"Manah"- ajak penonton menahan diri

Taman Budaya sebagai UPTD Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta mengemban tugas pokok dan fungsi untuk melaksanakan pengembangan dan pengelolaan seni budaya. Sebagai institusi seni budaya milik Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dalam rangka memenuhi tugas pokok dan fungsi tersebut, UPT Taman Budaya akan selalu memposisikan dirinya berperan sebagai etalase dan laboratorium pengembangan dan pengelolaan seni budaya ketika proses kreatif dari para seniman digelar dan dipresentasikan. Kegiatan eksperimentasi Seni merupakan salah satu wujud kepedulian Taman Budaya terhadap pengolahan/laboratorium seni melalui sebuah proses penawaran sebuah bentuk karya yang ditampilkan.

“Manah” merupakan sebuah karya tari yang dihadirkan oleh seniman berbakat, Bimo Wiwohatmo. Dikenal dengan inovasi dan eksplorasinya dalam dunia tari, Bimo Wiwohatmo telah berhasil menciptakan sebuah karya yang unik dan menarik. Karya Tari Bimo dipentaskan di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta, Selasa, (8/8/2023).

Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, yang turut hadir sekaligus membuka pementasanan tari Manah mengatakan, sebuah karya exsperimentasi dari Bimo Wiwohatmo dengan judul “Manah” dimana Experimentasi ini lebih pada menahan diri dari keriuhan panggung, menahan untuk tidak berlebih, dan menahan untuk tak terlalu yakin bahwa berjalan ke masa depan adalah keharusan.

Ada kenyataan saat ini ternyata beragam tari klasik Jawa masih terjaga namun dalam muatan yang berbeda atas kepentingan di luar dirinya. 

"Karya tersebut hadir tidak selalu beriring dengan ritus-ritus yang dulu mendukung kehadirannya, akan tetapi dengan kepentingan yang berbeda" Ujar Dian.

Demikian juga dengan penari-penari yang memiliki keterbatasan untuk “hadir” dalam proses bersama. Harga sebuah pertemuan dalam proses menari menjadi sangat terbatas karena semakin riuhnya perjalanan dan kerja. Pertemuan juga tidak harus fisikal, bisa virtual. 

Pada akhir sambutan, Dian berharap nantinya akan muncul karya-karya exsperimentasi  lain yang tentunya didasari dari sebuah hasil kajian seni, setelah menyaksikan Pentas exsperimentasi tari Manah, karya Bimo Wiwohatmo.

Exsperimentasi tari Manah, berdurasi satu jam, Pentas filosofis yang mengandung beragam makna dan tafsir, penonton langsung diajak menerjemahkan atmosfer gelap dan sunyi sekitar empat sampai lima menit, setelah itu muncul seorang  bertelanjang dada berkepala gundul dan berjenggot, duduk bersila. Minim gerak, Kadang diam, kadang menggerakkan tangan dengan lambat. Dari sisi lain ada  tujuh orang duduk mengelilingi sesesorang yang diam bak patung. Gerak pun dimulai dengan gemulai lambat, ritmis dan di iringi dengan detingan perkusi yang menabah nuasa mistis. penonton terus diajak kedalam nuasa imajinasi panjang yang memajang kelambatan gerak yang berangkat dari segi auditif.

Tatian Manah terbagi dalam tiga peristiwa. Pertama, fenomena kota yang menyimpan kenangan lama dan ditunggangi banyak kepentingan. Kedua, anak panah akan jauh terlontar jika busur ditarik ke belakang hingga melampaui dada. Peristiwa ketiga, menawarkan keseimbangan dalam laku.

Pentas Manah melibatkan 10 penampil. Yaitu Sitras Anjilin, Uni Yutta, Henni Pujiastuti, Asteria Retno Swastiatuti, Isti Noor Hayati, Bambang Widyanto, Icha Fikri Kurniawan, Veronica Retnoningsih, Jalu Pamungkas, dan Andy SW.