Nilai-Nilai Budaya Melalui Seni Karawitan Dang tak Gong,

by ifid|| 27 Juni 2023 || || 796 kali

...

Sekecil apapun, karya seni budaya yang dihasilkan oleh seseorang ataupun komunitas, tidak lepas dari nilai-nilai budaya setempat. Penciptaan tersebut tentu tidak lahir begitu saja, apalagi jika karya tersebut telah hidup bertahun-tahun lamanya, dan telah diwariskan dari generasi satu ke generasi berikutnya. Bagaimana upaya melestarikan karya supaya tidak hilang/punah karena perkembangan zaman, terutama karya-karya yang sifatnya tak benda baik itu merupakan ilmu pengetahuan, kearifan lokal, nilai tradisi dalam bentuk ekspresi. Semuanya mengandung makna, nilai filosofis yang dapat menimbulkan inspirasi baru, dan bersifat positif. Upaya menumbuhkan kebanggaan generasi muda terhadap karya budaya masa lampau, masa kini, dan inspirasinya bagi masa depan, sekaligus mengeliminir dampak negatif dari pengaruh global.

Karawitan yang berkembang di Keraton Yogyakarta diduga berasal dari budaya karawitan yang sama dari Keraton Surakarta yaitu, budaya karawitan dari Kerajaan Mataram. Kota Yogyakarta akhirnya mengembangkan budaya karawitan yang disesuaikan dengan lingkungan budaya setempat sehingga karawitan di kota Yogyakarta disebut sebagai karawitan gaya Yogyakarta.

Orientasi praktis, efektif, efisien, spektakuler, dan viralism yang mewarnai kehidupan masyarakat seni karawitan ditengah-tengah derasnya arus  disrupsi menjadi inspirasi insan-insan muda karawitan untuk berbenah dan menyiapkan diri dikancah persaingan karya-karya seni pertunjukan musik didunia.  

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudhayan), melaui UPTD Taman Budaya Yogyakarta, Seksi Penyajian dan Pengembangan Kebudayaan menyelenggarakan Gelar   Karawitan “Ndang Tak Gong” #2. tahun 2023, sukses menghelat Gelar Karawitan pada Senin (26/6/2023) malam di Concert Hall. Mengusung tema Ndang Tak Gong Sumbu Filosofi Yogyakarta, konser ini menampilkan tiga kelompok karawitan yang dibungkus menjadi satu penampilan selama kurang lebih dua jam.

Dalam sabutan pembukanaan Gelar Gelar   Karawitan “Ndang Tak Gong” #2 tahun 2023, Cahyo Widayat, Sekretaris Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogayakarta,  Pada Gelar Karawitan di malam hari ini mengangkat tema Sumbu Filosofi Imajiner. Sumbu Filosofi Imajiner ini memainkan peranan penting dalam membentuk cara seseorang memandang dan menghadapi khidupan. Nilai-nilai ini dapat  membantu seserang dalam mengembangkan diri, memelihara hubungan yang sehat, menghadapi tantangan dengan sikap yang baik, dan mencapai kehidupan yang bermakna dan penuh rasa syukur. Sumbu filosofi imajiner dalam kehidupan masyarakat Yogyakarta juga dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat itu sendiri seperti kebersamaan dan gotong royong.

Kami  ingin "Nilai-nilai solidaritas, kerjasama ini, tercermin dalam berbagai kegiatan seperti gotong royong dalam acara adat, kegiatan kebersihan lingungan, atau pengembangan infrastruktur. Masyarakat Yogyakarta cenderung bersatu saling membantu dalam menghadapi tantangan dan memajukan kesejahteraan bersama. Nilai-nilai yang terkandung dalam kearifan lokal dan tradisi menjadi bagian juga dalam kehidupan masyarakat Yogyakarta", Kata Cahyo menyampaikan sambutan Kepala Dinas Kebudayaan DIY

Tiga repertoar yang dimainkan merupakan gubahan tiga komposer yakni Fajar Sri Sabdono dari kelompok Kidang Alit, Purnawan Wijayanto dari Omah Seni Tanjung Anom dan Laurentius Hanan Wisma Dwi Atmaja dari Unine Mung. Konser karawitan dengan memadukan tiga kelompok menjadi satu penampilan ini diklaim menjadi yang perdana diselenggarakan.  Tiga kelompok karawitan menjadi satu penampilan lebih ke aspek teknis semata. Jika penampilan dibuat satu hal ini dapat meminimalkan efek suara yang berbeda dari masing-masing kelompok sehingga pesan dan apa yang ingin disampaikan kepada audiens berjalan optimal tanpa halangan.

Penampilan karawitan dibawakan dengan sedikit jenaka oleh para seniman dengan ikut mengkolaborasikan sejumlah alat musik lainnya berupa ketipung, ukulele dan terompet menjadi satu kesatuan irama yang magis dan semarak. Kurang lebih puluhan seniman terlibat dalam konser yang dibagi ke dalam tiga segmen itu.

Konser dibuka dengan alunan berat dari suara rebab dengan sesekali iringan dari bunyi demung dan juga gambang. Wangi dan asap dupa menguar dari panggung seakan membuat konser sangat sakral ditambah dengan kedatangan tarian pengiring dari depan panggung yang ditata sedikit gelap. Penampilan dalam konser ini dibagi ke dalam tiga segmen sesuai dengan tema Sumbu Filosofi.

 

Dalam Gelar Karawitan TBY juga menyertakan sejumlah narasumber yaitu, Budi Pramono, Purwanto, dan Warsana, yang bertugas mengarahkan dan memberikan materi soal tema agar diterjemahkan ke dalam sebuah karya musik yang menggambarkan sumbu filosofi. Kemudian juga menyusun dinamika permainan alat musik dan menganyam semuanya menjadi satu kesatuan.

Budaya Jawa yang kaya akan adat-istiadat, kepercayaan, seni, serta kerajinan tradisional terus terjaga dan menjadi bagianyang tak terpisahkan dalamkehidupan masyarakat Yogyakarta hingga saat ini.  Prinsip ini tercermin dalam upacara adat, upacara keagamaan, seni tari, musik tradisional serta kegiatan belajar yang mengajarkan tentang kearifan lokal kepada generasi muda.Keseimbangan antara alam yang terbangun secara harmoni menjadi ciri masyarakat Yogyakarta. Hal ini terlihat bagamana masyarakat selalu  menjaga agar tercipta keseimbangan antara alam dan manusia. Masyarakat Yogyakarta secara umum memahami pentingnya menjaga alam, agar alam tetap terjaga apa adanya tanpa harus merusaknya

 

 

Berita Terpopuler


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Laksamana Malahayati Perempuan Pejuang yang berasal dari Kesultaan Aceh.

by museum || 12 September 2022

Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...



Berita Terkait


...
Inilah Sabda Tama Sultan HB X

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...


...
Permasalahan Pakualaman Juga Persoalan Kraton

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...


...
PENTAS TEATER 'GUNDALA GAWAT'

by admin || 18 Juni 2013

"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta