Cancut Taliwanda di Sor Ringin Taman Budaya Yogyakarta (TBY)

by ifid|| 29 Mei 2024 || || 111 kali

...

Pentas Seni Kalurahan Budaya Selasa Wagen, Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY bertema Cancut Taliwanda di Sor Ringin Taman Budaya Yogyakarta (TBY) yang menampilkan 15 kalurahan budaya berjalan dengan lancar dan meriah, Senin sore (6/5/2024). Pada Pentas Seni Kali Ini ada 15 kalurahan budaya terdiri dari Giripurwo Gunungkidul dengan Reog Larasati, Reog Larasati merupakan reog yang menggambarkan prajurit wanita yang sedang berlatih berperang. reportoar reog ini merupakan pengembangan dari reog dodog gunungkidulan dengan perkembangan gerak. yang atraktif namun tidak meninggalkan ciri khas reog gunungkidul. Putat Gunungkidul menampilkan tari Budhaling Pra Wadya, Tari Budhaling Pra Wadya Soraking para wadya bala kang samya budhal pindha guntur kang ambelah mega, kairing swara tambur lan bendhe, samya nitih turangga, amanggul gegaman. Nadyan jejering wanita nanging wus gumolong tekade, maju wani dadi bentenging negara, senggu tan mingkuh, rawe-rawe rantas malang-malang putung, anumpes angkara murka, murih negara mulya. Girikerto Sleman dengan Sendratari Omah Mamah Ubet Ngliwet, Sendratari Omah Mamah Ubet Ngliwet: Saiyek sak eka kapti, Eling marang sejatining kodrat, Mbangun murih raharjaning desa, Amulat marang swasana warga, Rinasuk ing rasa, nunggal tekat, nunggal sedya, murih makmuring warga. Dlingo Bantul dengan Prawira, Prawira: Geliat penjajahan dan Penindasan menyempurnakan Kemelaratan menggugah nurani kemanusiaan, hingga tercetuslah sebuah peperangan. Taktik & intrik peperangan dibangun guna melawan penjajahan yang semakin menjadi. Para pemuda berlatih dengan jiwa kesatrianya tanpa pamrih, untuk mempertahankan bumi mataram. Gumbregah tanpa owah, terjang tanpa rasa koder kanggo mulyaning negoro iki Maju terus meski pasukan tak bergenderang, Menyerang bak air bah datang, Labuh Pati depani bumi pertiwi. Prajurit tan kinira. Argomulyo Sleman dengan sendratari Sirna Jalma Lenaning Paningal Cerita ini diangkat berdasarkan kisah nyata yang dialami oleh penduduk Dusun/ Padukuhan Bakalan, Kalurahan Argomulyo, Cangkringan. Peristiwa sebelum dan sesudah terjadinya erupsi gunung Merapi pada hari Jum’at Pahing, tanggal 5 November 2010.“Donya ilang lir pamane, katrajang girigeni mawinga-winga. Peteng leliwengan kasaput peduting bebendu. Amuking Arga kang tanpa upama, kairing tangising bumi sa isine akeh wong loro kapedot katresnan jati. Anapaki jagad Enggal mugya antuk rahayuwa.” Tanjungharjo Kulon Progo dengan Kenya Sinanjung, Sendratari“Kenya Sinanjung” Menggambarkan remaja muda mudi kalurahan Tanjungharjo yang berawal dari pengangguran dengan tekad dan semangat anak muda untuk mewujudkan masa depan yg cerah akhirnya mereka menemukan ide untuk untuk membuat sebuah kerajinan serat alam dan limbah plastik yang dikemas dan di wujudkan dengan musik gamelan dan gerakan tari. Karangrejek Gunungkidul dengan Jathilan Turonggo Mudho Sawijining deso kang gedhe kuncarane dadyo pratondo mekar lan luhuring wargo. Sengkut gumregut budidoyo majuning deso. Pamong projo lan prajurit tansah hangasah landheping rogoi. Sigro hanempuh beboyo mrih tentreming desa. Sentolo Kulon Progo dengan reog Dhodog Kasmaran Sinopsis Reog Dhodhog Kasmaran: Asal usul cerita berkembang di Sentolo Kulonprogo, Daerah yang subur dan sejahtera. Ditepi sungai progo terdapat enam orang anak laki laki dan perempuan sedang bermain dan menari bersama dalam kegembiraan, seolah olah mereka sedang jatuh cinta. Irama dan ritme gamelan menandakan mereka sedang Kasmaran. Namun seekor naga muncul dari sungai progo, naga tersebut muncul seolah menandakan hari sudah mulai petang. Keenam orang anak laki laki dan perempuan tersebut segera menghentikan tarian dan segera pulang. Sampai saat ini tarian dan nyanyian ini dikembangkan menjadi seni tari Reog Dhodhog Kasmaran. Sinduadi Sleman dengan kethoprak Wontenipun brandhal ingkang damel kisruh ing wewengkon Sendawa, Njombor, Kutu, Nggedhongan lan sak kiwo tengenipun, sansaya dangu sansaya mbilaheni. Mboten ngemungna njarah bandha donya nanging ugi tegel mejahi dhateng sinten kemawon ingkang badhe mepalangi. Kawontenan menika ndhados aken Sastra Reja putra Sendawa kedhodhog manahipun lan mboten trimah, satemah lajeng nglurug wonten ing papanipun brandhal ing nggumuk kali Nanga. Kanthi pambyantunipun para warga sak kiwo tengenipun Sendawa ingkang nggadahi teka nyawiji, sedaya brandhal saget dipun rampungi lan dipun tingkes. Rehning Ageng labuh labetipun Sastra Reja ingkang sampun damel katentreman, lan awit pasarujukanipun sedaya warga ingkang ngersa aken sekawan kalurahanipun dipun Blengket dados sawiji. Piyambakipun dipun tetepaken piangka Lurah. Manungalipun Kalurahan Sendawa, Njombor, Kutu saha Nggedhongan dipun paringi tenger Kalurahan Sinduadi. Dene ingkang njejeri pinangka pengayom sepisanan, mboten sanes Ki Lurah Sastra Reja. Bugel Kulon Progo menampilkan Bugel Sumringah Keroncong merupakan salah satu potensi budaya yang ada di Kalurahan Bugel. Pertunjukan musik keroncong yang dikolaborasikan dengan gamelan dan tarian serta dipadu padankan dengan beberapa hasil kerajinan enceng gondok dan batik ecoprint khas Kalurahan Bugel yang disajikan di panggung ini sebagai bentuk representasi kegiatan masyarakat Kalurahan Bugel yang selalu berupaya dan bergotong royong untuk menjaga warisan budaya leluhur agar tetap lestari. Alkisah seorang warga asli Kalurahan Bugel yang biasa dipanggil Pakdhe Bejo berkunjung ke Kota Yogya untuk melihat secara langsung acara Selasa Wagen. Pakdhe Bejo mengetahui bahwa Kalurahan Bugel merupakan salah satu penampil di acara tersebut. Selama ini dia tinggal di ibukota. Pakdhe Bejo pulang ke kampung halamannya hanya untuk melihat dan memastikan bahwa generasi penerusnya masih menjaga dan melestarikan warisan budaya yang adiluhung. Sumberrejo Sleman dengan Pawestri Pojok Kampung Sumberrejo PAWESTRI POJOK KAMPUNG SUMBERREJO Pojok Kampung terbentuk pada tahun 2020 di sebuah perkampungan kecil di salah satu desa Sumberrejo, Dusun Pisangan Sumberrejo Tempel. Sesuai dengan namanya Pojok Kampung ber-markas besar di Pojokan perkampungan dusun Pisangan, kala itu kondisi Pandemi Covid-19 yang mengakibatkan seluruh perkampungan termasuk dusun Pisangan terdampak Lockdown, saat kondisi sangat menjenuhkan beberapa pemuda asal Pisangan berkumpul di Pojokan kampung dusun pisangan dirumah salah satu anggota kami. Kopi, rokok, dan satu buah gitar akustik menemani keseharian kami selama pandemi tersebut. Kerinduan yang terhalang Lockdown terhadap pasangan para pemuda ini bahkan hingga hubungan yang gagal karena covid-19 yang sangat menyebalkan ini membuat beberapa pemuda ini saling mencurahkan isi hatinya terkait asmara dan masa depan mereka. Tak sengaja saat salah satu rekan kami bercerita sang gitaris pun mendengarkan sembari memetik gitarnya perlahan dan mengarang lagu tentang kisah tersebut. Singkat cerita kami menghasilkan satu buah lagu yang diangkat dari kisah nyata namun belum tau akan diapakan lagu ini. Kami pun sepakat untuk merekamnya dan mengunggah di Youtube dan sosial media lainnya atas nama Pojok Kampung Official. Sangat tidak terduga banyak tanggapan positif dari netizen dari luar daerah bahkan luar pulau kami memberikan energi positif bagi kami untuk terus melanjutkan berkarya, kami pun bertekad untuk produktif dan mempelajari lebih dalam dunia industri musik ini khususnya pop dangdut. Saat ini di tahun 2024 berkat dukungan keluarga, teman, para crew, hingga teman-teman sesama musisi lain kami telah mengeluarkan 7 Single. "Cerita Lewat Lagu" adalah tema yg akan kami usung untuk album pertama kami nantinya, lagu-lagu yg kami ciptakan dari kisah nyata para personil, crew, dan rekan-rekan penari dari Sumberrejo. Katongan Gunungkidul dengan Thoklik Waton Muni, “THOKLIK WATON MUNI” Sebuah kelompok tetabuhan perkusi kayu, kalua di gunungkidul disebut “Thoklik”. Dan pada kesempatan ini mengolah thoklik kreasi dengan perpaduan tehnik perkusi kayu dengan motifmotif tabuhan tradisi disertai garap vocal dan gerak sederhana. Dengan mengolah aransemen lagu “thiwul gunungkidul’ yang telah digarap dengsan harmoni dan ritme. Srigading Bantul dengan drama Tari Srigading Sengkut gumregut, dengan sinopsis, Brambang merupakan salah satu hasil pertanian di Srigading. Drama tari ini menceritakan kegiatan petani brambang dari mulai tanam, proses kegiatan di sawah, sampai kesulitan yang dialami dan ke tahap panen dan pesta panen. Srigading guyub rukun hasil panen melimpah ruwah gemah ripah loh jinawi. Kricak Kota Yogyakarta dengan sendratari Cecawis Jampi Kricak, Di Kalurahan Kricak ada Suatu Wilayah Yang hampir sebagian besar (70%) Penduduknya berpenghasilan sebagai penjual jamu.Mereka mengolah jamu secara turun temurun dengan resep dan kualitas yang selalu dijaga sehingga menghasilkan jamu yang rasanya NUMANI.Tarian Cecawis Jampi kricak dipersembahkan Untuk dedikasi mereka menjaga dan melestarikan warisan leluhur sampai saat ini. Untuk penampilan terakhir dari Kalurahan Guwosari Bantul yang membawakan sendratar dengan Sinopsis: Terkisah dari seorang pangeran berserta prajuritnya yang sedang berkelana, kemudian bertemu dengan rombongan gadis desa yang sedang berlatih menari. Sang pangeran jatuh cinta dengan salah satu gadis desa kemudian menari bersama. . Pentas yang dimulai sore hari, sudah dipadati masyarakat maupun wisatawan domestik dan mancanegara. Geliat seni desa budaya, pameran potensi dan alunan gamelan gaya Yogyakarta mampu menarik pengunjung untuk menyaksikan sajian istimewa tersebut. Pentas Seni Kalurahan Budaya Selasa Wagen yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY menggunakan dana keistimewaan DIY ini selalu menjadi ajang pentas seni yang ditunggu-tunggu masyarakat maupun wisatawan. Dalam setiap pementasannya para seniman dari kalurahan budaya yang ada di DIY menampilkan seni unggulan masing-masing. Hal itu disampaikan Dra.Y Eni Lestari Rahayu selaku Kepala Bidang Pemeliharaan dan Pengembangan Adat, Tradisi, Lembaga Budaya, dan Seni dalam sambutannya. Lebih lanjut Eni menyampaikan bahwa pada bulan Mei ini lokasi digelarnya Pentas Seni Kalurahan Budaya Selasa Wagen dilaksanakan di Sor Ringin Taman Budaya Yogyakarta atau halaman Gedung Societet Militair dengan alasan bahwa Plaza Monumen Serangan Umum 1 Maret Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta sedang dalam proses penyelesaian rehab. Sementara waktu pelaksanaan pada Senin sore 6 Mei 2024, karena dalam hitungan Jawa sudah memasuki hari Selasa Wage. “Pada sore hari ini kita menampilkan 15 desa kelurahan budaya dengan tema Cancut Taliwanda.Sering kita pakai tema tersebut karena memang greget kita bersama, tekad bulat untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan itu dengan sebaik-baiknya, kualitas sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin. Pada bulan Juni mendatang kita akan menyambut 15 Banhuda atau Badan Penghubung Daerah se Indonesia yang akan tampil di Yogyakarta. Mari kita sama-sama ramaikan karena pagelaran pentas selasa wagen selalu ditunggu masyarakat dan wisatawan domestik maupun luar negeri” kata Eni. Diketahui hingga saat ini Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki 100 kalurahan budaya yang tersebar di 4 kabupaten dan 1 Kota. Kalurahan budaya tersebut tampil secara terjadwal dalam Pentas Seni Kalurahan Budaya Selasa Wagen di Plaza Monumen Serangan Umum 1 Maret Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Pentas Seni Kalurahan Budaya Selasa Wagen merupakan sebuah gelar seni unggulan yang hanya terdapat di DIY, diselenggarakan sebagai upaya menjaga eksistensi dan pemberdayaan kesenian tradisional menjadi sebuah atraksi budaya dengan tidak mengubah nilai-nilai esensialnya, fokusnya pada pengemasan ke masyarakat menjadi sebuah bentuk pergelaran kebudayaan yang menarik serta komunikatif, dengan menampilkan unsur koreografi pertunjukan sehingga dapat dinikmati dan diapresiasi. Pementasan tersebut akan diselenggarakan lagi pada 11 Juni 2024, 16 Juli 2024, 20 Agustus, 24 September, dan 29 Oktober 2024 mendatang. Pada gelaran tersebut terdapat pula gelar potensi UMKM Kalurahan/Kelurahan Budaya penampil seperti kuliner, produk kulit, kain batik ecoprint dan lainnya. Acara tersebut juga disaksikan oleh OPD di lingkungan Pemda DIY, Tim Monev, Ketua Desa Budaya, pemerhati budaya dan lurah Kelurahan/Kalurahan Budaya.*

Berita Terpopuler


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...


...
Laksamana Malahayati Perempuan Pejuang yang berasal dari Kesultaan Aceh.

by museum || 12 September 2022

Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...



Berita Terkait


...
Inilah Sabda Tama Sultan HB X

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...


...
Permasalahan Pakualaman Juga Persoalan Kraton

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...


...
PENTAS TEATER 'GUNDALA GAWAT'

by admin || 18 Juni 2013

"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta