Muhibah Budaya : Memperkaya Khasanah budaya Mataraman untuk Indonesia

by ifid|| 25 Juli 2023 || || 407 kali

...

Muhibah Budaya dari Yogyakarta ke Madiun Jawa Timur menjadi magnet baru untuk Kota Madiun. Rangkaian Muhibah Budaya di Madiun digelar sejak tanggal 20 hingga 25 Juli 2023. Rangkaian muhibah budaya yang diinisiasi Pemda DIY melalui Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY berkolaborasi dengan Pemkot Madiun, dengan tujuan merajut kembali persaudaraan budaya Mataraman dari Yogyakarta dan Madiun. Penyelenggara Muhibah Budaya di Madiun ini dikemas dengan berbagai kegiatan kebudayaan seperti Pameran Permuseuman dan Potensi Desa Budaya, Pelatihan Cagar Budaya dan Sejarah, Ngobrol Heritage, workshop tari, workshop macapat, workshop busana Jawa Yogyakarta, workshop grafis, pawiyatan Jawa, workshop klinik aksara Jawa, workshop Digitalisasi Aksara, Mewarnai dan Pengenalan Aksara Jawa, Pementasan Sastra, Pementasan Wayang Kulit, Konser Mini Orkestra, serta Penutupan dari rangkaian Muhibah Budaya ini Adalah Malam Puncak Muhibah  Budaya.

Pameran Potensi Desa Budaya hingga Pameran Mahabandhana #2

Pameran Permuseuman Mahabandhana #2 Merajut Budaya Mataraman. Pameran hasil kerja bareng dengan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) itu dibuka Wali Kota Madiun, Maidi, Kamis (20/7). Pameran yang bertempat di Rumah Dinas Wali Kota Madiun

 Wali Kota Madiun, Maidi menyebut kegiatan merupakan upaya Pemerintah Kota Madiun dan Pemda DIY, untuk mengenalkan sejarah Mataram di Kota Madiun. Seperti diketahui, Kota Madiun memiliki keterkaitan sejarah yang erat dengan DIY. Karenanya, Pemkot Madiun berupaya menghadirkan sejarah itu dalam sebuah pameran ini.  Harapannya, agar semakin menarik.

 ‘’Anak-anak, harus kita edukasi khususnya terkait dengan abad 15 dan seterusnya. Anak-anak harus tahu ada apa di masa itu. Karenanya, pameran ini penting sebagai edukasi untuk anak-anak di masa sekarang,’’ kata wali kota.

Masa lalu, lanjut walikota, memang sudah tidak bisa kembali. Namun, dari masa lalu bisa dipetik beragam pelajaran. Walikota berharap anak-anak bisa belajar dari masa lalu melalui sejarah untuk dapat merencanakan masa depan yang lebih baik. Apalagi, ada banyak sejarah penting yang bisa menjadi pembelajaran. Nah, sejarah tersebut sudah dikemas secara menarik dan modern dalam pameran. Salah satunya, sekilas perjalanan Mataraman yang dikemas dalam video mapping tiga dimensi.

 ‘’Karena ini dikemas menarik, saya rasa anak-anak akan suka. Jadi tidak seperti pameran pada umumnya. Terima kasih sekali kepada Pemda DIY yang sudah menggelar kegiatan Muhibah Budaya di sini,’’ ucapnya.

 Sedangkan dari Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY yang diWakili oleh Kepala Bidang Pemeliharaan dan Pengembangan Cagar Budaya dan Warisan Budaya Dinas Kebudayaan DIY Rully Andriadi mengatakan muhibah budaya Mataraman DIY di Kota Madiun, dilatarbelakangi oleh keterkaitan historis Madiun dengan Yogyakarta, mulai dari masa Mataram, kesultanan, kemerdekaan, hingga hari ini.
"Kerja sama juga merupakan bagian dari proses hibah kebudayaan Pemda DIY dengan tema besarnya adalah 'Merajut Budaya Mataraman'," ujar Rully dalam pembukaan pameran Museum Sejarah Yogyakarta di rumah Dinas Wali Kota Madiun.

Selain itu, Pameran ini juga melibatkan Desa Budaya di empat kabupaten satu kota di DIY, untuk memperkenalkan keragaman dan potensi di Desa budaya DIY, seperti kerajinan tangan, gelar seni pertunjukan yang ada di desa, makanan khas desa, serta budaya-budaya yang menjadi ciri khas desa itu sendiri, seperti upacara adat, merti dusun, seni jathilan, dan masih banyak lagi.

Pentas Wayang, Ngobrol Heritage, Pelatihan Cagar Budaya dan Sejarah 

Pelatihan Cagar Budaya dan Sejarah, melalui seksi Pemeliharaan Warisan Budaya dan Seksi Pengembangan Warisan Budaya dilaksanakan pada tanggal 20-21 Juli 2023 di komplek Rumah Dinas Walikota Madiun, berjalan dengan mearik, setidaknya ada sekitar 30 an peserta yang hadir mengikuti kegiatan tersebut, dalam pelatihan tersebut dibagi menjadi dua bagian. Pelatihan Cagar Budaya di ikuti sebagian besar guru dan aktivis Cagar Budaya, ada empat  Narasumber yaitu;  Drs. Surya Helmi (Dp2wb DIY), yang banyak berbicara tentang Kriteria Penetapan Cagar Budaya, seperti Pendaftaran dan Penetapan Cagar Budaya menurut undangan-undang, dan Kriteria Benda Cagar Budaya, sedangkan. Ir Suyata, berbicara tentang Pemanfaatan Cagar Budaya untuk kepentingan masyarakat. Julianto Ibrahim, S.S., M. Hum., Mengambil tema Keterkaitan Sejarah DIY dan Madiun Pada Masa Kemerdekaan, sedangkan di Sesi berikutnya adalah Mengenal Bangunan Kolonial oleh Agus Nugroho, S.T., M.T., Ph.D., dan yang sesi terakhir oleh Ir. Suryo Maharsono dengan tema Mengenal Fasad arsitektur banguan cagar budaya DIY dan Kemiripanya dengan banguanan cagar budaya di Madiun. 

Sedangkan Di Pelatihan Sejarah yang melalui Seksi Pemeliharaan Warisan cagar Budaya, yang mayoritas diikuti oleh peserta didik SMA/SMK sederajat di Kota Madiun berjalan dengan menarik dan seru, karena selain mereka berdiskusi tentang sejarah peserta diajak bermain game yang mendapatkan peserta dalam mencairkan suasana narasumber dalam Pelatihan ini adalah Jujun Kurniawan, S.S., M.A., Penyiap naskah Rekomendasi TACB  dan Tim.

Ngobrol Heritage ini diawali dengan briefing di kantor balai kota madiun, peserta di bagi menjadi dua tim, rute untuk kegiatan ini yaitu Balai kota Madiun, Bakorwil Jawa Timur, Masjid dan Makam Kuncen Madiun, Masjid Makan Taman. 

Pagelaran Wayang semalam suntuk dengan Lakon Narasoma Pujawati, dalang ki Geter Pramujiwododo, berlangsung sukses dan menghibur masyarakat madiun, kegiatan yang dipentaskan di Pahlawan Business Center PBC Madiun ini mampu mencuri perhatian masyarakat madiun, ini terlihat pada masyarakat yang datang tidak hanya diminati oleh kalangan orang tua tetapi anak-anak generasi Z atau remaja banyak yang menyaksikan pentas wayang ini, di samping ada pementasan disediakan makanan pecel khas madiun untuk masyarakat. kegiatan ini menjadi wujud dukungan Dinas Kebudayaan DIY melalui Seksi Warisan Budaya Takbenda dalam Rangkaian Muhibah Budaya. 

Pawiyatan, Pertunjukan Sastra, hingga Konser Musik Orchestra

Sedangkan Kegiatan Pawiyatan Jawa ini diisi dengan materi Aksara Jawa, Busana Jawa, dan Sesorah, peserta yang dalam Pawiyatan ini adalah Komunitas Jawa dan Guru di Madiun, tidak kurang dari 30 peserta mengikuti Kegiatan di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Madiun, Workshop Digitalisasi Aksara, yang dilaksanakan di Perpustakaan dan Kearsipan Kota Madiun juga menjadi hal yang baru bagi peserta Workshop, karena dalam workshop ini perseta langsung diajak praktik untuk menginstal font aksara pada perangkat gadget atau komputer untuk bisa digunakan untuk komunikasi sehari-hari, seperti chat Whatsapp, menulis surat dengan aksara jawa, peserta workshop juga diberi trik-trik dalam penulisan aksara jawa dalam digital. Klinik Aksara, yang juga satu rangkaian kegiatan di Dinas Perpustakaan dan kearsipan kota Madiun memberi ruang untuk mengetahui bagaimana penulisan-penulisan aksara jawa bisa digunakan di berbagai media untuk proses pembelajaran.

SMA Negeri 1 Madiun, dipilih untuk menjadi tempat di tingkat generasi Z / remaja untuk mempromosikan Aksara Jawa dan Pertunjukan Sastra, pertunjukan sastra disini tidak hanya sekedar pertunjukan, tetapi para peserta didik diberikan media pamer sastrawan-sastrawan yang sudah mendedikasikan dirinya untuk kemajuan sastra di Indonesia, seperti biografi Bondan Nusantara Penulis Naskah Kethoprak yang aktif di Jawa, Maestro sastra W.s. Rendra, Imam Budi Santosa, Handung Kussudyarsana, dsb, serta sejarah Komunitas Sastra yang ada di Yogyakarta.  Puncak kegiatan Sastra di SMA Negeri 1 Madiun ini adalah kolaborasi pertunjukan sastra dari peserta didik SMA Negeri 1 Madiun dengan komunitas Sastra yang ada di Yogyakarta. Kegiatan  Mewarnai dan Perkenalan Aksara Jawa, ini upaya Dinas Kebudayaan DIY melalui seksi Bahasa dan Sastra untuk terus memperkenalkan Aksara Jawa agar di usia dini ini menjadi terbiasa menggunakan Aksara jawa, juga digunakan dalam kegiatan mereka setiap hari. Kegiatan ini diikuti oleh taman kanak-kanak di kota Madiun.

Konser Musik Orchestra Bunga Bangsa # 8 ikut memeriyakhan  rangka Muhibah Budaya ke kota Madiun di Pahlawan Business Center Kota Madiun. Konser yang mengusung tema Muhibah 'Merajut Budaya Mataraman' ini memadukan Alilaqus Symphony Orchestra dan grup vokal Con Amore Voice dengan kesenian tradisional Gembrung dari Madiun. Dengan konduktor Eki Satria, kali ini Serenade Bunga Bangsa membawakan repertoar:

 

  1. Mars Pancasila' ciptaan Prohar Sudharnoto dan diaransemen oleh Jeremia Saputra;
  2. ‘Hymne Guru' ciptaan Sartono dan diaransemen oleh Eki Satria;
  3. 'Kebyar-Kebyar' ciptaan Gombloh yang diaransemen oleh Julius Catra;
  4. 'Keroncong Medley' yang merupakan gabungan dari 'Keroncong Kemayoran', 'Tanjung Perak', 'Geef Mij Maar Nasi Goreng', yang diaransemen oleh Mario Abraham Warouw;
  5. 'Khotaman Nabi', yang diaransemen oleh Dadang Wahyu Saputra, seorang seniman lokal Madiun;
  6. 'Cinta Tanah Air' oleh Habib Lutfi bin Yahya yang diaransemen Dadang Wahyu Saputra; dan
  7. ‘Jajan' komposisi Vishnu Satyagraha.


Konser Musik Orchestra Bunga Bangsa # 8, dilaksanakan oleh Seksi Sejarah, Dinas Kebudayaan DIY, untuk mendukung Muhibah Budaya di Madiun.

 

Workshop Kebudayaan oleh Kraton Yogyakarta

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY bersama Keraton Nyayogyakarta Hadiningrat, melaksanakan kegiatan Workshop Tari, Workshop Pakai adat Jawa dan Workshop Macapat. seluruh peserta workshop ini adalah pelaku seni yang ada di ada di Madiun, dengan narasumber KMT Projosuwarsono, Antonius Sutarno, Widodo Kusumo, dan Veronica Ratnaningsih, kegiatan workshop ini dilaksanakan di rumah Dinas Walikota Madiun. masing-masing worshop setidaknya di ikuti tiga puluh orang, pelaksanan workshop ini berjalan kurang lebih 4 hari, hasil dari workshop ini, nantinya akan di pentaskan di malam puncak Muhibah Budaya di Madiun.

Workshop Pakaian Adat Jawa, ini memekakan tata cara penggunaan pakain adat jawa dengan baik, tata cara atau uangah uanguh orang jawa yang baik.

 Workshop Macapat ini tidak kalah manriknya, di ikuti oleh beberapa guru serta komunitas satra jawa, ikut belajar dan mengolah raga untuyk bisa menyuarakan tembang macapat, tembang untuk workshop ini khusus untuk Gelaran Malam Puncak Muhibah Budaya di Madiun.

Sedangakan Wokshop Tari terdiri dari Workshop Tari Putra dan Workshop Tari Putri, Workshop tari Putra dan putri ini  nantinya akan kolaborasi dengan penari dari Kraton Yogyakarta dan akan di pentaskan di malam Puncak Muhibah Budaya di Kota Madiun.

   

Malam puncak muhibah dihadiri Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X didampingi Penghageng KHP Kridha Mardawa Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat KPH Notonegoro, Kepala Dinas Kebudayaan DIY Dian Lakshmi Pratiwi, Serta perwakilan Kepala OPD di lingkungan Pemda DIY. Rombongan dari DIY disambut oleh Wali Kota Madiun Maidi beserta istri, Wakil Walikota beserta Forkopimda Kota Madiun. Momentum kesejarahan ini diharapkan menjadi titik tolak pengembangan seni budaya masyarakat Yogyakarta dengan Kota Madiun serta sebagai bagian tidak terpisahkan dari Budaya Mataram.

Selain itu, muhibah budaya mampu menjadi wadah harmonisasi budaya, mempererat tali silaturahmi, menambah wawasan, informasi dan sarana pelestarian nilai-nilai budaya khususnya di Kota Madiun dan Yogyakarta.
"Adalah suatu kehormatan bagi delegasi Pemda DIY bersama-sama hadir dalam agenda Muhibah Budaya ini. Muhibah Budaya bukanlah sekadar kunjungan biasa, tetapi bermakna merajut persahabatan untuk merangkai kembali Kesejarahan Mataram," tutur Paku Alam X  membacakan sambutan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Paku Alam X menyampaikan menilik lembaran sejarah terdapat benang merah yang menyambung hubungan Yogyakarta dengan Madiun. Tautan sejarah ini berawal dari Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755, dimana Madiun dan beberapa daerah di Jawa Timur (Jatim) menjadi daerah mancanegara Ngayogyakarta Hadiningrat.
Ada pula tautan kekerabatan diantara keduanya yang terjalin melalui pernikahan antara GKR Maduretno, putri Sri Sultan HB II dengan Raden Ronggo Prawirodirdjo II, Bupati Mancanegara Timur Yogyakarta yang merangkap Bupati Madiun.

 "Sehingga tepat kiranya, apabila Muhibah Budaya ini dikemas dengan tujuan merajut kembali persaudaraan budaya Mataraman dari Yogyakarta dan Madiun. Guna memperkaya khasanah budaya Indonesia seiring upaya mendekatkan kedua masyarakatnya," tandasnya.
Dalam kesempatan ini, Pemda DIY berterima kasih disertai penghargaan yang tinggi kepada Pemerintah Kota Madiun, khususnya kepada Bapak Walikota atas penyelenggaraan Muhibah Budaya ini. "Saya menyambut baik dan mengapresiasi peristiwa hari ini, sehingga dengan pemahaman sejarah, kita bisa menggugah kesadaran generasi, sebagai modal sosial berharga" kata Paku Alam X.
Wali Kota Madiun Maidi memuji perkembangan Yogyakarta baik secara fisik dan budayanya sering menjadi pembelajaran bagi Kota Madiun. Pihaknya pun menghaturkan terima kasih atas Muhibah Budaya 2023 yang dilakukan selama lima hari di Kota Madiun.
"Masih banyak kekurangan dari generasi kita untuk masalah budaya, terutama budaya Mataraman. Maka perlu sinergi antara Kota Madiun dan Yogyakarta perihal kebudayaan Mataraman khususnya bagi anak-anak muda. Tentu saja banyak hal yang harus kami pelajari apalagi kami tengah membangun seperti wisata budaya, kuliner hingga dunia di Madiun,"terangya. 

Serangkaian acara muhibah Budaya di kota Madiun ditutup oleh pertunjukan hasil dari Workshop Kebudayaan yaitu penampilan Macapat, dan Tari Beksan Pethilan Anila - Prahasta dan Beksan Golek Jangkung Kuning.

Adapun Beksan Golek Jangkung Kuning merupakan tari klasik ciptaan KRT Wiroguno pada 1931. Tari klasik ini menceritakan tingkah laku gadis remaja yang senang merawat tubuh dan bersolek. Tari Golek Jangkung Kuning merupakan salah satu tari klasik gaya Yogyakarta yang diciptakan oleh KRT Wiroguno pada tahun 1931. Daya tarik Golek Jangkung Kuning ditampilkan pada saat ragam gerak ngadi salira (mer- awat tubuh) dilanjutkan ngadi busana (bersolek). sedangkan tari Golek lain umumnya hanya menampilkan ngadi busana saja. Ragam gerak tersebut diwujudkan dalam motif gerak adus (mandi) dan motif gerak berdandan, seperti gelungan, pupuran, borehan, tapihan, kembenan, atrap jamang dan sumping, serta dolanan ali-ali. Seperti tari Golek pada umumnya, Golek Jangkung Kuning menggambarkan tingkah laku (solah bawa) seorang gadis remaja yang senang merawat tubuh dan bersolek. Golek Jangkung Kuning mengambil nama dari gendhing pengiringnya yaitu Gendhing Jangkung Kuning. Gendhing tersebut sudah ada sejak Sultan Agung memimpin Kerajaan Mataram, sehingga baik di Surakarta maupun Yogyakarta memiliki kesamaan nama gendhing, namun berbeda garap atau teknik yang digunakan.

Beksan Pethilan Anila - Prahasta merupakan tari klasik gaya Yogyakarta yang diambil dari Serat Ramayana. Beksan ini menceritakan peperangan antara Patih Prahasta, patih dari negara Alengkadiraja melawan Raden Anila dari Pancawati yang merupakan pendukung Prabu Ramawijaya. Di akhir cerita, Patih Prahasta berhasil dikalahkan oleh Raden Anila yang menjadi perlam bang bahwa kebaikan akan selalu menang melawan kejahatan.

Beksan Pethilam Anila menjadi penutup pertunjukan dalam  acara malam Puncak seluruh rangkaian Muhibah Budaya yang ada di Kota Madiun. Sehingga tujuan merajut kembali persaudaraan budaya Mataraman dari Yogyakarta dan Madiun. Guna memperkaya khasanah budaya Indonesia seiring upaya mendekatkan kedua masyarakat terlaksan.






Berita Terpopuler


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Laksamana Malahayati Perempuan Pejuang yang berasal dari Kesultaan Aceh.

by museum || 12 September 2022

Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...



Berita Terkait


...
Inilah Sabda Tama Sultan HB X

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...


...
Permasalahan Pakualaman Juga Persoalan Kraton

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...


...
PENTAS TEATER 'GUNDALA GAWAT'

by admin || 18 Juni 2013

"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta