WAYANG - BERNAFASKAN KELELUASAAN, TOLERANSI, KEMANUSIAN DAN BERBUDI LUHUR.

by ifid|| 14 Agustus 2023 || || 579 kali

...

Pertunjukan wayang kulit sejak zaman dulu  hingga sekarang selalu mengalami perkembangan baik dari wujud figur tokohnya maupun teknis pertunjukan. Hal itu dilakukan karena disesuaikan dengan masyarakat pendukung wayang yang selalu mengalami perubahan sosial budaya. Bagi masyarakat pendukung wayang, menghayati pertunjukan wayang, bukan sekedar tontonan tetapi menjadi pemberi makna dalam kehidupan. Karakter dari setiap tokoh yang ada dalam setiap pergelaran wayang sangat baik untuk dijadikan tuntunan hidup bagi kalangan masyarakat.

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta melalui Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY mengadakan Pergelaran Wayang Kulit Adat Suran, Jumat (11/08) malam, di Pendopo Wiyatapraja.

Pertunjukan wayang kulit mengandung konsepsi yang sering digunakan sebagai pedoman sikap dan perbuatan dari kelompok masyarakat tertentu. Konsepsi-konsepsi itu tersirat dalam sikap tokoh atau peristiwa yang berlangsung. Sikap asal dan tujuan hidup, pandangan terhadap hakikat hidup, hubungan manusia dengan lingkungan, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan Tuhan. Maka pertunjukan wayang merupakan sumber nilai, dan nilai-nilai yang terkandung tidak lain merupakan nilai esensial dalam kehidupan manusia.

Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi , dalam Laporanyan menyampaikan bahwa, sesuai dengan tradisi Jawa ketika memasuki bulan Sura, kesederhanaan dan mengutamakan keprihatinan adalah salah satu bagian dari tradisi masyarakat Jawa.

"Perayaan ini untuk memohon semua kesehatan, kelancaran, keberkahan dan memohon perlindungan untuk kita semua, serta masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta pada umumnya. Pergelaran ini diharapkan juga bisa memberikan satu berkah atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga kita sebagai abdi negara selalu diberikan kelancaran, keamanan, keselamatan dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat," kata Dian

Sekretaris Daerah DIY, Beny Suharsono, Merujuk pada pendapat tokoh agama Frans Magnis Suseno, seni pertunjukan wayang masih sangat relevan dengan era sekarang. Pada Pagelaran Wayang, setidaknya terdapat empat nilai yang tersirat dalam hakikat wayang.

"Pertama, wayang bernafaskan keleluasaan pandangan yang mengedepankan dialog dalam mencari solusi atas perbedaan. Nilai yang kedua, wayang bernafaskan toleransi terhadap pluralitas, di mana toleransi adalah sikap dan kemampuan psikis untuk menerima komunitas yang berbeda adat, kebiasaan, agama, tata krama, sopan santun, dan pola-pola komunikasinya, sebagai sesama manusia," kata Beny .

Wayang pun seakan merupakan sekolah untuk belajar tentang keterbukaan, penerimaan dan penghormatan terhadap kualitas. Selanjutnya, nilai yang ketiga adalah yang dijunjung tinggi dalam wayang adalah kadar kemanusiaan dan bukan atas dasar asal usul. Setiap sosok dinilai menurut sikap-sikap kemanusiaannya.

"Nilai keempat, wayang bukan sederet ajaran teoritis. Wayang berbicara lewat contoh-contoh konkrit yang berbudi luhur maupun yang berbudi rendah karena wayang tidak moralistik, di mana wayang tidak menggurui. Wayang memperlihatkan dengan jelas kualitas internal, sikap-sikap positif dan negatif dari setiap sosok yang ditampilkan," paparnya.

Meski memiliki pesona sebagai budaya kuno dari Indonesia, sama seperti tradisi warisan lainnya, wayang sedang berjuang mempertahankan eksistensinya. Dan kunci eksistensi wayang terdapat pada loyalitas kaum tua, serta daya pikatnya pada kaum muda.

"Demikian pula dalam memikirkan aktualisasi wayang, sehingga senantiasa relevan dengan realitas zamannya. Keterlibatan orang-orang muda adalah niscaya. Untuk itu, atas nama Pemda DIY, saya secara khusus menyampaikan apresiasi kepada Paguyuban Dalang Muda Sukrakasih serta seluruh seniman pendukung karena setia mengambil peran nyata dan menjaga eksistensi serta relevansi wayang," ungkapnya.

Pergelaran wayang kali ini berjudul Narasunya. Diceritakan sosok satria yakni Baratasena atau Werkudara yang harus menjalani hidup dengan mengemban amanah menjadi bagian dari pemerintah. Alur cerita pun menggambarkan bagaimana Werkudara berupaya menjadi pemerintah yang baik bagi masyarakatnya, meski mengalami tantangan dan rintangan. Dengan Dalang Ki Mas Lurah Cermo Kartiko.

Ki Sri Mulyono termasuk salah satu dalang muda senior Yogyakarta, yang sudah memiliki nama tersendiri dengan kekhasan dalam pakeliran klasik Yogyakarta, sebagaimana seorang trah dalang. Orang tua beliau adalah seorang dalang tenar di jamannya, Ki Sutar. Mengenyam pendidikan di SMA Banguntapan Bantul yang diteruskan di ISI Yogyakarta Jurusan Pedhalangan, dan pendidikan magister, mengantarkan Ki Sri Mulyono sebagai seorang widyaiswara dunia pedalangan dan bertugas di Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi (BBPPMPV) Seni dan Budaya di Besi Sleman. Beliau juga seorang pamong pamulangarm dalang Habirandha, Krato Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, dan menyandang nama abdi dalem dhalang, Ki Mas Lurah Cermo Kartiko. Ki Sri Mulyono merupakan sesepuh dan juga salah satu pencetus berdirinya Paguyuban Dalang Muda Sukrakasih Yogyakarta. Bertempat tinggal di Kasihan Bantul Yogyakarta.

Berita Terpopuler


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Laksamana Malahayati Perempuan Pejuang yang berasal dari Kesultaan Aceh.

by museum || 12 September 2022

Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...



Berita Terkait


...
Inilah Sabda Tama Sultan HB X

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...


...
Permasalahan Pakualaman Juga Persoalan Kraton

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...


...
PENTAS TEATER 'GUNDALA GAWAT'

by admin || 18 Juni 2013

"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta