Muhibah Budaya Tulungagung: Memperkaya Khasanah Budaya Indonesia

by ifid|| 25 Juli 2023 || || 376 kali

...

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (Pemda DIY) melaui Dinas Kebudayaan  (Kundha Kabudayan) DIY menggelar Muhibah Budaya di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Senin (24/7/2023). Program ini diselenggarakan atas kerja sama Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY bersama Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Muhibah Budaya didukung oleh Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta ini bertujuan untuk merajut persahabatan dan merangkai kembali Kesejarahan Mataram. Mengusung tema ‘Merajut Budaya Mataram dari Yogyakarta untuk Indonesia’ agenda ini diharapkan turut memperkuat diplomasi budaya terutama di daerah-daerah yang masih memiliki hubungan sejarah dengan Mataram. Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X hadir bersama dengan Penghageng KHP Kridho Mardowo Karaton Nyagogyakarta Hadiningrat KPH Notonegoro, Kepala Dinas Kebudayaan DIY Dian Lakshmi Pratiwi serta perwakilan OPD Pemda DIY.

Wakil Gubernur DIY Paku Alam X menyebut program ini untuk menjalin hubungan kerja sama, khususnya budaya antara Pemda DIY dan Kabupaten Tulungagung. “Muhibah Budaya ini yang bukan sekadar kunjungan biasa, tetapi bermakna merajut persahabatan untuk merangkai kembali kesejarahan Mataram,” katanya saat sambutan di Pendopo Kongas Arum Kusumaningbongso, Senin malam.

Paku Alam X menjelaskan terdapat benang merah yang menyambung hubungan Jogja dengan Tulungagung. “Tautan sejarah ini berawal dari Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755, di mana Tulungagung dan beberapa daerah di Jawa Timur menjadi daerah mancanegara Ngayogyakarta Hadiningrat,” ungkap Paku Alam X saat membacakan sambutan Gubernur DIY.

Tujuan Muhibah Budaya ini, jelas Paku Alam X, merajut budaya Mataraman dari Jogja dan Tulungagung, untuk memperkaya khasanah budaya Indonesia. “Tujuan lainnya pengembangan seni-budaya masyarakat kedua daerah, sebagai bagian tak terpisahkan dari budaya Mataraman. Dengan visi dan harapan seperti itulah, saya menyambut baik dan mengapresiasi peristiwa hari ini,” tuturnya.

Jalinan kerja sama tersebut, lanjut Paku Alam X, juga agar generasi mendatang mewarisi sejarah dan budaya yang sudah ada sebelumnya. “Agar juga menggugah kesadaran generasi, sebagai modal sosial berharga, untuk titik tolak pengembangan budaya masyarakat kedua daerah,” ucapnya.

Satu Wewengkon

Sementara itu, Bupati Tulungagung Maryoto Birowo menambahkan bahwa hubungan sejarah antara Yogyakarta dan Tulungagung sangat kuat bahkan sampai sekarang. Hal ini ditandai dengan tradisi jamasan Kanjeng Kyai Upas. “Pusaka Kanjeng Kyai Upas merupakan salah satu warisan dari zaman Mataram Islam. Berupa pusaka tombak Kanjeng Kyai Upas yang menurut sejarah dibawa oleh Raden Mas Tumenggung Pringgodiningrat putra dari pangeran Noyokusumo Pekalongan yang menjadi menantu Sultan Hamengkubuwono ke-2. Sedang saat itu Kabupaten Tulungagung masih berbentuk Kadipaten Ngrowo,” tutur Maryoto.

 

Selain itu, di Kabupaten Tulungagung juga masih terdapat warisan budaya yang mirip dengan budaya Yogyakarta. Ditandai dengan masih hidupnya sanggar tari yang melestarikan tari-tari klasik gagrak Yogyakarta atau Mataraman. “Mataraman yang sangat sarat dengan nilai-nilai luhur harus kita lestarikan sebagai pembelajaran kepada masyarakat khususnya generasi muda dan juga merupakan salah satu pedoman serta tuntutan kepada tercapainya tatanan masyarakat yang Gemah Ripah Toto Titi Tentrem Kerto Raharjo menuju Indonesia yang adil makmur damai dan sejahtera,” ujar Maryoto.

Kolaborasi yang dilakukan dalam agenda Muhibah Budaya ini bisa menjadi wadah harmonisasi budaya serta mempererat tali silaturahmi. Selain itu juga dapat menambah wawasan, informasi dan sebagai sarana pelestarian nilai-nilai budaya khususnya di kabupaten Tulungagung dan Yogyakarta.

Dalam Kegiatan Muhibah Budaya Tulungagung, Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat menampilkan Dua tarian di Pendopo Kongas Arum Kusumaningbongso, Tulungagung, Tari pertama adalah Tari Golek Jangkung Kuning, salah satu tari klasik gaya Yogyakarta yang diciptakan oleh KRT Wiraguna pada tahun 1931. Golek Jangkung Kuning menggambarkan seorang gadis remaja yang senang merawat tubuh dan bersolek. Tari kedua adalah Beksan Pethilan Anila – Prahasta yang merupakan tari klasik gaya Yogyakarta yang diambil dari Serat Ramayana. Beksan ini menceritakan peperangan antara Patih Prahasta dari negara Alengkadiraja melawan raden Anila dari Pancawati yang merupakan pendukung Prabu Ramawijaya.

Berita Terpopuler


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Laksamana Malahayati Perempuan Pejuang yang berasal dari Kesultaan Aceh.

by museum || 12 September 2022

Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...



Berita Terkait


...
Inilah Sabda Tama Sultan HB X

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...


...
Permasalahan Pakualaman Juga Persoalan Kraton

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...


...
PENTAS TEATER 'GUNDALA GAWAT'

by admin || 18 Juni 2013

"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta