan, bahwa keris itu bagian dari identitas seperti halnya ageman (busana). Keris itu sangat personal, zaman dulu anak-anak muda yang sudah beranjak dewasa tentu pesan keris sesuai keinginannya. “Bagi orang Jawa dewasa keris itu bisa berupa dari orang tua, juga dari mertua sebagai kancing gelung istilahnya. Dan satu punya sendiri yang sesuai dengan keinginan sendiri, dengan cara pesan pada seorang empu/penempa tentunya. Mbok ya itu coba untuk dikembalikan,” pesan KPH. Notonegoro.

Pameran keris Catur Sagotra Trah Agung Mataram ini memamerkan setidaknya 17 koleksi keris yang dimiliki oleh para sentana dan atau mewakili ciri khas estetik dari 4 kerajaan. Keris tersebut menunjukkan entitas sekaligus identitas dari 4 karakter budaya yang mencerminkan warna pluralisme namun dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Mekanisme pemilihan koleksi yang ditampilkan melalui tiga kurator yaitu Adi Sulistyono (kurator keris Kasunanan dan Mangkunegaran), RM Enggar Pikantoyo (kurator keris Kasultanan), dan RM Murhadi (kurator keris Pakualaman). Namun sangat disayangkan karena keris-keris tersebut memerlukan perlakuan khusus sehingga perhelatan yang menarik ini hanya dilaksanakan satu hari.

Berita Terpopuler


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...


...
Laksamana Malahayati Perempuan Pejuang yang berasal dari Kesultaan Aceh.

by museum || 12 September 2022

Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...



Berita Terkait


...
Inilah Sabda Tama Sultan HB X

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...


...
Permasalahan Pakualaman Juga Persoalan Kraton

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...


...
PENTAS TEATER 'GUNDALA GAWAT'

by admin || 18 Juni 2013

"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta