Warisan Budaya Hidupkan Yogyakarta: Festival Jogja Tempo Doloe Ditutup dengan Meriah

by ifid|| 13 Juni 2024 || || 171 kali

...

Terselenggaranya Festival Jogja Tempo Doeloe menjadi catatan Kebudayaan tahun 2024, sebuah inisiatif penting untuk mensosialisasikan dan melestarikan cagar budaya. Dengan tema "Sumringah Menyang Sekolah", festival ini bertujuan untuk memupuk kecintaan terhadap warisan budaya di kalangan masyarakat, khususnya generasi muda, pelajar-pelajar dengan warisan budayanya. Baik warisan budaya benda seperti bangunan, situs, maupun warisan budaya tak benda, yakni mulai dari kuliner, kerajinan, serta dapat terus menjaga dan menikmati warisan tersebut di masa depan. Festival yang berlangsung dari tanggal 10 hingga 12 Juni ini dibuka oleh Plh. Asisten Bidang Pembudayaan dan Sumber Daya Manusia, Aris Nugroho S.P, M.Si. Pembukaan acara dimeriahkan oleh pagelaran wayang Cina Jawa atau Wacinwa yang dibawakan oleh dalang Ratnanto Adi Wicaksono. Selain itu, berbagai kegiatan menarik juga diselenggarakan, termasuk workshop sketsa bangunan cagar budaya yang diikuti oleh 50 peserta dari kalangan pelajar SMA, SMK, dan umum. Beragam lomba yang melibatkan 250 peserta dari berbagai jenjang pendidikan turut memeriahkan festival ini. Lomba-lomba tersebut meliputi sketsa, mewarnai, mading dan vlog, cerita bahasa Jawa, aksara Jawa, serta fashion show. Pada tanggal 12 Juni, acara talk show yang menghadirkan beberapa narasumber dari BPK Wilayah 10, perwakilan Dewan Warisan Budaya Yogyakarta, dan komunitas Jogja Heritage Society membahas pemanfaatan bangunan cagar budaya sebagai sarana pendidikan. Selain itu, peluncuran buku "Senarai Tinggalan Zaman Pertama" juga menjadi salah satu agenda penting yang dilaksanakan pada 12 Juni di panggung utama. Acara ini dihadiri oleh tim ahli cagar budaya dari Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kota Yogyakarta. Festival ini juga menampilkan berbagai permainan tradisional seperti gobak sodor, egrang, teklek, dakon, dan olahraga tradisional jemparingan yang diikuti oleh 200 peserta, serta kegiatan Jogja Heritage Track dan Jogja Heritage Cycling yang melibatkan komunitas pesepeda. Pengumuman pemenang lomba menjadi puncak acara yang ditunggu-tunggu. Dalam lomba mewarnai, juara pertama diraih oleh Javier dengan nilai 288, sementara dalam lomba fashion show, juara pertama diraih oleh Azaquera Harcelia Marpaung dengan nilai 730. Lomba mading 3D dimenangkan oleh Jour Shity dengan nilai 865, sedangkan lomba minivlog dimenangkan oleh Daryatno dengan nilai 534. Dalam lomba sketsa, Angga Yuniar keluar sebagai juara pertama dengan nilai 750, dan lomba aksara Jawa dimenangkan oleh Taruna Darmajati. Selanjutnya, Cahyo Widayat, S.H., M.Si., mewakili Kepala Dinas Kebudayaan, memberikan sambutan penutupan acara secara resmi. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan bahwa antusiasme masyarakat dalam berpartisipasi dalam kegiatan ini cukup tinggi dengan respon yang sangat positif. "Harapan kami, kegiatan ini akan dapat menumbuhkan semangat dalam berpartisipasi pada upaya pelestarian cagar budaya, khususnya dalam kawasan cagar budaya Kota Baru. Cagar budaya bukan sekedar menjadi saksi bisu zaman, melainkan pintu gerbang menuju pemahaman yang lebih mendalam tentang identitas kita sebagai suatu masyarakat,"kata Cahyo Widayat. Lebih lanjut disampaikan, Festival Jogja Tempo Doeloe telah berhasil menunjukkan bahwa warisan budaya adalah aset berharga yang dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat. Melalui festival ini, masyarakat dapat merasakan keindahan, keajaiban, serta kebijaksanaan yang telah diwariskan oleh para pendahulu. Cagar budaya ini menjadi suatu warisan budaya yang terus berkembang dan memberi makna bagi generasi yang akan datang. Lembaran sejarah yang kaya dan memikat menyajikan sebuah perjalanan melalui masa lalu yang diabadikan melalui arsitektur yang mengandung nilai-nilai budaya. Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayaan) DIY kedepannya akan berkomitmen untuk terus bersama-sama dengan masyarakat menyelenggarakan kegiatan yang menjadi ruang edukatif bagi masyarakat. "Kami akan terus mengadakan kegiatan yang memungkinkan masyarakat untuk mengenal dan memahami arti penting pelestarian cagar budaya. Dengan begitu, nilai-nilai budaya kita dapat terus lestari dan memberikan inspirasi bagi generasi mendatang," ukap Cahyo Widayat. Dengan berakhirnya Festival Jogja Tempo Doeloe, masyarakat Yogyakarta telah menunjukkan bahwa pelestarian warisan budaya adalah tanggung jawab bersama. Kesuksesan festival ini menjadi bukti bahwa dengan dukungan dan partisipasi aktif, kita dapat menjaga dan melestarikan kekayaan budaya untuk dinikmati oleh generasi mendatang. Festival ini bukan hanya sekedar perayaan, tetapi juga langkah nyata dalam pelestarian cagar budaya. (Serly/Selvia/fit)

Berita Terpopuler


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...


...
Laksamana Malahayati Perempuan Pejuang yang berasal dari Kesultaan Aceh.

by museum || 12 September 2022

Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...



Berita Terkait


...
Inilah Sabda Tama Sultan HB X

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...


...
Permasalahan Pakualaman Juga Persoalan Kraton

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...


...
PENTAS TEATER 'GUNDALA GAWAT'

by admin || 18 Juni 2013

"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta