by ifid|| 20 Agustus 2024 || || 551 kali
Daerah Istimewa Yogyakarta – Dinas Kebudayaan (Kundha kabudayaan) DIY melaksanakan kegiatan Gelar Potensi Fest 2024, lapangan kedungbule, Senin (19/08/2024)
Gelar Potensi ke-4 di tahun 2024 dengan tema “GUNO RINEKSA MRIH RAHARJANING BUDAYA” yang di ikuti 100 kelurahan /kelurahan Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta, dan diselenggarakan di empat kabupaten. Gelar potensi kalurahan budaya menjadi wadah ekspresi ,kreatif, inovatif dengan tidak mengubah nilai- nillai esensialnya sebagai sarana evaluasi pembinaan dan pengembangan kalurahan dari sisi manajemen pengelolaan organisasi kualitas pelaku seni serta kualitas produk budaya didalam kelurahan tersebut dengan harapan memberikan kontribuksi kesejahteraan hidup masyarakat kebudayaan unggulan dari setiap kalurahan budaya dan kelurahan di Daerah Istimewah Yogyakarta. Gelar potensi di buka pada senin 19 agustus 2024 dan bertempat di lapangan kedungbule, trimurti, srandakan, Bantul, diikuti 24 kelurahan/ kelurahan Budaya kabupaten Bantul dan 7 kelurahan/ kelurahan Budaya kabupaten jogja. Pada kesempatan kali ini kepala dinas kebudayaan Daerah Istimewah Yogyakarta Dian Lakhsmi Pratiwi tidak dapat menghadiri pembukaan Gelar Potensi dan diwakilkan oleh Dra.Y. Erni Lestari R. mengatakan tema gelar potensi kalurahan budaya tahun 2024 “GUNO RINEKSA MRIH RAHARJANING BUDAYA” dengan maksud membentuk harmoni antara keselamatan kehidupan untuk mendukung kelestarian budaya dalam komunitas masyarakat. Upaya tersebut dilakukan sebagai pertahanan dan pelestarian budaya leluhur, serta meningkat inovasi dan perekonomian melalui produk khas di masing-masing kalurahan. “ Gelar potensi kalurahan budaya juga sebagai ajang mempromosikan dan mengukur tingkat kemajuan kalurahan yang diwujudkan dalam bentuk pagelaran seni dan pameran produk unggulan”, tutur Y Erni Lestari R. selaku perwakilan kepala Dinas dan kepala bidang Pemeliharaan dan pengembangan Adat dan Tradisi saat pembukaan Gelar Potensi di Lapangan Kedungbule, Trimurti, Srandakan, Bantul. Sedangkan Paniradya Pati Paniradya Keistimewaan Daerah Istimewah Yogyakarta Aris Eko Nugroho Mengatakan, Galeri Potensi menjadi ajang yang istimewa dimana menjadi wadah kolaborasi masing-masing kelurahan, serta menjadi ajang untuk mempromosikan dan mengukur menilai hasil usaha dalam pemeliharan, pengembangan kebudayaan dan meningkatkan pergerakan perekonomian. Karena itu diharapkan dari Gelar Potensi juga dapat mempertahankan kualitas dari 100 kelurahan/ kelurahan Budaya bahkan diharapkan setiap kelurahan dapat bisa lebih baik. Selanjutnya disampaikan, penggunaan dana keistimewaan yang sesuai dengan Undang-undang keistimewaan bahwa terdapat 3 model penggunaan dari Dana Keitimewaan. Model pertama yaitu kegiatan Gelar Potensi yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayan, lalu model yang kedua yaitu yang diselenggarakan oleh kabupaten atau kota Yogyakarta, model ketiga yaitu dengan diselenggarakan melalui kelurahan-kelurahan, tiga model ini menjadi cara untuk menyampaikan penggunaan dana keistimewaan dan diharapkan masyarakat dapat mengetahui serta memahami penggunaan dana keistimewaan yang hanya didapatkan oleh Daerah Istimewah Yogyakarta. Sementara itu, Kepala Bidang Pemeliharaan dan Pengembangan Adat dan Tradisi, Lembaga Budaya dan Seni Dinas Kebudayaan DIY, Y Eni Lestari Rahayu menyampaikan, kegiatan kali ini tim juri Gelar potensi dihadiri lima orang dengan latar belakang yaitu, Prof.Dr. Kus Warsantyo, M.Hum dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Drs. Daruni, M.Hum dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, seniman dan budaya Drs. Susilo nugroho, Dr. murti lestari, S.E.,M.Si dari Tim Akademisi dan Akreditasi Desa Mandiri Budaya serta sudianta selaku praktisi pariwisata dan UMKM. “Penilaian pertunjukan meliputi
Kreativitas dan kontekstual pesan dari sajian yang ditampilkan serta harmoni keutuhan dan keselarasan antar bagian dalam penyajian dan untuk penilaian pameran adalah kreativitas produk, kreativitas stand dan penilaian individu penjaga stand terkait penguasaan produk dan layanan serta potensi pasar” jelasnya. Sementara itu Bupati Kabupaten Bantul H. Abdul Halim Muslih mengatakan melalui kegiatan Gelar Potensi menjadi upaya pengenalan potensi kelurahan budaya dan perlindungan budaya. “Oleh karenanya ditengah gempuran budaya asing perlu kiranya kita semua memasang pertahanan kebudayaan yang lebih kokoh agar kebudayaan yang kita miliki tetap lestari dan mampu mengantarkan kehidupan kita ini menjadi semakin lebih baik. Kebudayaan tentu tidak terbatas pada seni kebudayaan saja tapi kebudayaan ini menyangkut banyak hal seperti karakter pranata sosial serta adat istiadat tradisi yang kita lestarikan. Tentu saja ini mensyaratkan adanya pemahaman yang lebih baik terutama bagi para pengelola kelurahan dan kelurahan budaya, baik di Bantul, Yogyakarta dan Daerah Istimewa Yogyakarta sekitarnya bahwa ruang lingkup kebudayaan ini haruslah semuanya diperhatikan dan dikembangkan untuk kehidupan yang lebih baik,” tuturnya. Selain itu menurutnya Gelar potensi juga dapat menjadi pengedukasian betapa pentingnya menjaga budaya adiluhung diwariskan oleh para leluhur. Harapannya masyarakat dapat memiliki kesadaran penuh akan potensi potensi yang dimiliki dan ikut serta dalam menjaga dan mengembangkan potensi yang ada. H. Abdul Halim Muslih juga mengingatkan bahwa budaya leluhur yang telah terbukti mengantarkan kita ke kehidupan lebih harmonis, kehidupan yang lebih nyaman,kehidupan guyub rukun.
Setelah sambutan- sambutan yang telah disampaikan, sesi selanjutnya yaitu simbolis pembukaan Gelar Potensi di Lapangan Kedungbule, Trimurti, Srandakan, Bantul. Dengan pemukulan gong oleh Paniradya Pati Paniradya Keistimewaan Daerah Istimewah Yogyakarta Aris Eko Nugroho dan didampingi oleh sahabat budaya dari Dinas kebudayaan. Gelar Potensi di Lapangan Kedungbule, Trimurti, Srandakan, Bantul resmi dibuka dan dilaksanakan dimulai di hari Senin, 19 agustus 2024 sampai dengan 20 agustus 2024.
Penampilan 16 kelurahan/ Kelurahan Budaya diantaranya:
Kalurahan Seloharjo menampilkan kesenian dramatari , berjudul “CETHIK GENI”, dengan sinopsis yaitu Cethik Geni atau menghidupkan api.Tradisi Cethik Geni yang dilaksanakan dan dilestarikan di Seloharjo, menjadi ide garap dramatari dari Kalurahan Budaya Seloharjo.
Upacara Cethik Geni digelar sebagai pertanda atau isyarat orangtua yang baru pertama kali mantu atau menikahkan anaknya.
Tradisi cethik geni utamanya dilakukan untuk mengawali menanak nasi dalam jumlah yang relatif banyak untuk menjamu tamu, panitia, dan keluarga.
Cethik geni memiliki makna bahwa pihak yang memiliki hajat menyediakan makanan bagi tamu undangan dan memanjatkan doa agar semua selamat dan hidangan yang disediakan dapat tercukupi
Selain kesenian yang ditampilkan di panggung, kelurahan Seloharjo memiliki potensi berupa Tari Khas Seloharjo Sinjang Seloharjo, Tari Sigrak Seloharjo, Jathilan, Gejog Lesung, Ketoprak,dan Karawitan. Upacara Adat seperti Nyadran Tuk Surocolo, Ngarak Emprak, Cethik Geni, Gumbreg, dan Merti Kali Opak.
Potensi Kuliner seperti, Wedang Ereng-ereng, Daging Kambing Krawu, Keripik Kelapa, dan MieDes. Potensi Kerajinan seperti, Batik Surocolo Khas Seloharjo, dan Kerajinan kayu. Potensi Cagar Budaya seperti, Goa Jepang, Sendang Surocolo, Goa Surocolo/Sunan Mas, dan Omah Demit,.
Kelurahan Pleret menampilkan kesenian fragmen ketoprak , berjudul “LAKU JANTRA”, dengan sinopsis yaitu Laku Jantra mengisahkan kawula Mataram yang patuh tunduk terhadap dawuh dalem Sultan Agung untuk membela negaranya. Dibalik perjuangan heroik rakyat Mataram itu, tersimpan kisah kisah mengharukan dalam dinamika kehidupan. Mulai dari harta, cinta, dan keluarga. Bagaimana perjuangan rakyat Mataram dalam nDhepani Bumi Pertiwi?
Selain kesenian yang ditampilkan di panggung, kelurahan Pleret memiliki potensi berupa Adat dan Tradisi saperti Merti Dusun, Kirab Apem, Wiwitan, Nyadran, Muludan, Kirab Mustaka, Mapati, Mitoni, Brokohan, Jenang Lemu, Selapanan, Bancakan Weton, Tekanan, Supitan, Kumbakarnan, Pasang Tarub, Midodareni, Panggih, Sumsuman, Pangruktilaya Jenazah, Sur Tanah, Bedhah Bumi, Tahlilan Kematian, Brobosan, Ngijing/Nyewu. Potensi kesenian seperti Ketoprak, Keroncong, Jathilan, Gejog Lesung, Karawitan, Sholawat, Hadroh, Tari, Sholawat Montro, Dakon, Engkling, Gobak Sodor, Benthik, Egrang, Layangan, Lompat Tali, Bas-Basan, Tangkap Bebek Bahasa, Sastra, dan potensi sastra seperti Cerita Rakyat Ratu Malang, Ki Dalang Panjang Mas, Sumur Gemuling, Kyai Kategan, Watu Gajah, Bedhahing Segarayasa, Roro Inten, dan Tempuran,Macapat, Sholawat Jawa, dan Sholawat Montro.
Penggunaan Bahasa Jawa dalam Acara Pelatihan, Pertemuan Warga, Pengajian, Tahlilan, dan Pernikahan. Potensi Kuliner seperti GUJAHE (Gula Jawa Herbal), Wedang Uwuh, Teh Rempah, Permen Kayu Putih, Permen Herbal (untuk kolesterol, asam urat), Minuman Seduh Praktis Gula aren (untuk pegal linu, darah tinggi, kolesterol), Basreng, Madu, Kopi Hitam, Tepung Mocaf, Egg Roll Ubi Ungu, Jadah Jenang Wajik, Gethuk Pleret, Jamu Herbal, Tahu,Bubur Krecek, dan Tape Ketan.
Potensi kerajinan seperti Peci Rajut, Tas Perca, Souvenir (tempat pensil, tempat tisu dll), Ukir Kayu, Kerajinan Perak, Kerajinan Aluminium, Kerajinan Emban Cincin, Kerajinan Bambu, Prada Tekstil, Kerajinan Welit, Kerajinan Imamah Instan. Potensi Pengobatan Tradisional seperti Terapi Lilin, Pijat Akupuntur, Terapi Lintah, Pijat, Bekam, dan Pengobatan Batu Akik. Potensi cagar budaya seperti, Penataan Ruang dan Warisan Budaya seperti Benteng Sisi Selatan Kraton Pleret, Makam Kyai Trayem, Situs Makam Ratu Malang, Situs Kerto, Situs Kedaton 1, Situs Kedaton 2, Situs Kedaton 3, Sumur Gemuling, Situs Makam Ratu Labuhan, Masjid Taqarrub, Situs Masjid Kauman Pleret, Museum Purbakala Pleret, Situs Makam Kyai Kategan, Situs Sendang Maya, Lingga Patok, Ompak, Randu Alas, Situs Keputren, Benteng Sisi Barat, Saluran Air, Tambak Segara Wiyasa, Batu Andesit, dan Situs Pabrik Gula Kedaton
Kelurahan Sitimulyo menampilkan kesenian fragmen jathilan , berjudul “DARMA”, dengan sinopsis yaitu Ki Ageng Karotangan merupakan adik dari Ki Pemanahan, paman dari Danang Sutowijoyo, Raja Mataram. Beliau adalah sosok yang bersahaja, tidak hanya pandai dalam ulah kanuragan tetapi juga pandai dalam bertani dan olah rasa terutama dibidang ilmu keagamaan.
Dalam kisah ini menceritakan perjalanan Ki Ageng Karotangan yang didaulat oleh Danang Sutowijoyo untuk babat alas di wilayah Kedu. Adapun wilayah kedu diantaranya Temanggung, Wonosobo, Magelang, Purworejo, Kutoarjo,dan Kebumen. Dengan banyaknya rintangan yang harus dihadapi, tak memadamkan semangat Ki Ageng Karotangan yang sampai akhirnya berhasil membuka lahan yang dulunya hutan belantara menjadi area persawahan.
Selain potensi yang ditampilkan diatas panggung, kelurahan budaya Sitimulyo memiliki potensi budaya Upacara Adat seperti, Lingkungan dan Ziarah Makam Bupati Bantul Pertama, Buka Gelijk, dan Wiwitan. Potensi Kesenian seperti Jathilan, Tari Karutangan, Tari Banon, Hadroh, Tari, Karawitan, Ketoprak, Srandul. Potensi kuliner seperti Keripik Lidah Buaya, Minuman Lidah Buaya, Bubuk Sari Telang, Jahe Emprit, Kripik Waluh. Potensi Kerajinan seperti Jumputan, Ecoprint, Batik Tulis, Kulit, Cetak Batu Bata, Daur Ulang Sampah.
Destinasi Wisata Setren Opak, Indrokilo Hills, Candi Gampingan.
Kelurahan Parangtritis menampilkan kesenian drama tari , berjudul “DEKAHAN”, dengan sinopsis yaitu Kacariyos wonten dusun ingkang warganipun among noro kismo ugi ngupoyo mino ing samodro. Rikolo wancinipun bibar panen sami ngawontenaken syukuran utawi dhekahan sak sampunipun kenduren legend labuhan ing samodro namung wonten sawenehing tiyang ingkang mboten sah rujuk awit wontenipun upocoro adat dhekahan meniko, milo uborampe kagem genduren pun bucali awit pun anggep musrik tumrap agami.
Sesepuh dusun mriku ndunungaken werdine dhekahan injih meniko sepisan ngaturken raos sokor kunjuk Gusti ingkang moho agung awit saking siti lan samodro saget ngasilaken wulu wetu kangge panggesangan sak keluarga ugi nguri uri budoyo ingkang adiluhung meniko.
Selain potensi yang ditampilkan diatas panggung, kalurahan budaya Parangtritis memiliki potensi Kuliner yaitu aneka olahan hasil laut. Potensi kesenian dan upacara adat seperti tari Jaran Pesisir, J*anji Misteri Ratu Kidul, Bergodo Sandi Kidul, Bekti Pertiwi Pisunsun Jaladri, Tasyakuran Nelayan Mina Bahari 45 Depok, Anggoro Kasih, Laku Lampah Mlampah.
Potensi cagar budaya seperti Cempuri Parangkusumo, Makam Syeh Maulana Magribi, Makam Syeh Bela Belu, Rumah Singgah Sudirman. Dan potensi Kerajinan seperti aneka souvenir dari kerang dan manik manik, layangan Naga dan Pengobatan Trasdisional Jamu tradisional kretek, Pijat syarat.
Kalurahan Srigading menampilkan kesenian sendratari , berjudul “PRAHA KISKENDO”, dengan sinopsis Sendra tari ini mengisahkan Subali sugriwo yang bertapa di hutan dandoko didatangi narodo dengan membawa pesan dari dewa untuk mengutus Subali sugriwo mengalahkan musuh Kahyangan dan mendapatkan Dewi Tara yang berada di pertapaan sura( gua kiskendo). Mahesasura Lembusuro yang berada di pertapaan Suro mendapat tantangan yang berisi bahwa Kahyangan memiliki jago untuk mengalahkan Mahesasura Lembusuro dan membawa kembali Dewi tara ke Kahyangan. Terjadilah perkelahian antara Mahesasura Lembusuro dengan Subali Sugriwa yang pada akhirnya dimenangkan oleh Subali Sugriwa.
Selain potensi yang ditampilkan diatas panggung, kalurahan budaya Srigading memiliki potensi Kuliner seperti Bebek goreng, telor asin, kerupuk telur asin, brambang goreng hasil dari pertanian sendiri karena sebagian besar mata pencaharian penduduk srigading petani brambang, ada olahan dr ikan wader goreng, sambel teri, ada juga hasil dari olahan umbi atau ketela yang diolah menjadi getuk. Masih banyak kesenian jathilan, reog wayang, karawitan, gejog lesung, mocopat, panembrawa, Srandul, salawatan jawa.
Upacara adat yang selalu diadakan setiap tahun ada upacara adat bekti jalanidi di pantai samas, ada jumeduling Mahesasura di pantai samas. Masih ada pengobatan bekam yang menggunakan sungu kerbau.
Kalurahan Srimulyo menampilkan kesenian Dramatari, berjudul “KENDRANING PUSAKA DURGA KURUNG”. Dengan Sinopsis yaitu Dalam Serat Wulangreh, dituliskan bahwa kepribadian seorang pemimpin harus memahami mana yang baik dan mana yang buruk. Sifat-sifat tercela yang dilakukan, hanya akan menjauhkannya dari kewibawaan, ketauladanan, dan sebagai panutan.
Budaya, semestinya menjadi jalan yang tepat, bagi para pemimpin dalam membentuk sifat baik masyarakatnya. Namun sayang, dusta berhasil menyandera. Nila setitik rusak susu sebelanga. Semua terangkum, dalam dramatari berjudul “Kendraning Pusaka Durga Kurung” dari Kalurahan Srimulyo ini.
Selain potensi yang ditampilkan diatas panggung, kalurahan budaya Srimulyo memeiliki potensi lainnya seperti Kupatan Jolosutro, Situs Payak, Emprak Kali Opak, Emping Gecek Pandeyan, Batik Sekarsari Sandeyan, Kampung Aksara Pacibita, Bukit Hargodumilah/Bukit Bintang
Kalurahan Triwidadi menampilkan kesenian dolanan tradisional, berjudul “JALU KABRUK”. Dengan Sinopsis yaitu Roda kehidupan terus berjalan tiada yang ada abadi "Cokro Manggilingan" kadang diatas suatu saat jatuh nglumpruk terpuruk ambruk. Semua harus legawa
narima jangan jumawa ketika berkuasa jangan sampai Adigang Adigung Adiguna ingat semua ada waktunya. Jalu kabruk jadi petunjuk yen menang ojo umuk yen kalah ojo ngamuk ora mendem ora mabuk.
Selain potensi yang ditampilkan diatas panggung, kalurahan budaya Triwidadi memiliki potensi lainnya berupa Upacara adat Nguras Sendang Angin-Angin, Muke Kyai Samak, Merti Dusun. Aneka olahan garut (emping, pati, dawet), gula jawa, emping melinjo. Batik garut, batik benguk, tas batik,jaran kepang.
Kalurahan Muntuk menampilkan kesenian upacara adat, berjudul “TRADISI GREBEG BAMBU MUNTUK”. Dengan Sinopsis yaitu Berawal dari kisah tutur di dukuh Tangkil. Hiduplah satu keluarga yang berada disamping sendang, Ki Honggo wongso dan Nyi Honggowongso. Suatu ketika warga dukuh tangkil terkena wabah yang sangat mendadak, pingsan, leher seperti tercekik, dan lain – lain. Dengan kesaktian beliau, ia langsung memohon kepada sang Pencipta Alam, agar hilangnya wabah tersebut. Dicabut lah bambu dari tanah dan dengan ilmu kebatinan, ki Hongowongso berhasil mengusir makhluk gaib, warga pun pulih sedia kala.
Sebagai rasa syukur kepada sang pencipta alam, beliau berpesan agar setiap tahun warga harus menancapkan bibit bambu dimusim hujan tiba. Untuk melestarikan bambu sebagai saranatetulak juga bahan baku membuat anyaman, maka warga muntuk pun sepakat membuatTradisi grebeg bambu muntuk. Sebagai adat tradisi yang di lakukan setiap setahun sekali. Seperti apa grebeg bambu muntuk. Mari kita saksikan..
Selain potensi yang ditampilkan diatas panggung, kalurahan budaya Muntuk memiliki potensi lainnya berupa potensi Kerajinan bamboo dan Upacara Adat yaitu Grebeg Bambu dan Gumbreg Ageng.
Kalurahan Warungboto menampilkan kesenian dramatari, berjudul “MERTI TUK UMBUL”. Dengan Sinopsis yaitu Merti Tuk Umbul merupakan ritual tradisi yang telah dilakukan rutin di Kelurahan Budaya Warungboto. Maknanya adalah supaya masyarakat siap lahir dan batin memasuki bulan Ramadhan dengan padusan. Air suci yang diambil dari tuk lanang dan tuk wadon akan dituangkan sebagai simbol bersatunya pria dan wanita sebagai sumber kehidupan. Selain potensi yang ditampilkan diatas panggung, kalurahan budaya Warungboto memiliki potensi lainnya berupa potensi cagar budaya Situs Warungboto dan Upacara Adat Merti Tuk Umbul.
Kalurahan Sriharjo menampilkan kesenian sendratari, berjudul “HADEGING KALURAHAN SRIHARJO”. Dengan Sinopsis yaitu Sajian sendra tari ini mengisahkan perjalanan 3 kalurahan yaitu; Kalurahan Kedungmiri, Kalurahan Dogongan, dan Kalurahan Mojohuro, menjadi Kalurahan Sriharjo. Tiga kalurahan tersebut memiliki karakter yang berbeda berdasarkan keadaan alam dan jenis tanaman pangan yang dihasilkan, dimana Kalurahan Kedungmiri adalah wilayah perbukitan, dan Kalurahan Dogongan yang berada di bantaran Sungai Oya. Kedua kalurahan tersebut cenderung penghasil palawija dan padi tadah hujan.
Sedangkan Kalurahan Mojohuro adalah daerah subur penghasil padi, karena relatif lebih dekat dengan sistim irigasi yang sudah ada sejak lama. Ketiga kalurahan tersebut disatukan dalam 1 tata pemerintahan kalurahan yang kemudian dinamakan Sriharjo, bermakna “sejahtera karena padi”. Penyatuan 3 kalurahan tersebut diharapkan bisa menjadi cara pemerataan pangan yang lebih baik.
Selain potensi yang ditampilkan diatas panggung, kalurahan budaya Sriharjo memiliki potensi lainnya seperti potensi Seni (seni pertunjukan) yaitu jathilan tradisional, jathilan garap kreasi, karawitan, kethoprak, hadroh, wayang kulit dan berbagai macam upacara adat dari berbagai aspek kehidupan masih berjalan di Sriharjo. Pertanian; ada wiwitan, ndaweti, brokohan, upacara Mapag Toya dll. Kelahiran-Pernikahan-Kematian; Mapati/Ngapati, Mitoni, dhun-lemah (tedhak-siten), khitanan, rangkaian upacara pernikahan adat Jawa Yogyakarta, upacara dan kenduri peringatan kematian.
Potensi cagar budaya seperti Joglo Sriharjo, Sendang Sinungmoyo, Pertapan. Potensi Kerajinan yaitu Furnicraft berbahan kayu Munggur, kerajinan tatah batu, kerajinan tatah-sungging.
Pengobatan Traditional/Alternatif Produksi jamu tradisional, praktik dukun bayi yang mendapat pendampingan dari tenaga kesehatan,
Kalurahan Gadingsari menampilkan kesenian ketoprak, berjudul “JEJEG”. Dengan Sinopsis yaitu Perang Diponegoro berdampak dipesisir selatan, Kyai Sentot menyuruh Ki Banteng Wareng dan Ki Gobang untuk menyusun kekuatan terutama para pemuda Wonolopo dan karangrejo untuk berlatih Kanuragan, pada mulanya ki gobang dan pemuda ini baik baik saja,namun seiring bujuk rayu yang dilancarkan Belanda membuat kericuhaan, Ki banteng Wareng mencium gelagat yang kurang baik, sehingga beliau berusaha keras untuk mendamaikan ke 2 wilayah tersebut dan berhasil.
Selain potensi yang ditampilkan diatas panggung, kalurahan budaya Gadingsari memiliki potensi lainnya seperti Kuliner yaitu Adrem, Cucur, aneka olahan ikan laut. Potensi Kerajinan Tempurung Kelapa, anyaman enceng gondok, Upacara Adat Labuhan Jaladri, Merti Dusun, Ruwahan, Suran. Pengobatan Tradisional Jamu cekok, dan Cagar budaya situs Watu Plentheng, makam Patih Rojoniti
Kalurahan Dlingo menampilkan sebuah upacara adat, berjudul “UPACARA ADAT GUYANGAN POKOH 2”. Dengan Sinopsis yaitu Tradisi lan budaya Jawa ingkang adiluhung taksih dipun uri uri ing Ngayogyakarta Hadiningrat ingkang Istemewa. Kalebet tradisi ing Kalurahan Budaya Dlingo, inggih tradisi “GUYANGAN”
Kacariyos ing alas trukan, wonten tiyang sepuh ingkang cukla cukli babat wana kangge papan panginepan enggal. Ing tembe kagadhang dadosa papan ingkang kangge gesang saturunipun kanthi gemah ripah. Nalika babat alas kathah panggiri
godha awit kaperbawan saking donganing sesepuh kasebat. Sedaya panggirigodha saged dipun kawonaken dening tiyang sepuh, ingkang salajengipun dipun mangertosi dening warga Masyarakat kanthi asma Kyai Walimbangsari utawi Ki Gendhong ingkang cikal bakal dusun Pokoh. Ki Gendhong ingkang kabiyantu dening siswa kinasihipun, Ki Setrojemiko kangsil damel papan menika dados papan ingkang kangge jujuganing para warga. Parawarga gesang kanthi rukun, garap tegal, olah tani kangge kacekapan ing gesang. Ki Setrojemiko, nyenyuwun ing Ngarsa Dalem Gusti, nyuwun pitedah supados gesanging warga Trukan kasebat saged sekeca. Ki Setrojemiko lajeng paring seserepan caranipun ngginakaken sapi, kangge mluku, garu lan sapiturutipun.
Miturut kapitayan run temurun lan ngantos samenika dipun uri uri ing Pokoh tradisi Guyangan menika . Katindakaken ing dinten Rebo Pon wulan Besar saben tahunipun. Kangge ngaturaken raos sokur saha memetri dhateng rajakaya ingkang gesang ing Pokoh. Memetri tradisi lan budaya jawi, kalebet salah satunggaling cara kangge ngaosi dhateng para luhur ingkang sampun tetilar tradisi lan budaya.
Selain potensi yang ditampilkan diatas panggung, kalurahan budaya Dlingo memiliki potensi lainnya seperti Adat Tradisi dan kesenian seperti Upacara Adat Hari Jadi Kalurahan, Merti Guyangan Pokoh 2, Merti Mbelik Dadap Dlingo 1, Merti Watu Dakon Dlingo 2, Merti Mbelik Sumur Pakis 2, Merti Gethek Pokoh 1, Merti Ngluru Wahyu Tirta Giri Agung Koripan 1, Merti Rajakaya Pokoh 1, Tari Ngambar Arum, Jathilan, Kethoprak, Teater Alang-alang, Reog, Karawitan, Sholawat Jawa /Rodad. beberapa Situs Cagar Budaya Petilasan gunung Pasar, Situs Watu Dakon. Potensi Kuliner dan obat tradisional yaitu Sawo, Pae sawo, Stik sawo, Cangwo, Dodol, Emping Gerut, Ceriping Telo, Pati lo, Emping gadung, Wedang kekep, Wedang Kekep, Jamu Beras Kencur Kunir Asem, Kapsul Bunga Telang, Minyak Atsiri. Dan potensi Kerajinan berupa Sabun, Ecoprint, Sabun primalight, Sotil, Plinteng, Asbak, Rak Bumbu, Miniatur Daun Pintu, Bunga Manten, Batik Khas Dlingo, Tambir.
Kalurahan Kricak menampilkan sebuah sendratari, berjudul “WEWEDING SERAT LWLUHUR”. Dengan Sinopsis yaitu Persembahan Sendratari dari Kelurahan Budaya Kricak ini Mengisahkan, Usaha seorang Anak Penjual Jamu di Kricak yang ingin mandiri meneruskan usaha orang tuanya. Walaupun banyak kendala yang dihadapi, suatu ketika sang anak merasa putus asa dan ketakutan karena jamu yang disajikan mengecewakan pembeli. Namun berkat ketekunan dan usaha yang keras, sang ibu memberikan resep rahasia meracik jamu dari leluhurnya.
Berkat warisan resep tersebut, akhirnya sang anak menjadi percaya diri dan berhasil mewujudkan cita-citanya meneruskan usaha membuat jamu yang menyehatkan. Ia pun menularkan ilmunya kepada masyarakat sekitar, sehingga terbentuklah sentra jamu di kelurahan kricak yang membantu mensejahterakan masyarakat sekitarnya.
Selain potensi yang ditampilkan diatas panggung, kalurahan budaya Kricak memiliki potensi lainnya seperti Minuman jamu, minuman sirup blimbing wuluh,semprong,aneka peyek,aneka makanan tradisional (cenil,lopis,apem,cucur dll),jajan pasar. Potensi Kerajinan yaitu Batik,gantungan kunci dari kayu,kerajinan jati belanda,kerajinan kap lampu berbahan pralon celengan lukis. Potensi kesenian dan upacara adat seperti Jatilan,tariklasik, tari modern(sendra tari) gedruk,karawitan,gejog lesung,ketoprak wayang kulit keroncong bergodo,mocopat, Ruwahan,mitoni,mantenan, suronan,jamasan pusaka,nyadran ngapem,merti ko,noran kupatan. Cagar budaya berupa Watu komboran, jaran,bendolole pendopo. Dan Permainan tradisional Pasaran nekeran egrang yeye gobak sodor.
Kalurahan Guwosari menampilkan sebuah dramatari, berjudul “LURUHMAJASTA”. Dengan Sinopsis yaitu Majasta adalah seorang lurah dari tlatah Mangkunegaran yang hendak mengabdi dan ikut berperang mengusir kompeni dari tanah jawa bersama pangeran Diponegoro. Ditengah medan perang lurah Majasta gugur dan jazatnya ditemukan oleh pangeran Diponegoro dalam keadaan harum.
Selain potensi yang ditampilkan diatas panggung, kalurahan budaya Guwosari memiliki potensi lainnya seperti Grebeg Slarong (upacara adat), Bergadha (kesenian), Kerajinan Bathok, surjan, iket, batik. Potensi kuliner dan obat tradisional yaitu ingkung, jambu selarong dan Jamu. potensi Cagar Budaya Goa Selarong
Kalurahan Trimurti menampilkan sebuah dramatari, berjudul “BAKDA MANGIRAN”. Dengan Sinopsis yaitu Bakda Mangiran sebagai sebuah peristiwa budaya sejak tahun 1920 dilaksanakan pada setiap 1 syawal mempertemukan seluruh masyarakat Mangiran untuk mengingat kembali ungkapan syukur Ki Bekel Atmorejo kepada
Tuhan karena disembuhkan dari penyakit yang dideritanya. Bermula dari merawat batu nisan Ki Ageng Mangirono yang terbengkelai, penyakit yang dideritanya hilang. Peristiwa penghormatan kepada orang yang sudah meninggal dengan mendoakannya, ungkapan syukur atas berkah melimpah merupakan peristiwa budaya yang sarat makna terlebih dilakukan setiap 1 syawal. Sajian upacara adat dan pertunjukan Bakda Mangiran mempresentasikan sakralitas, dan penuh muatan kearifan lokal dikemas secara dinamis dan atreckti.
Selain potensi yang ditampilkan diatas panggung, kalurahan budaya Timurti memiliki potensi lainnya seperti Upacara adat Bakda Mangiran, mie lethek, tahu, kethak, reog wayang, sabut kelapa, jamu
Kalurahanan Cokrodiningrat menampilkan sebuah Teater, berjudul “LISAN”. Dengan Sinopsis yaitu Ingkang Nami Budaya Mboten Namung Mligi Perkawis Tata Gelar Kemawon, Nanging Ugi Saged Wujud Rasa Ajen Ing Ajenan, Nampi Kabudayan Sanes Sauger mboten Nerak Paugeran Sing sampun wonten. Beda durung Karuan ala, Isa uga Kanthi nampa perbedaan malah dadi ngrembakaning Budaya.
Selain potensi yang ditampilkan diatas panggung, kalurahan budaya Cokrodiningrat memiliki potensi lainnya seperti Olahan Bulus , Sanggar Tari cakra beksan , sanggar musik cakra nirwana , srandul , sanggar seni peran manggala cakra , sanggar Tari Anak sekar kemuning , pengrajin rangka keris, batik lukis , batik jumputan , gedung-gedung peninggalan belanda , klenteng poncowinatan , upacara adat Merti Code
Penampilan kelurahan Cokrodiningrat menjadi penutup dari serangkaian acara di hari pertama Gelar Potensi di Lapangan Kedungbule dan penampilan 15 kalurahan/ kelurahan budaya selanjutnya akan ditampilkan di hari selasa 20 agustus 2024.
Di hari kedua GP Fest Kabupaten Bantul menapilkan 15 kalurahan/ kelurahan budaya diantaranya :
Kalurahanan Purbayan menampilkan sebuah Dramatari, berjudul “HADEGING MATARAM KUTHAGEDE”. Dengan Sinopsis yaitu keberhasilan Danang Suto Wijoyo ( Panembahan Senopati ) mengalahkan Arya Penangsang kemudian diberi hadiah Bumi Mataram yang wujudnya masih Alas Mentaok. Peristiwa penting yang dialami Panembahan Senopati ketika bertapa di Sungai Opak. Peristiwa tersebut sering disebut Topo Ngeli. Setelah bertapa, Panembahan Senopati lantas berjalan di atas sungai tersebut hingga laut selatan dan bertemu Kanjeng Ratu Kidul.
Selain potensi yang ditampilkan diatas panggung, kalurahan budaya Purbayan memiliki potensi lainnya seperti Kuliner Kembang waru, Seni Tari, Kethoprak, Keroncong, Upacara Adat Nyadran, Kerajinan Logam , Pengobatan Jamu jawa.
Kalurahanan Sabdodadi menampilkan sebuah Dramatari, berjudul “PATIRTAN KAMULYAN”. Dengan Sinopsis yaitu Ka entho carita ing beksan.Tebih saking punjering Kraton Mataram, wontenipun papan patirtan ingkang ngemot sejarah.Ingkang sampun run temurun pinangka papan teteki, meminta sihing Gusti Ingkang Hakarya Jagad. Kanthi linambaran weninging nala ngupaya usada lan sedya.
Cinarita prajurit mataram ingkang nandang tatu arang kranjang, saget mantun waluya temahing jati kausadani kanthi siram wonten ing Belik. Tatu arang kranjang ingkang kasiram tirta belik, ndadosaken kawontenan ngganda banger, owah gingsire ucap lan tembung banger saha arang, dados BANGERAN ingkang dumugi sakmenika pinangka tetenger papan kampung.
Tuk sumber toya ingkang gunggungipun wonten 3. Sumber ingkang cecaketan winastan Belik Lanang saha Belik Wadon. Wondene ingkang paling ler piyambak winastan Sumur Kawak. Datan saget kacarita purwa lan mula bukane. Tuk utawi sumber toya ingkang katelah BELIK PATIRTAN KAMULYAN.
Selain potensi yang ditampilkan diatas panggung, kalurahan budaya Sabdodadi memiliki potensi lainnya seperti Sendang Patirtan Kamulyan, Watu Kenteng, Kerajinan Bambu, Kerajinan Kulit, Kuliner Bakmi, Minuman Sujamer, Kesenian Reog, Jathilan, Karawitan, Kethoprak, Tari dan Hadroh.
Kalurahanan Sabdodadi menampilkan sebuah Dramatari, berjudul “HOYI”. Dengan Sinopsis percintaan antara Pangeran Adipati Anom/Pangeran Tejoningrat dengan Roro Hoyi. Ketika Pangeran Tejoningrat berkunjung kerumah Tumenggung wirorejo melihat seorang Gadis cantik jelita dan langsung jatuh cinta. Namun, Pangeran Tejoningrat memendam rasa karena mengetahui Roro Hoyi merupakan perempuan Pingitan Ayahnya.
Singkat cerita, Pangeran Adipati Anom akan diampuni dengan syarat membunuh Roro Hoyi dengan tangannya sendiri. Hingga saat ini Jasad Roro Hoyi disemayamkan di Banyusumurup, Girirejo, Imogiri, Bantul.
Selain potensi yang ditampilkan diatas panggung, kalurahan budaya Girirejo memiliki potensi lainnya seperti Wedhang Uwuh, Emping Mlinjo, Rengginan. Karawitan, Jathilan Doger Macan Gembong, Ketoprak, Kirab Ngarak Siwur, Upacara Nguras Enceh, Merti Bumi Mustikaning Warih, Wiwitan, Upacara Hari Jadi, Joglo nDalem Ambatik, Pasareyan Para Nata, Makam Pangeran Pekik. Kerajinan Warangka Keris, Kerajinan Jemparing. Permainan Tradisional Egrang, Gobag Sodor, Dakon, dll.
Kalurahanan Prenggan menampilkan sebuah Dramatari, berjudul “ELEGI PADAS TEMANTEN”. Dengan Sinopsis yaitu Merupakan toponemi diwilayah Prenggan sebuah kisah di pinggir sungai gajah uwong dimana masyarakatnya hidup rukun Hingga suatu ketika ada sepasang kekasih yang tidak direstui , sehingga tempat tersebut disebut padas temanten.
Selain potensi yang ditampilkan diatas panggung, kalurahan budaya Prenggan memiliki potensi lainnya seperti potensi Kuliner yangko, legonoro, kipo. Potensi Seni pamtomim , kethoprak, jathilan,produksi film, karawitan, panembromo. Permainan rakyat dan upacara adat seperti jamuran , nekeran , layangan , jetungan, egrang, gobak sodor, ancak – ancak alis, nyadran , tetesan. Potens cagar budaya manuk beri. Potensi Kerajinan produksi perak, produksi alat musik suling bambu. Dan potensi Pengobatan tradisional produksi jamu , minuman herbal seruni , pijat sehat .
Kalurahanan Sendangsari menampilkan sebuah Dramatari, berjudul “MERTI SENDANG”. Dengan Sinopsis yaitu Air sendang yang biasa mengaliri tanaman petani terhenti, petani pun mengalami gagal panen. Mendengar keluh kesah para petani ulu-ulu menggerakkan warga masyarakat untuk bergotong royong membersihkan sendang, memanjatkan doa, dan air sendang pun kembali mengalir mengairi sawah. Warga masyarakat sangat bersyukur, dan setiap tahun mengadakan “ Merti Sendang “ sebagai wujud syukur.
Selain potensi yang ditampilkan diatas panggung, kalurahan budaya Sendangsari memiliki potensi lainnya seperti Upacara Adat Jamasan Selo Gilang, Upacara Adat Sendang Ngembel. Kerajinan Batik Kayu, Kuliner Kripik pelepah pisang, Emping Growol, legen, tempe besengek dan kesenian Tari Sendang Arum Mataram.
Selain potensi yang ditampilkan diatas panggung, kalurahan budaya Mulyodadi memiliki potensi lainnya seperti Batik Gayam dan olahan makanan gayam.
Kalurahanan Gilangharjo menampilkan sebuah dramatari, berjudul “NAPAK TILAS DHARMASMARA”. Dengan Sinopsis Dharmasmara adalah karya yang mengisahkan tentang pengabdian Nyai Adisoro kepada Panembahan Senopati. Dikisahkan Nyai Adisoro adalah orang yang lemah lembut dan anggun, namun ia memiliki kekuatan kanuragan linuwih dan merupakan telik sendi yang dimiliki Kerajaan Mataram Islam, sehingga ia pernah diutus untuk memimpin barisan prajurit wanita ke wilayah Madiun untuk mengelabuhi musuh.
Ia juga dikenal sebagai Nyai Pinjung. Pinjung dalam istilah Jawa merupakan cara memakai kemben yang biasa digunakan untuk mandi di sungai. Pinjung dimaknai sebagai simbol orang yang bersedia dan siap untuk menanggung segala resiko dan bersedia melakukan apapun untuk junjungannya Panembahan Senopati.
Kalurahan Gilangharjo mengangkat kisah ini dan mengambil latar belakang sejarah Kerajaan Mataram Islam dan lokalitas historisnya terletak di Padukuhan Kadisoro Kalurahan Gilangharjo.
Selain potensi yang ditampilkan diatas panggung, kalurahan budaya Gilangharjo memiliki potensi lainnya seperti Upacara Adat Merti Dusun Depok, Merti Dusun Ngaran, Merti Dusun Banjarwaru, Upacara Adat Tradisi Wiwitan di Karanggede, Saparan di Sendang Plempoh diPadukuhan Gunting, Merti Dusun Krekah, Ziarah Ke Makam R. Tumenggung Jayadiningrat Bupati Pertama, Jamasan Sela Gilang Lipura, Upacara Midang di Makam Lipuro didusun Kauman, Upacara Merti Wiji Dusun Ngaran, Genduri Nyadran, Genduri Lebaran, Pernikahan, Tingkeban/ Mitoni, Brokohan, Supitan Bangunan Bersejarah : Petilasan/Pasujudan Sela Gilang Lipura, Pendopo Jetis, Situs Sendang Plempoh, Situs Makam Kyai Ewer Makam Lipura, Situs Makam Sentono di Ngaran, Situs Makam Cokro Kembang, Situs Makam Gunung Tambalan, Situs Migit di Kauman, Struktur Bangunan Kios Pasar Tradisional Jodog, Joglo Omah Nglaras di Kadekrowo, Joglo Limasn Sanggar Kridatama Jomboran, Limasan Pangrawiting Aji di Jodog, Pendopo Sanggar Giri Gina Guna di Kadekrowo, Pendopo Bapak Mulyadi Kadekrowo, Limasan Sanggar Banjar Budaya Banjarwaru. Potensi Kuliner seperti Abon Ayam, Krecek Sapi, Jamu Tradisional, Yogurt, Ronde, Bubur , Bir Jawa. Kerajinan Batik tulis dan lukis, Topeng Kayu, Lukisan, Patung, Pandai Besi, Kerajinan Gamelan, Patung Replika Robot, Blangkon, Anyaman, Kerajinan Kayu. Pengobatan Tradisional Pijat Enggal Waras, Terapi Bio Energi Heru Cokro Joyo, Terapi Ion elektrik. Potensi Kesenian seperti Reog, Jathilan, Kethoprak, Wayang, Teater, Sholawatan Jawa, Hadroh, dan Mocopat.dan potensi Bahasa dan Sastra Mocopat, Pelatihan Aksara Jawa, Geguritan.
Kalurahanan Selopamioro menampilkan sebuah garapan tari, berjudul “MULAT SARIRO HANGROSAWANI”. Dengan Sinopsis Di Pedukuhan Nogosari Kalurahan Selopamioro, ada GUA NAGA yang digunakan persembunyian dan sekaligus benteng dalam berperang pasukan Diponegoro dimasa perang, dimana tempat itu digunakan untuk ulah gerak para prajurit berkuda dalam berlatih. Untuk meningkatkan kemampuan perang dalam mengusir penjajah, menggambarkan derap langkah prajurit dalam melaksanakan tugas kewajiban sebagai prajurit berkuda yang sangat sulit ditumpas, demi membela tanah tumpah darahnya , bumi kandungnya .
Selain potensi yang ditampilkan diatas panggung, kalurahan budaya Gilangharjo memiliki potensi berupa Empat Pilar Rintisan Desa Mandiri Budaya Kalurahan Selopamioro :
Banyak tempat wisata yang baru berkembang dan dikelola kedung tolok, selopark, gua cemai, gua naga, Sendang ayu, sendang sari mulya, bukit Dermo, kedai Siluk dll
Kalurahanan Gedongkiwo menampilkan sebuah dramatari, berjudul “LAMPOR”. Dengan Sinopsis Lampor, pada jamannya, dipakai menjadi tanda bakal ada bencana yang akan menimpa manusia. Yang kala itu sungguh menjadi pengingat, oleh setiap manusia yang bisa memaknai kehadiran tanda lampor. Masih relevankah lampor pada jaman sekarang ini?
Sampah, ibarat lampor pada masa kini yang bisa menjadi tanda akan ancaman bencana dikemudian hari apabila manusia tidak bisa mensikapinya dengan bijak dan saling bersinergi dalam mengurangi, memilah, mendaur ulang dan menabung sampah; agar menjadi berkah dan bukan musibah.
Selain potensi yang ditampilkan diatas panggung, kalurahan budaya Gedongkiwo memiliki potensi lainnya seperti Kuliner aneka olahan tahu, kesenian Sanggar Tari, Upacara Adat Merti Winongo, cagar budaya Heritage Dalem Pangeran, Kerajinan Blangkon, dan Pengobatan Tradisionalaneka jamu.
Kalurahanan Bangunjiwo menampilkan sebuah dramatari, berjudul “GOLONG WINAHYU”. Dengan Sinopsis terbentuknya Kalurahan Bangunjiwo pada tahun 1946 menjadi salah satu tonggak sejarah bagi warga Bangunjiwo sampai sekarang. Terbentuk dari empat Kelurahan yang menjadi satu, tentu saja menghadirkan banyak permasalahan baik yang terdokumentasikan maupun yang menjadi tuturan langsung di lingkup Masyarakat Bangunjiwo. Empat potensi kalurahan yang bernama KAJIGELEM, tentu pernah memicu permasalahan sosial sampai ke polemik di bidang ekonomi. Peran Lurah sebagai pemangku seluruh lapisan masyarakat mampu menyatukan Bangunjiwo dengan segala keberagamannya disampaikan dalam bentuk Upacara Golong Winahyu. Kirab Nasi golong yang dibuat dari 19 padukuhan di Kalurahan Bangunjiwo kemudian di “satu” kan di Kalurahan.
Golong merupakan nasi yang dibentuk bulat mempunyai arti kebulatan tekad. Winahyu adalah berkah, jadi secara filosofi memiliki makna berkah kebajikan yang didapat sebagai hasil dari bersatunya tekat dan niat untuk saling bahu membahu dalam melestarikan budaya dan membangun masyarakat dalam bingkai potensi KAJIGELEM di Bangunjiwo.
Selain potensi yang ditampilkan diatas panggung, kalurahan budaya Gedongkiwo memiliki potensi lainnya seperti Kuliner dan Obat Tradisional berupa Brownis Batik, Abon Lele, Peyek Tumpuk, Bakpia SAFE, Madu Klanceng “Parikesit”, Jamu mbok Sri, Minuman Markisa. Kerajinan Gerabah, Kipas Bambu, Tatah Sungging Wayang Kulit, Patung Batu, Pisau Batik Logam, Blangkon. Upacara Adat dan kesenian yaitu Upacara Adat Wiwitan, Upacara Adat Nguras Sendang pangkah, Merti dusun, Langenmandrawanaran’, Wayang Wong, Kethoprak, Jathilan Bangunan. Dan potensi cagar budaya Goa Wurung, Museum Bibis, Sendang Pangkah.
Kalurahanan Jatimulyo menampilkan sebuah dramatari, berjudul “DRAMA TARI TIRTANING KASETYAN JATI”. Dengan Sinopsis Menceritakan kesetiaan Cakra Jaya menjadi murid Sunan Kalijaga. Cakra Jaya mulai mengikuti perjalanan spiritual gurunya. Suatu ketika, Sunan Kalijaga meminta Cakra Jaya untuk menunggunya di sebuah pegunungan dan memberinya sebuah tongkat untuk dijaga. Cakra Jaya setia menunggu di tempat tersebut hingga tempat itu menjadi hutan bambu. Setelah sekian lama, Sunan Kalijaga teringat akan murid yang masih menunggu . Ia kembali ke tempat tersebut namun area itu telah penuh dengan pohon bambu. Sunan Kalijaga kemudian membakar pohon-pohon bambu untuk mencari Cakra Jaya.
Melihat kesetiaan dan kondisi Cakra Jaya yang terbakar, Sunan Kalijaga membawanya menuju mata air di dekat Sungai Oya. Sunan Kalijaga kemudian memandikan Cakra Jaya dengan air tersebut. Ajaibnya, setelah dimandikan, Cakra Jaya kondisinya pulih seperti sedia kala. Sebagai tanda syukur dan untuk mengenang kejadian tersebut, Sunan Kalijaga menamai sumber air itu dengan nama Sendang Panguripan, yang berarti “sumber air kehidupan”.
Selain potensi yang ditampilkan diatas panggung, kalurahan budaya Jatimulyo memiliki potensi lainnya seperti Upacara Adat Rasulan / Merti Dusun Seluruh Padukuhan di Jatimulyo. Potensi 27 Kelompok Seni (Karawitan, Jathilan, Reog, Kethoprak, Sanggar Tari,Bregada & Sholawat Jawi). Permainan Tradisional Egrang, Dakon, Ancak-Ancak Alis, Gobak Sodor, Tombaran, Benthik. Bahasa Sastra Aksara diantaranya Pawiyatan Aksara Jawa Dodogan, Pawiyatan Pranatacara Kedungdayak & Semuten, Kelompok Macapat Candra Laras Loputih & PKK Dodogan. Potensi Kuliner yaitu Olahan Kelapa Kopyor, Patilo, Pepaya Chip, Bon Pey, Keripik Daun Sirsak, Keripik Pare, Manisan Terong, VCO, Keripik Pisang, Kue Kacang. Potensi Kerajinan berupa Furniture Kayu, Talenan Kayu, Sendal Teklek, Blangkon, Akesoris Bunga Sintetis. Pengobatan Tradisional Lilin Aroma Terapi. Dan potensi cagar budaya Situs Sendang Banyuurip, Situs Watu Sega, Situs Watu Kandang, Situs Jati Kluwih, Situs Miri, Situs Song Kendil, Masjid Ragil Al-Ikhlas & Rumah Tradisional Joglo Limasan.
Kalurahanan Argodadi menampilkan sebuah dramatari, berjudul “NGGAYUH KARAHARJAN”. Dengan Sinopsis Desa Budaya Argodadi, Desa Budaya merupakan lembaga yang terbentuk di Kalurahan. Adat Tradisi, Kesenian, Kerajinan, Kuliner, Pengobatan Tradisional, Permainan Tradisional, Cagar Budaya, Bahasa sastra dan tata ruang yang dirangkum menjadi 5 indikator. Rangkaian tersebut merupakan rujukan untuk menjadi desa budaya. Desa budaya ini dengan tujuan untuk bisa menjadi peningkatan kesejahteraan para warga, terutama dalam peningkatan perekonomian.
Seperti halnya dalam garapan drama tari ini, menggambarkan terbentuknya desa budaya Argodadi dengan semangat, guyup rukun untuk menjadi DESA BUDAYA dan dinamika juga mewarnai di dalamnya. Dan adanya desa budaya juga merupakan bentuk kontribusi di dalam mengisk pembangunan di negri ini diantaranya melalui desa budaya.
Selain potensi yang ditampilkan diatas panggung, kalurahan budaya Argodadi memiliki potensi lainnya seperti Wisata praon cawan, kesenian carong, kuliner Jamu tradisional, upacara adat Baritan cawan/ nguras sendang tirto mulyo/ UA panembahan cokrowesi, kerajinan patung dan sovenir.
Pagelaran kesenian dari kalurahan Argodadi yang digelar di Lapangan Kedungbule, Trimurti, Srandakan, Bantul, menjadi penutup dari 31 kalurahan /kelurahan budaya sekaligus puncak rangkaian kegiatan Gelar Potensi Kabupaten Bantul 2024, dengan menampilkan berbagai kesenian dan budaya dari 31 kalurahan/kelurahan budaya. Keberhasilan penyelenggaraan GP Fest 2024 di Kedungbule, Trimurti, Srandakan, Bantul, berdampak signifikan terhadap pengenalan dan pelestarian budaya daerah. Kegiatan ini semakin meriah dengan keikutsertaan 31 kalurahan yang menampilkan pagelaran budaya yang didanai oleh Dana kaistemawaan Hal ini menunjukkan bahwa budaya dapat menjadi pemersatu dan sumber kebanggaan bersama. Sambutan positif dari hadirin semakin menguatkan bahwa program ini telah berhasil menyebarluaskan wawasan dan apresiasi terhadap budaya daerah. (wisnu/fit)
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 12 September 2022
Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...