by ifid|| 05 Agustus 2024 || || 290 kali
Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta melalui Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, melakukan Kegiatan Umbul Donga, Pagelaran Wayang Kulit Adat Suran. Wayang bukan sekadar seni pertunjukan. Wayang adalah sebuah bentuk ekspresi nilai-nilai masyarakat dan media untuk menyampaikan pesan. Wayang membangun sebuah filosofi paling manusiawi yang mengizinkan penontonnya untuk menyaksikan pilihan-pilihan tanpa memaksakan ke satu arah. Meski demikian wayang memiliki persona dan nilai yang tetap aktual tidak berarti wayang dapat memainkan perannya di masa kini. Kepala Dinas Kebudayaan DIY Dian Lakshmi Pratiwi menyampaikan, dalam Pergelaran Puncak Ritual Wayang Kulit Adat Tradisi Suran di Bangsal Wiyata Praja Kompleks Kepatihan, Kamis malam (01/08), penyelenggaraan pagelaran wayang kulit merupakan upaya melestarikan dan mengembangkan seni adiluhung. Kegiatan ini menjadi media pembinaan bagi seniman yang utamanya untuk para generasi muda agar belajar mengasah kecakapan pada keahlian di bidang pergelaran pentas wayang kulit. "Karakter dari setiap tokoh yang ada dalam setiap pagelaran wayang sangat baik untuk dijadikan tontonan dan tuntunan hidup bagi kalangan masyarakat. Maka Pemda DIY mengadakan pagelaran wayang kulit, sebagai media umbul donga dalam bulan Suro tanggal Jawa untuk memohon kesehatan, kelancaran, keselamatan, dan kemudahan dalam melaksanakan pekerjaan di tahun jawa yang akan dijalani," tuturnya. Dian menambahkan, pergelaran wayang malam ini kerja sama dengan Paguyuban Sukrokasih sebagai upaya pelestarian, pembinaan, dan paguyuban wayang kulit di DIY. Selain menghadirkan dalang Ki Catur Benyek Kuncoro, pergelaran puncak ritual wayang kulit adat tradisi Suran ini juga menampilkan bintang tamu Mbak Elisa dan Mbak Tatin. Plh. Asisten Sekda DIY Bidang Pemberdayaan Sumber Daya Masyarakat, Aris Eko Nugroho mewakili Sekretaris Daerah Sekda DIY, Pagelaran wayang kulit suran merupakan kegiatan rutin Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY yang menghadirkan dalang kondang Ki Catur Benyek Kuncoro dengan lakon 'Sesaji Raja Suya'. "Sebagai bagian yang masih memegang teguh tradisi dan budaya, pagelaran wayang kulit adat suran yang digelar malam ini merupakan bentuk selamatan sebagai wujud syukur atas limpahan rejeki dan cara manusia untuk memohon kepada pencipta-Nya. Semoga kegiatan hari ini mampu meningkatkan rasa syukur sekaligus melestarikan warisan seni budaya," kata Aris Paniradya Pati Kaistimewan. Seperti diketahui, Aris menyatakan sama seperti warisan tradisi lainnya, wayang sedang berjuang untuk mempertahankan eksistensinya. Kuncinya ada pada loyalitas kaum tua serta pada antusiasme serta ketertarikan dari kaum muda. Demikian pula dengan memiliki aktualisasi wayang sehingga senantiasa relate dengan realitas zamannya. Keterlibatan orang-orang muda adalah niscaya. Lakon Sesaji Raja Suya yang dipentaskan mengisahkan keberhasilan Puntadewa dan Kresna menghadapi sebuah rintangan sebagai indikator perayaan mereka dinobatkan sebagai Raja Agung. Alih-alih merayakan di istana mewah, menarik upeti, dan juga merampas hartanya orang. Perayaan tersebut justru didasarkan pada perdamaian, keseimbangan atau harmoni antara kedua dunia. Adapun pagelaran wayang kulit suran ini berkisah mengenai raja lalim pasti akan menemui kematian, raja yang senantiasa menjaga kebajikan akan lestari memegang tampuk pemerintahan. Prabu Puntadewa ingin melaksanakan sebuah sesaji yang dinamakan Sesaji Rajasuya, sebuah upacara pentasbihan seorang raja yang disaksikan oleh seluruh raja di dunia. Pada satu waktu lain, Raja Jarasandha dari Giribajra juga akan melakukan upacara Lodrapati kepada Dewa Lodra dengan cara mengorbankan seluruh raja di dunia. Perseteruan dua kubu baik dan buruk pun terjadi. Namun demikian, hal baik pastilah selalu menemukan cara untuk berjaya atas kegelapan. Pergelaran wayang kulit Adat Suran semalam suntuk tersebut dihadiri Asisten Sekda Bidang Perekonomian dan Pembangunan Tri Saktiyana, sejumlah Kepala OPD di lingkungan Pemda DIY. Hadir pula Pengurus dan anggota Paguyuban Dalang Muda Sukrokasih, pemerhati seni di DIY serta sejumlah tamu undangan lainnya.
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 12 September 2022
Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...