by ifid|| 13 September 2024 || || 70 kali
Imogiri merupakan Kawasan Cagar Budaya yang telah ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta sejak 2021. Kawasan Cagar Budaya Imogiri ini memiliki 3 (tiga) situs cagar budaya yaitu: Situs Cagar Budaya Makam Raja di Imogiri, Situs Cagar Budaya Makam Girilaya, dan Situs Cagar Budaya Makam Banyusumurup di Girirejo.
Kawasan Cagar Budaya Imogiri merupakan salah satu dari tiga Kawasan Cagar Budaya yang mempunyai peran dalam perjalanan sejarah Kerajaan Mataram Islam selain Kotagede dan Kerta Plered. Kotagede sebagai awal berdirinya kerajaan, Kerta–Plered sebagai titik puncak kejayaan kerajaan, dan Imogiri sebagai tempat peristirahatan raja.
Kawasan Cagar Budaya Imogiri memiliki peninggalan sejarah dan warisan budaya berupa Benda Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, dan situs Cagar Budaya yang mengandung nilai-nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Dari tahun ke tahun Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki kegiatan yang berfokus untuk menggali potensi yang masih banyak terpendam pada semua situs yang ada di Kawasan Cagar Budaya Imogiri.
Kembali digelar Festival Budaya Imogiri 2024. Meski sedikit berbeda jenis kegiatan dengan tahun sebelumnya, namun mempunyai esensi - konsep yang sama, yakni "Poros Mataram Islam". dengan tema Ngudi Kawuruh Siti Wangi"
Dalam upaya pelestarian warisan budaya, memelihara dan mengembangkan budaya yang ada di masyarakat, Dinas Kebudayaan DIY. bersama Pemerintah Kapanewon Imogiri menggelar Festival Budaya Imogiri. Dan ini merupakan agenda reguler tahunan yang tentu saja bentuk kegiatannya bisa berbeda dari tahun ke tahun.
Pembukaan Festival Budaya Imogiri 2024 diselenggarakan di Joglo Wayang Wukirsari dari tanggal 13 sampai 14 September 2024. Yang dihadiri oleh Bupati Bantul H. Abdul Halim Muslih, Kepala Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta. dan Dinas Kebudayaan Kab. Bantul Panewu Imogiri, Lurah Wukirsari Susilo Hapsoro, SE, dan tokoh masyarakat di wilayah Imogiri lainnya.
Ketua Panitia Festival Budaya Imogiri 2024, Sudaryanto dalam sambutannya menyampaikan bahwa tujuan diselenggarakannya acara tersebut tidak lain dan tiada bukan untuk melestarikan, mengelola dan mengembangkan budaya yang ada di masyarakat sehingga bisa dinikmati dan bermanfaat bagi kehidupan kita semua.
Festival Budaya Imogiri tahun ini menampilkan berbagai potensi masyarakat baik dari kalangan umum maupun kalangan pendidikan khususnya SD-SMP sehingga kolaborasi dan potensi generasi muda akan tumbuh kembang, baik itu budaya benda maupun tak benda sehingga harapannya bisa bermanfaat bagi bangsa dan negara.
Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY juga melakukan beberapa hal untuk mengakselerasi proses-proses pengembangan budaya. Salah satunya adalah mendanai festival-festival kebudayaan yang ada di kawasan cagar budaya seperti di Imogiri ini, Seperti diungkapkan Kepala Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta Dian Laksmi Pratiwi, bahwa Imogiri ini menjadi satu kesatuan dengan kawasan cagar budaya Kotagede dan Kerto Pleret. Jadi ada tiga situs yang menjadi isi dari kawasan budaya Imogiri, secara khusus yang ini menjadi situs nasional yakni makam Pajimatan Imogiri, Makam Giriloyo dan Makam Banyu Semurup.
Lebih lanjut Dian mengatakan, Kawasan imogiri sendiri menjadi salah satu bagian dari segmen perjalanan sejarah panjang mataram Islam, cikal bakal Keraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang dimulai dari Kotagede, kerto pleret dan surutnya para raja kemudian menjadi tinggal di Imogiri (Makam Pajimatan Imogiri).
Kotagede sebagai awal puncak dari cikal bakal terbentuknya mataram Islam dengan keraton Kasultanan ini kemudian puncak kejayaannya di Kerto Pleret dengan keberadaan keraton Sultan Agung dan Amangkurat I kemudian Imogiri sebagai tempat surut atau peristirahatan terakhir para raja Mataram Islam.
“Semoga Festival Budaya Imogiri dapat memberikan manfaat tidak hanya bagi masyarakat Imogiri namun juga seluruh masyarakat yang berkunjung di Festival Budaya Imogiri ini. Tidak lupa pula kami sampaikan harapan agar tahun-tahun berikutnya, Festival Budaya Imogiri semakin berkembang, semakin meriah, dan semakin memberikan manfaat bagi masyarakat yang lebih luas”. pungkas Dian.
Selain itu, Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih yang turut hadiri dalam Festival Budaya Imogiri, menyampaikan bahwa Masyarakat Imogiri ini melanjutkan produksi budaya yang diwariskan oleh leluhur kita berupa wayang, batik, dan keris. Tiga tiganya ini telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda.
Sejalan dengan itu, "wayang ini sudah diproses untuk memperoleh hak atas kekayaan intelektual yaitu Indikasi Geografis. Sehingga Tatah Sungging wayang pucung ini tidak boleh ditiru, karena memiliki keunikan yang tidak sama dengan daerah lain. Wayang pucung ini spesial, baik dari sisi teknik pembuatannya maupun bahan bakunya. Oleh karenanya, Bupati juga mengajak masyarakat untuk terus melestarikan budaya, termasuk etos kerja". ucapnya
Pada Kegiatan pembukaan ini diawali dengan suguhan pagelaran wayang cilik oleh Ahmad Zaki Sirega warga Wukirsari. Ini merupakan upaya memupuk pelestarian budaya yang adiluhung.
Selain pagelaran wayang, ditampilkan pula potensi UMKM wayang, batik serta kuliner dari sebagian kalurahan di Kapanewon Imogiri yang disentralkan di Joglo Wayang Wukirsari.
Di Hari kedua Festival Budaya Imogiri, dimulai dari pagi sekitar pukul 08.00 pagi, Peserta sekitar 50 orang diajak telusur Pasarean Sultan cirebon, mereka diajak mengenal Sultan Cirebon dan sejarahnya. Selain Itu Mini Teater di kawasan Joglo Wayang Wukirsari diadakan Lomba Mewarnai Gambar Bangunan Cagar budaya yang diikuti sekitar 75 peserta dari jenjang TK-Paud, tidak hanya itu ditempat yang sama juga diadakan lomba Menulis Aksara Jawa, untuk lomba Aksara Jawa ini untuk jenjang anak SD dan diikuti sekitar 75 orang, dan tidak kalah menariknya lagi ada Lomba Sungging Wayang yang diikuti oleh anak SD. sedangkan di panggung utama diadakan Lomba Geguritan peserta yang ikut adalah dari jenjang SMP hingga SMA, sedangkan untuk masyarakat umum mengikuti lomba Karawitan yang ini menjadi lomba favorit karena peserta adalah umum. Di akhir Kegiatan Festival Budaya Imogiri nantinya akan ada penampilan Sendratari Niti Siti Wangi sebagai pamungkas dalam Kegiatan Festival Budaya Imogiri 2024.
by museum || 04 Juli 2023
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Untungnya, air adalah sumber daya alam terbarukan. Proses pembaharuan air berlangsung dalam ...
by museum || 02 Juni 2022
Batik merupakan karya bangsa Indonesia yang terdiri dari perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia, yang membuat batik memiliki daya tarik adalah karena batik memiliki corak ...
by museum || 24 Oktober 2022
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada than 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lasmi ...
by museum || 12 September 2022
Malahayati adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Sebagai perempuan yang berdarah biru, pda tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana ...
by museum || 24 Mei 2022
Raden Dewi Sartika dilahirkan tanggal 4 Desember 1884 di Cilengka, Jawa Barat, puteri Raden Somanagara dari ibu Raden Ayu Rajapermas. Dewi Sartika menumpuh Pendidikan di Cicalengka. Di sekolah ia ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Sabda tama yang disampaikan oleh Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB, secara lugas menegaskan akan posisi tawar Kraton dan Pakualaman dalam NKRI. Sabda tama ini ...
by admin || 11 Mei 2012
YOGYA (KRjogja.com) - Kerabat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Hadi Jatiningrat menafsirkan sabda tama Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai bentuk penegasan bahwa persoalan yang menyangkut ...
by admin || 18 Juni 2013
"SIFAT petir itu muncul secara spontan, mendadak, tidak memilih sasaran. Beda dengan petir yang di lapas Cebongan. Sistemik, terkendali," ujar Pak Petir.Pernyataan tersebut lalu dikomentari super ...