TRADISI  kirab budaya 'ngarak siwur'  mampu menarik perhatian ribuan orang, Kamis (06/10/2016). Sebanyak 10 bregada dari delapan desa di Imogiri jadi pengiring perjalanan sepasang siwur yang dimanfaatkan untuk nguras empat enceh atau gentong di Komplek Makam Sultan Agung.

Prosesi kirab dimulai ketika  andong yang ditumpangi Wakil Bupati Bantul H Abdul Halim Muslih beserta istri Emi Masruroh SPd  berjalan dibarisan depan. Sementara jajaran Muspika diantaranya, Camat Imogiri Sigit Subroto, Kapolsek Imogiri Kompol Riyono naik kuda. Tradisi itu merupakan yang ke -18 digelar oleh Forum Cinta Budaya Bangsa (Forcibb) sebagai rangkaian ritual Nguras Encah.

Ketua Forcibb Imogiri, Sudarna  mengungkapkan, prosesi arak-arakan bregada itu menuju Kabupaten Juru Kunci Makam Surakarta guna mengambil satu siwur atau gayung. Selanjutnya arak-arakan dilanjutkan menuju ke Kabupaten Juru Kunci Makam Ngayogyakarta Hadiningrat. Dilokasi itu diambil satu buah siwur untuk diarak bersama dengan siwur dari Kabupaten Juru Kunci Surakarta menuju  ke Makam Raja-Raja Yogyakarta di Imogiri.

Sudarna menjelaskan sepasang siwur tersebut, merupakan pusaka Kraton Surakarta dan Yogyakarta. Dua benda itu  selalu disimpan juru kunci masing-masing. Baru  dikeluarkan ketika digunakan untuk nguras enceh. Ritual itu merupakan proses mengganti air 4 buah gentong di depan Makam Sultan Agung. Siwur oleh masyarkat Jawa dimaknai 'nek wis isi aja ngawur' atau seseorang yang telah memiliki kuasa atau kepintaran tidak boleh menggunakan kekuasaannya untuk bertindak jahat kepada orang lain. (Roy)