International Seminar JME: Akulturasi Budaya, Minat dan Kecintaan Terhadap Museum

by ifid|| 05 Agustus 2024 || || 169 kali

...

Jogja Museum Expo 2024 hadir dengan berbagai kegiatan yang menambah pengetahuan terutama juga tentang seni dan budaya, dalam hal ini JME pun menghadirkan agenda seminar bertaraf internasional. Seminar ini telah dilaksanakan pada Sabtu (3/8/2024), bertempat di Museum Ullen Sentalu dengan mengundang tiga narasumber berpengalaman di level internasional. Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta, Dian Lakshmi Pratiwi, S.S., M.A., menyampaikan jika seminar ini pembahasan mengenai akulturasi budaya akan didiskusikan dengan harapan untuk menambah wawasan serta minat dan kecintaan terhadap museum juga kebudayaan. JME dan rangkaian acara ini sekaligus juga menjadi satu bentuk penyambutan Hari Keistimewaan Yogyakarta yang akan diperingati pada tanggal 31 Agustus nanti. Perwakilan dari Yayasan Ulating Blencong dan seorang pelajar internasional, Amanda Sekar Hayuningrum Putri Haryono, memberikan sambutan singkat dimana ia mengungkapkan bahwa budaya di Indonesia sangat kental dengan akulturasi dari berbagai negara seperti China, India, Belanda, dalam bidang kuliner, musik, pakaian, atau seni pahat/patung. “Saya berharap kita semua dapat memperoleh manfaat dari seminar ini juga dari pemandangan alam yang tersaji di sekitar.” harapnya. Seminar ini menghadirkan tiga pembicara utama, yaitu Dr. Emma Stein, seorang kurator dari Smithsonian National Museum of Asian Art, USA, Ms. Ine WawoRuntu dari Belanda, dan Dr. Chung Ji Pyo, dosen Etnomusikologi ISI Surakarta dari Korea Selatan. Sesi presentasi dan diskusi ini dipandu oleh Daniel Haryodiningrat, Kepala Museum Ullen Sentalu, sebagai moderator. Penyampaian pertama oleh Dr. Emma, ia menjelaskan mengenai Smithsonian National Museum of Asian Art dan semua objek dari Indonesia yang ada disana, serta juga penelitian-penelitian mereka yang telah dilakukan di Indonesia. Smithsonian National Museum, merupakan institusi museum terbesar di dunia dengan 21 museum, 21 perpustakaan, 14 pusat edukasi dan penelitian, serta kebun binatang nasional, juga lebih dari 210 museum lain yang terafiliasi. Smithsonian juga memiliki 157 juta lebih spesimen dengan sekitar 46.000 objek dipamerkan di National Museum of Asian Art. Koleksi-koleksi objek dari Asia tersimpan pada satu museum yaitu Freer Gallery of Art yang sudah dibangun sejak 1923, disana beberapa objek dari Indonesia di era hindu-buddha terpanjang, seperti arca durga atau benda-benda perunggu berupa wadah air untuk ritual, patung, juga lampu minyak. Sementara itu, Ms. Ine WawoRuntu, beliau memperkenalkan terkait budaya “Rijsttafel” yang hadir dari pengaruh budaya kolonial. Rijsttafel dalam bahasa indonesia dapat diartikan sebagai “Nasi” dan “Meja” karena memang sajian pada budaya makan ini berasal dari nusantara, dan cara menyajikannya mengikuti budaya Belanda. Perjamuan atau penyajian makanan dengan cara ini juga merupakan sebuah simbol kemakmuran di masa kolonialisme, budaya ini sebenarnya mirip dengan penyajian makanan di daerah Padang atau juga tradisi selamatan di wilayah Jawa. Seiring berjalannya waktu, perubahan-perubahan terjadi pada budaya makan ini, seperti adaptasi hidangan dengan selera lokal, juga perubahan dari sistem penyajian. Terakhir, presentasi disampaikan oleh Dr. Chung Ji Pyo, ia membahas mengenai representasi gamelan yang ada di Korea Selatan. Dr. Chung menceritakan bahwa dahulu ketika ia baru ingin mempelajari musik Indonesia, satu instrumen yang selalu muncul adalah gamelan. Hingga kini, di Korea Selatan pun gamelan, terutama dari Bali, masih menjadi alat musik yang dikenali sebagai musik Indonesia. Kepopuleran gamelan sejak dulu dan keberadaanya yang masih dirasa cukup representatif menjadi sebab mengapa gamelan menjadi yang paling eksis disana. Selain set gamelan yang banyak dipamerkan pada museum-museum di Korea Selatan, pertunjukan gamelan pun sering dibawakan oleh warga Indonesia yang tinggal disana maupun warga Korea asli yang mempelajari gamelan. (Rahma/fit)

Berita Terpopuler


...
Siklus Air: Definisi, Proses, dan Jenis Siklus Air

by museum || 04 Juli 2023

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...


...
Batik Kawung

by museum || 02 Juni 2022

Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...


...
Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Intelektual Pertama

by museum || 24 Oktober 2022

Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...


...
Laksamana Malahayati Perempuan Pejuang yang berasal dari Kesultaan Aceh.

by museum || 12 September 2022

Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...


...
Pahlawan Perintis Pendidikan Perempuan Jawa Barat Raden Dewi Sartika (1884-1947)

by museum || 24 Mei 2022

Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...



Berita Terkait


...
Inilah Sabda Tama Sultan HB X

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...


...
Permasalahan Pakualaman Juga Persoalan Kraton

by admin || 11 Mei 2012

YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...


...
PENTAS TEATER 'GUNDALA GAWAT'

by admin || 18 Juni 2013

"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...





Copyright@2024

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta