Nostalgia, Gembira Ria-Kumadang Kidung Bocah

by ifid|| 24 Juli 2024 || || 118 kali

...

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY melalui UPT Taman Budaya Yogyakarta mempersembahkan Pertunjukan musik orkestra yang bertajuk 'Kumandang Kidung Bocah.” Pertunjukan musik Orkestra telah menjadi agenda tahunan sebagai bentuk pengembangan bidang seni musik di Taman Budaya Yogyakarta kembali digelar pada Selasa, 23 Juli 2024. Antusiasme masyarakat terlihat jelas sejak sore hari, dimana ribuan penonton berbondong-bondong memadati lobby Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta untuk menyaksikan pertunjukan istimewa ini. Acara ini sekaligus juga untuk memperingati Hari Anak nasional. Acara yang dihelat sebagai bagian dari program pengembangan seni musik oleh Taman Budaya Yogyakarta ini menampilkan repertoar lagu-lagu anak-anak yang telah menjadi bagian dari nostalgia banyak generasi. Mulai dari "Tak Lela Lela Ledhung", "Lir-Ilir", hingga "Padhang Bulan", setiap lagu memiliki daya tariknya sendiri yang mampu membangkitkan kenangan manis masa kecil. Purwiati, selaku Kepala Taman Budaya Yogyakarta,menekankan pentingnya acara 'Kumandang Kidung Bocah' sebagai upaya untuk melestarikan kebudayaan dan pendidikan anak-anak di Indonesia. Beliau mengungkapkan pentas orkestra ini bentuk dari keprihatinan terhadap dominasi lagu-lagu dewasa yang tidak layak bagi anak-anak, yang sering kali mendominasi media dan ruang publik saat ini. "Sajian orkestra malam ini memang memiliki tujuan yang sangat penting bagi generasi sekarang," ujar Purwiati dengan tegas. "Dengan menghadirkan 19 lagu tembang Jawa anak yang tidak hanya sebagai alternatif tontonan, tetapi juga sebagai tuntunan yang mempunyai makna filosofis serta mampu menumbuhkan dan mengembangkan budi pekerti anak-anak Indonesia." Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Dian Lakshmi Pratiwi menekankan bahwa pilihan repertoar lagu-lagu anak-anak yang ditampilkan dalam acara ini tidak semata-mata untuk hiburan belaka, tetapi juga sebagai upaya untuk memberikan pemahaman akan nilai-nilai budaya lokal yang lekat dengan kearifan lokal Jawa. Dengan demikian, acara ini diharapkan dapat menjadi sarana edukasi yang memperkaya wawasan dan mendidik nilai-nilai positif kepada generasi muda. "Bahwa melalui seni musik orkestra, kita dapat menginspirasi anak-anak untuk tetap mencintai dan memahami nilai-nilai tradisional yang kita warisi," tambah Dian Laksmi dengan penuh semangat. "Kami berharap, 'Kumandang Kidung Bocah' tidak hanya memberikan pengalaman seni yang memukau, tetapi juga menghidupkan kembali keindahan tembang anak-anak yang sering kali terabaikan." tandas Dian Pertunjukan ini merupakan kolaborasi dengan banyak pihak salah satunya yaitu 30 anak-anak dari bimbingan seni anak art for Children, dimana mereka tampil dengan riangnya menyanyikan berbagai lagu-lagu anak jaman dulu. Guntur Nur Puspito, turut hadir mendukung upaya revitalisasi lagu-lagu anak, dimana Guntur menjadi konduktor dalam pertunjukan orkestra ini. Selain itu, ada Doni Saputra, Kinanti Sekar Rahina, Okky Kumala Sari, Paksi Raras Alit, Silir Wangi, Asita Kaladewa, dan Pandika Kamajaya yang hadir memeriahkan panggung. Terdapat juga beberapa narasumber yaitu Ari Sulistyanto, Bagas Arga Santosa, Eliandra Widarto. Seluruh pertunjukan dimulai pada pukul 19.00 WIB hingga kurang lebih pukul 21.00 WIB, dimana lagu-lagu seperti Padhang Bulan, Cublak Suweng, Gambang Suling, dan lagu lain sejenisnya ditampilkan. Sepanjang penampilan lagu-lagu, terdapat juga pertunjukan pantomim dari Asita Kaladewa serta tarian dari Kinanti Sekar yang memperindah dan membuat pertunjukan semakin penuh rasa juga makna. (Rachma/fit) Acara 'Kumandang Kidung Bocah' tidak hanya sekedar pertunjukan musik, tetapi juga sebuah persembahan seni yang membangkitkan nostalgia dan menghantarkan penonton pada perjalanan melalui masa kecil mereka. Dengan antusiasme yang begitu besar dari masyarakat, acara ini menjadi bukti betapa pentingnya keberadaan seni musik dalam memperkaya dan merajut keberagaman budaya di Yogyakarta.

Berita Terpopuler


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...


...
Laksamana Malahayati Perempuan Pejuang yang berasal dari Kesultaan Aceh.

by museum || 12 September 2022

Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...



Berita Terkait


...
Inilah Sabda Tama Sultan HB X

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...


...
Permasalahan Pakualaman Juga Persoalan Kraton

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...


...
PENTAS TEATER 'GUNDALA GAWAT'

by admin || 18 Juni 2013

"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta