by ifid|| 03 Mei 2023 || || 488 kali
Hujan lebat sebelum pertunjukan tidak menyurutkan antusias penonton yang hadir untuk menyaksikan pementasan Joged 2023. Bahkan, penonton telah memadati Amphitheater Taman Budaya Kulon Progo sejak satu setengah jam sebelum pertunjukan dimulai.
Dalam rangka memperingati Hari Tari Dunia 2023, solidaritas seniman tari DIY berhasil dan sukses mempersembahkan rangkaian acara tahunan Joged bertema kearifan lokal ini. Sebanyak 400-an penari lintas generasi unjuk gigi dalam Jogja Joged (Joged) mampu memukau dan menuai decak kagum para penonton yang memadati Amphitheater Taman Budaya Kulon Progo, Sabtu malam (29/04/2023).
Kepala Disbud DIY Dian Lakshmi Pratiwi mengatakan Jogja Joged adalah salah satu event yang digagas murni oleh komunitas atas dasar solidaritas seniman tari di DIY. Berawal dari kegalauan masa pandemi, serta peran sebagai masyarakat tari dunia, Jogja Joged diadakan sebagai ajang apresiasi nyata terhadap seni tari.
“Pemda DIY melalui Disbud DIY memberikan apresiasi penuh terhadap seluruh konsep yang diusung dalam event ini. Disbud DIY sekaligus mendukung dan mensupport dalam upaya menguatkan kembali ekosistem dan dunia seni tari di level nasional maupun internasional,” ucapnya.
Pihaknya berharap kegiatan yang mengusung tema kearifan lokal ini mampu berkembang, mampu menguatkan dan menunjukkan identitas DIY baik di level lokal, nasional, maupun global. Tari merupakan metode, alat, maupun instrumen untuk menghaluskan rasa, menciptakan karakter manusia, khususnya manusia Yogyakarta.
“Rangkaian aktivitas yang diselenggarakan dalam Jogja Joged diharapkan mampu diapresiasi tidak hanya dari solidaritas seniman tari maupun penikmat tari, tetapi seluruh masyarakat yang awam terhadap seni tari. Dengan demikian, seni tari dapat menjadi satu aktivitas dan agenda yang mampu memberikan kesejahteraan material maupun immaterial pada masyarakat maupun pelaku tari,” ungkap Dian.
Staf Ahli Bidang Kesra dan SDM Sekda Kulon Progo Bambang Sutrisno mengapresiasi dan mendukung pengembangan ragam seni budaya tradisional khususnya seni tari berdasarkan kearifan lokal melalui Jogja Joged 2023. Kegiatan Jogja Joged ini digelar dalam Hari Tari Dunia yang diperingati setiap tanggal 29 April. Hari Tari Dunia menjadi kesempatan menikmati keindahan dan kekuatan seni tari seluruh dunia yang.melampaui semua batasan budaya, etnik dan politik.
" Peringatan Hari Tari Dunia ini merupakan suatu bentuk penghormatan terhadap para seniman tari dunia yang berkomunikasi melalui tarian. Tari terus berkembang dinamis seiring dengan perkembangan zaman. Kami bangga Kulon Progo menjadi tuan rumah penyelenggara Jogja Joged 2023 yang dapat dinikmati seluruh lapisan masyarakat secara gratis," katanya.
Sutrisno menambahkan seniman tari se-DIY dan internasional ikut menampilkan mahakarya.tarian yang luar biasa dalam Jogja Joged 2023. Ajang Jogja Joged bisa menjadi momentum untuk membumikan seni tari sekaligus memperkuat silaturahmi dalam seni. Dengan mengembangkan seni tari maka merupakan upaya mencintaimu seni budaya.
Art Director Jogja Joged Pulung Jati Ronggo Murti menjelaskan pertunjukan tari kolosal ini diawali Tari Jogja Njoged yang di kemas sebagai tarian masterpiece dari Jogja Joged. Lalu perwakilan karya tari garapan baru persembahan dari masing-masing kota/kabupaten di wilayah DIY. Dalam International Performance, juga melibatkan seniman tari dari Jepang, Ekuador, Jerman dan perwakilan dari Indonesia. Pertunjukan Ragam Raga berkolaborasi bertema keragaman tubuh yang menghadirkan seniman senior dalam dunia tari DIY Bimo Wiwohatmo menjadi bintang tamu.
“ Kearifan lokal menjadi tema yang diangkat, dengan menyuguhkan salah satu kesenian rakyat Kulon Progo yang dikemas oleh Joged yaitu Joged Angguk. Tarian kolosal Joged Angguk yang ditarikan perwakilan kabupaten/kota se-DIY beserta pelajar dari wilayah Kulon Progo ini menjadi closing ceremony dalam perayaan Hari Tari Dunia 2023.,” tuturnya.
Sebelumnya, Ketua Panitia Joged 2023 Acun Kuncoro Dewo menyampaikan Jogja Joged sendiri terlahir dari hasil karsa dan rasa para seniman Jogja dari 4 kabupaten dan 1 kota di wilayah DIY. Kegiatan ini merupakan wujud karya para seniman yang ingin tetap bergerak dan tidak hanya berpangku tangan walaupun pandemi melanda Indonesia awal 2020 silam. “Adanya solidaritas dari 4 kabupaten 1 kota di DIY menjadi spirit terselenggaranya acara Joged. Oleh karena itu Solidaritas merupakan kunci dari terselenggaranya acara Joged ini,” lanjutnya.
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 12 September 2022
Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...