by ifid|| 30 Juni 2024 || || 168 kali
Yogyakarta kembali meriah dengan kehadiran acara tahunan yang dinantikan, Jogja Mendongeng 2024 yang diadakan tanggal 30 Juni 2024, diselenggarakan di IFI-LIP Yogyakarta. Acara yang memukau ini telah menjadi sorotan yang menarik perhatian masyarakat dengan konsep yang menggabungkan keceriaan, keberagaman budaya, dan pengembangan literasi anak. Acara ini tidak memungut biaya masuk, tetapi menerapkan sistem reservasi terbatas. Jogja Mendongeng 2024 menghadirkan sejumlah pendongeng terkenal serta seniman dan aktivis lokal yang berdedikasi untuk menyampaikan pesan-pesan edukatif melalui dongeng. Peserta dari berbagai latar belakang seni dan budaya turut ambil bagian dalam event tahunan ini, seperti Kak Ojan, Bawayang, Kahanane Project, Danendra dan Daniswara, Jayse Alena, Faranissa Adya, Nurlaila, dan Zahra. Masing-masing pendongeng membawa cerita dan penampilan yang unik, mulai dari edukasi tentang lingkungan, mitigasi bencana, hingga kisah-kisah inspiratif tentang persahabatan dan kehidupan. Antusiasme para pengunjung, terutama anak-anak yang bersemangat, menjadi sorotan utama dengan interaksi langsung dalam sesi mendongeng yang membangun semangat dan kreativitas. Melalui sambutannya, Damai, seorang akademisi yang peduli terhadap sastra anak, menekankan pentingnya mendongeng dalam kehidupan keluarga. Tema "Titi Mangsa" atau "Kala Waktu" yang diusung tahun ini dianggap cukup berat, tetapi berhasil mendapat respon positif dari mayoritas anak-anak. Antusiasme masyarakat terhadap acara ini begitu tinggi sehingga tiket dan reservasi diperlukan. Damai menyatakan, "Ini adalah pesta bagi para pecinta mendongeng. Kami dari Jogja Mendongeng tidak ingin acara ini hanya selesai satu hari saja. Akan tetapi, kami ingin dongeng hadir di setiap keluarga." Damai juga mengajak anak-anak untuk meminta dongeng dari orang tua mereka dengan pesan penuh semangat, "Ayah, Bunda… Aku ingin di dongengi." Damai menegaskan bahwa mendongeng adalah cara efektif untuk menjelaskan hal-hal yang abstrak kepada anak-anak. "Dongeng itu mampu menjelaskan hal-hal yang abstrak kepada anak-anak, sehingga anak-anak mampu memahami hal abstrak tersebut secara konkrit," ujarnya. Selain itu, ia mengingatkan para orang tua untuk aktif dalam mendongeng, menekankan bahwa setiap orang bisa menjadi guru dan pendongeng bagi anak-anak mereka. "Kita semua adalah guru, kita semua adalah pendongeng," ujar Damai. Dengan begitu, nilai-nilai kebaikan dapat tersampaikan dari generasi ke generasi, membantu menghadapi tantangan masa depan baik untuk Yogyakarta maupun Indonesia. Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayaan) DIY, Dian Lakhsmi Pratiwi, mengungkapkan rasa bangga atas suksesnya acara Jogja Mendongeng 2024. Tahun ini, kerja sama dengan lembaga Edutania menunjukkan peningkatan minat yang signifikan. Dian Lakhsmi berharap kegiatan seperti ini bisa terus dilakukan, "Semoga kedepannya kita semakin sering bertemu, sehingga pesan yang Kak Damai sampaikan terkait mendongeng harus selalu dikebut," ucapnya. Dian juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam mensukseskan acara ini. Dian juga menekankan pentingnya mendongeng sebagai media untuk menyampaikan nilai-nilai kebaikan dari orang tua kepada anak-anak, yang diyakini sangat penting untuk menghadapi tantangan masa depan. "Kami percaya, bahwa Jogja Mendongeng adalah salah satu konsen kami ketika kemampuan mendengar mampu membuat Jogja menjadi lebih baik," katanya. Dian juga menyoroti bagaimana mendongeng dapat berperan dalam membangun karakter dan budaya masyarakat Yogyakarta. Menurutnya, mendongeng bukan hanya tentang hiburan, tetapi juga tentang pendidikan dan pembentukan moral yang baik sejak dini. "Kesempatan-kesempatan seperti ini harus kita manfaatkan untuk menggali kemampuan dalam mendongeng. Kami yakini sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan bagi Yogyakarta maupun Indonesia di masa depan," pungkasnya. Dian menyampaikan bahwa Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayaan) DIY akan terus mendukung kegiatan seperti Jogja Mendongeng, sehingga nilai-nilai positif yang terkandung dalam cerita-cerita yang disampaikan akan membentuk generasi muda yang lebih berbudaya, bijaksana, dan siap menghadapi masa depan. Dian juga memberikan apresiasi kepada Bawayang, teman-teman disabilitas tuli yang turut mendongeng melalui media wayang, sebagai bagian dari keberagaman dan inklusivitas acara. "Kita bergembira bersama, kita rayakan bersama, mendongeng sebagai bagian dari Jogja yang lebih baik," sambutnya dengan semangat. Jogja Mendongeng 2024 berlangsung meriah dengan penampilan luar biasa dari setiap pendongeng yang mampu menarik perhatian penonton. Mulai dari Jayse yang membawakan cerita tentang menjaga bumi hingga Kak Nurlaila yang mengajak anak-anak bermain Ular Naga Panjang sambil mendongeng tentang mitigasi bencana tsunami, setiap sesi dipenuhi gelak tawa dan antusiasme. Anak-anak tak hanya duduk mendengarkan, tetapi aktif berpartisipasi, maju ke panggung menjawab pertanyaan, dan bahkan menerima hadiah menarik. Zahra dengan cerita cintai lingkungan berhasil membuat audiens, baik anak-anak maupun orang tua, tenggelam dalam alur cerita dan memahami pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Penampilan Kahanane Project yang menceritakan kehidupan di Desa Aksara dan pentingnya pertemanan juga menjadi sorotan. Kian dan Saka, pendongeng dalam Kahanane Project, sukses menarik perhatian dengan aksi panggung yang menarik. Danendra dan Daniswara yang mendongeng tentang raksasa dan anak nakal juga berhasil membuat penonton tertawa terbahak-bahak. Penonton yang berani tampil menjawab pertanyaan mendapatkan hadiah berupa tempe, menambah kemeriahan acara. Bawayang, dengan edukasi tentang jangan buang sampah sembarangan dan memperkenalkan bahasa isyarat, berhasil menciptakan suasana yang unik dan penuh tawa. Penampilan Kak Farah dan Kak Ojan yang mendongeng tentang mencintai alam dan membalas kebaikan dengan kebaikan juga menutup acara dengan penuh semangat dan kebahagiaan, meninggalkan kesan mendalam bagi semua yang hadir. Dalam wawancara dengan Jayse dan Zahra, dua pendongeng cilik berbakat, terungkap semangat dan dedikasi mereka dalam mendongeng. Jayse, 11 tahun, mengaku bahwa latihan yang paling menyenangkan adalah olah tubuh, meski berimprovisasi menjadi tantangan tersendiri. Motivasi terkuatnya adalah ingin berperan aktif setelah tahun lalu hanya sebagai penonton. Zahra, 9 tahun, mengungkapkan bahwa latihan musik dan olah tubuh menjadi bagian favoritnya selama pelatihan yang diadakan seminggu sekali oleh Dinas Kebudayaan. Zahra, yang sudah beberapa kali menang lomba mendongeng, terinspirasi dari sering melihat dongeng di Instagram dan ingin menjadi pendongeng. Kedua pendongeng cilik ini menunjukkan bahwa dengan pelatihan dan motivasi yang kuat, mereka bisa tampil luar biasa dan menginspirasi anak-anak lainnya. Kahanane Project, yang terdiri dari Kak Tita, Ricky, dan Antok, berbagi tentang visi dan misi dalam seni pertunjukan untuk anak-anak. Tita menjelaskan, "Kahanane Project merupakan kelompok seni pertunjukan yang fokus membuat pertunjukan berkualitas untuk penonton usia muda. Melalui kegiatan Jogja Mendongeng, kami membawakan karya Performative Reading Buku ‘Teman’ bersama Kian dan Saka." Kahanane Project menggunakan barang-barang bekas dalam kegiatan ini untuk menyampaikan pesan pemberdayaan sektor domestik. Ricky menambahkan, "Tema cerita kami adalah pertemanan yang dibalut dalam literasi, memperkenalkan huruf dan cara membaca kepada anak-anak." Motivasi terbesar Ricky dan Tita melalui Kahanane Project adalah kecintaan untuk berbagi cerita dan berinteraksi dengan anak-anak, serta memandang Jogja Mendongeng sebagai panggung yang menyatukan berbagai potensi luar biasa dari para pecinta dongeng. Jogja Mendongeng 2024 telah menggemakan cerita-cerita inspiratif dan edukatif, bagaikan alunan merdu yang membangkitkan imajinasi anak-anak. Riuh tepuk tangan dan sorak sorai menjadi saksi kebahagiaan, terhanyut dalam dunia dongeng yang penuh keajaiban. Lebih dari sekadar hiburan, Jogja Mendongeng 2024 menjadi pengingat bagi kita semua, bahwa dongeng adalah kunci untuk membuka jendela masa depan gemilang. Dongeng bukan hanya untuk dinikmati, tetapi juga untuk dibagikan, ditanamkan, dan dihidupkan dalam setiap keluarga. "Ayah, Bunda... Aku ingin di dongengi." Kalimat sederhana ini bukan hanya permintaan, tetapi juga sebuah seruan untuk terus melestarikan tradisi mendongeng dan membuka gerbang masa depan yang penuh dengan cerita-cerita inspiratif dan penuh makna. (Serly/fit)
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 12 September 2022
Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...